Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

FOUR

"Kalian tak usah menjemputku. Ya, aku akan pulang dengan Aira."

Airy menaruh kembali ponselnya ke saku mantel, usai menghubungi Sasha. Dia menoleh dan mendapati tatapan penuh selidik dari Aira. Gadis itu pun mendesah sambil memutar bola mata.

"Apa niatanmu mendekati Sora? Kau bahkan mengubah rencana. Aku tak yakin misimu kali ini adalah demi untukku seperti yang kau lakukan sebelumnya!" serbu Aira seketika itu juga.

Sebuah tawa kecil meluncur begitu saja dari mulut Airy, disertai suara dengkus dari hidungnya. Dia terlihat bersikap tenang. "Kau tahu, hidup yang lurus monoton itu membosankan, Aira. Sesekali kau perlu melakukan sesuatu yang menantang."

"Maksudmu? Kau ingin menantangku?"

Airy menyipitkan mata. "Memangnya kau punya nyali?" Dia mendekatkan wajah ke Aira dengan suara bernada lebih rendah. "Rebut Sora dariku, jika kau benar-benar menginginkannya."

Aira menjauhkan diri beberapa senti, membulatkan bibir, menatap lebar gadis di hadapannya. "Kau anggap perasaan orang lain itu sebuah mainan?!"

"Bukankah hidup kita pun seperti sebuah permainan, Aira? Kita berdua suka bermain. Kau bermain sebagai aku, dan aku bermain sebagai dirimu. Kita sudah terbiasa melakukan itu, bukan?"

Aira memberi gadis itu tatapan gusar kini. "Itu bukan permainan, Airy! Kita saling membantu dalam kesulitan!"

Airy tertawa sinis. "Ya, ya, ya. Apa pun alasanmu, Aira. Itu tetaplah sebuah permainan. Bedanya dengan kali ini, kita memainkan permainan di level yang berbeda dan lebih tinggi. Karena, hadiahnya pun cukup layak untuk itu."

Aira seakan tak mampu berkata-kata. Semua kalimat yang sudah di ujung bibir seakan tertelan lagi begitu saja. Butuh beberapa saat sebelum dia berhasil menemukan kembali kata-kata yang ingin diucapkannya.

"Sora bukan sebuah hadiah. Dia bukan benda atau barang, Airy. Dia manusia. Kita tak berhak menyakitinya."

Airy menelengkan kepala sebelum melangkah, lalu perlahan menduduki kursi kerja milik Aira. Matanya tajam memandangi sang kakak yang berdiri kini di seberang meja. "Kau baru kenal dengannya, tetapi kau sudah lebih memihak dia daripada aku, adikmu?"

"Aku tak bisa membiarkan kau menyakiti Sora, Airy!"

Airy menyandarkan punggung ke sandaran kursi yang cukup empuk itu tanpa mengalihkan pandangannya dari Aira. "Lalu kenapa kau memilih melepaskannya? Tidak berusaha lebih dulu untuk memperjuangkannya? Kau bahkan langsung memutuskan menyerah dan lebih memilih karier daripada cinta. Jika aku berniat mengambil alih, itu salah?"

Aira tak bisa menjawab. Dia sadar betul akan kebenaran dalam ucapan Airy itu. "Tidak, kau tidak salah. Yang salah hanya niatmu saja."

Airy lagi-lagi menyipitkan mata. "Kau yakin alasan kemarahanmu ini karena tak mau aku menyakiti Sora? Atau karena alasan lain, seperti, kau cemburu dan iri padaku?"

"Kau adikku, untuk apa aku iri dan cemburu?!"

Tubuh Airy spontan bangkit dari kursi, disertai tatapan matanya yang berkilat. "Berhentilah selalu mengingatkan bahwa kau terlahir lebih cepat lima menit daripada aku, Aira! Itu membuatku muak! Karena, pada kenyataannya, bukan hanya kau yang bisa menjaga dan mengurusku! Aku pun selalu bisa diandalkan untuk itu! Kita seri dalam hal ini, Aira! Kita tak saling berutang apa pun terhadap satu sama lain!"

***

Suasana begitu hening seiring RC7-11