Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[] A Million Envy • 1

A Million Envy
Oleh: chaoticimpulse

[] Fanfiction x Romance []

•••

18th JANUARY , 2020

"Bonnie, tidakkah kau merindukanku?"

"Tidak, tidak. Seharusnya, aku yang merindukanmu,"

"Aku masih mengingat bagaimana kau selalu membawakanku setangkai bunga mawar merah kesukaanmu,"

"Sayangnya, semua mawar yang kau berikan kini telah layu."

Seorang pemuda, yang masih setia dengan setelan pakaian khas seragam sekolah yang lusuh tersebut tak henti-hentinya menatap sebuah bingkai foto yang nampak berdebu sembari melontarkan beberapa kalimat. Ibu jari tangan kanannya sesekali bergerak perlahan untuk menyisihkan debu yang mengganggu pada hasil potret tersebut. Lebih tepatnya, ia membersihkan debu kotor dari bagian wajah seorang gadis berparas indah dan menawan itu.

Lantas, siapa Bonnie? Bahkan para saudaranya sekalipun, tak pernah mengenal siapa sebenarnya gadis yang selalu ia genggam hasil potretnya setiap ia sendirian atau bahkan sengaja menyendiri.

Sepasang netranya lambat laun mengeluarkan semu merahnya, ia tak kuasa menahan bulir bening kristal yang sedari tadi ingin ia deraikan. Kesekian kalinya, ia merasa bahwa dirinyalah yang paling bersalah di dunia ini. Paling keras kepala, paling bebal, dan paling ceroboh.

"Wh-why F-Five?"

Rintihan tersebut sekejap kembali terngiang di dalam kepalanya. Rasanya, ia ingin membunuh dirinya, menikam dan mencabik-cabik tubuhnya sendiri. Ia memahami betul, bagaimana gadis itu telah meninggalkan dunia yang sibuk nan kejam ini dengan seribu ketidak-tenangannya, seiring dengan tetesan demi tetesan bulir air mata yang akhirnya jatuh terpaksa.

Sayangnya, nasi telah menjadi bubur. Ketika sang belahan jiwa telah tiada, ia baru menyadari. Bahwa, iri dengki adalah penyakit hati yang pantas untuk dihindari.

FLASHBACK ON .

25th NOVEMBER , 1982

Seorang pemuda dengan setengah parasnya yang telah terlumuri oleh darah segar tersebut menapakkan kakinya di depan sebuah daun pintu bermaterial besi lawas. Telapak tangan kanan yang kini telah ia kepalkan tersebut mengetuk benda di depannya, yang membuat suara cukup nyaring tercipta di sana.

"Really? Sebuah misi lagi?"

Pertanyaan tersebut keluar begitu saja dari bibir seorang gadis berparas menawan setelah daun pintu besi tersebut terbuka, lirikkan netra serta ekspresi wajahnya samar-samar berubah ketika sang pemuda yang tengah ia temui sekarang telah terlumuri oleh darah segar. Tidak, tidak hanya hari ini, pemuda itu telah bermandikan darah seperti itu selama 3 hari berturut-turut.

"Sorry, little bunny, aku hanya ingin menemuimu setelah misiku selesai," sahut si pemuda sembari tersenyum tipis ke arah gadis yang ia sebut Bunny, membuat gadis itu kembali merubah mimik wajahnya.

"Five Hargreeves, namaku Bonnie, Bonnie Ringwald. Bukan Little Bunny!" Bantah Bonnie pelan, si gadis yang Five ingin temui sedari tadi. Jemari tangan kanan Bonnie yang lentik tersebut segera meraih selembar handuk kecil yang berada di saku rok bercorak kotak-kotak selututnya, lantas melangkahkan kedua jenjang kakinya beberapa langkah agar dirinya bisa sampai lebih dekat pada keberadaan Five.

"Why are you so mysterious and sadistic?" Tanya Bonnie pelan sembari menyeka wajah Five dengan handuk miliknya, agar paras menawan pemuda di hadapannya itu kembali bersih dari cerahnya warna darah yang sempat melekat di permukaannya.

"Then why are you so beautiful?" Five justru bertanya kembali pada Bonnie. Ah tidak, ia sedang tidak bertanya, ia tengah mengagumi paras Bonnie yang selalu membuat isi hatinya tenang dan damai. Tak lupa, dengan lemparan tatapannya yang melekat ke arah sepasang netra beriris hijau milik Bonnie.

"Kau telah menanyakan hal itu berulang kali kepadaku, Five. Bisakah kau menggantinya?"

Mereka berdua nampak saling menghujani pertanyaan masing-masing. Namun, keduanya juga tak pernah letih untuk menjawabnya.

Bonnie Ringwald, si gadis delapan-puluhan yang ternyata tengah dikagumi oleh seorang Five Hargreeves, yang terkenal dengan sifat keras kepala serta ambisi penuhnya pada pembunuhan dan perjalanan masa yang berbeda. Mereka saling bertemu ketika Five ingin menghindar dari serangan senjata nuklir yang hampir membunuhnya dengan menggunakan kekuatan teleportasinya.

"Bagaimana dengan bunga mawar yang kau ceritakan waktu itu, apakah mereka semua telah tumbuh?" Tanya Five basa-basi, masih menatap lekat sepasang netra Bonnie yang kini menjadi pemandangan favoritnya.

"Berita bagus! Mereka semua bahkan telah terjual karena keindahan kelopak berwarna merah mencolok mereka," respon Bonnie yang lalu disambung dengan senyumnya yang terlukis indah di bibirnya. Begitupun dengan Five, ia ikut tersenyum kala berita tersebut terdengar dari mulut Bonnie.

"Terima kasih, kau selalu membersihkan darah yang ada di wajahku."

Kalimat tersebut membuat Bonnie menghembuskan nafasnya pelan, gadis itu enggan memudarkan senyumannya tiap dirinya menatap sang pemuda yang tak sengaja ia temui. Walaupun, ia tahu, bahwa dirinya dan Five tak akan pernah bersama di satu realitas waktu.

"No problem, lagipula aku hanya akan melakukan ini sebentar saja," ujar Bonnie pelan sembari tersenyum masam, menyadari bahwa realita tak seindah ekspektasinya.

"Apa maksudmu? Kita tak bisa bersama? Tak mungkin, Bonnie. Aku telah berjanji kepadamu, aku akan tinggal di sini, di masa lalu bersamamu, setelah aku menyelesaikan perang nuklir bersama para saudaraku," tegas Five yang segera menangkup kedua pipi mulus serta bentuk rahang sempurna milik Bonnie, terlihat jelas tangkapan pandangan pemuda itu seketika berubah menjadi gelisah dan ketakutan akan kehilangan Bonnie.

"Five, please. Kau tidak bisa melawan hukum alam, bukankah ini adalah suatu perlakuan wajibmu agar garis waktu kembali benar? Jangan merusak kehidupanmu lagi dengan hal yang sama," sahut Bonnie membalas bahasa tubuh Five dengan mengelus pipi kanan pemuda itu pelan dengan telapak tangan kanannya, ia menyiratkan permohonannya lewat tatapan netranya.

"Nope, persetan dengan semua itu. Aku hanya ingin dirimu, aku tak ingin kau berdampingan dengan yang lain," paksa Five masih menatap Bonnie serius, tatapannya justru meminta untuk tetap percaya bahwa ia dan Bonnie akan tetap bersama.

"Five, mengapa kau ini? Kau dan aku bahkan mempunyai dimensi dan waktu yang berbeda, kita semua mempunyai dunia yang berbeda. Kumohon, terima kenyataan ini." Bonnie kembali meyakinkan Five dengan kelembutan. Namun, pemuda itu malah menggeleng kepalanya kasar. Seperti biasa, kekeras-kepalaan pemuda itu kembali menyeruak muncul dari dalam isi fikirannya.

"Aku tidak ingin dirimu bersama dengan yang lain, kau milikku Bunny, milikku,"

"-dan Sam? Jujur saja, aku iri dengan kedekatan kalian!"

Pekikkan Five yang hampir mengeras tersebut membuat telapak tangan mereka masing-masing terlepas. Five, yang masih terlahap akan ambisi cintanya pada Bonnie, dan Bonnie, yang jengah terhadap ambisi pemuda yang ada di hadapannya.

"Lalu, apakah kau bisa jelaskan apa hubungan kita selama ini?"

Mendengar kalimat tersebut, Five tercekat seketika. Sadar ataupun tidak, ia tak peduli dengan hubungan abstrak mereka sekarang.

"Apa hubungan kita, Five? Menjalin perasaan saja tidak. Jujur saja, aku pun selalu merasakan sakit tiap diriku mengingat bagaimana dunia kita---"

Bonnie menjelaskan kalimat yang selama ini ia pertanyakan. Namun, eksplanasi yang diawali dengan pertanyaan tersebut justru dipotong sekejap oleh Five. "Ya! Itulah maksudku! Aku iri! Aku iri dengan semua masa yang tengah kau lalui! Andai saja aku lahir di tahun yang tak jauh sepertimu, andai saja aku duduk dibangku sekolah yang sama sepertimu, andai saja aku menjadi teman masa kecilmu dan tumbuh besar bersamamu!"

"G-guys? What happened?"

Di tengah panasnya topik permasalahan yang saling diungkapkan, tibalah sang pemuda yang disebut oleh Five barusan. Ya, ia adalah Sam. Si pemuda yang sedikit tidak beruntung sebab telah menjadi patokan keiri-dengkian Five.

To Be Continued

[] Gempita Shastra []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro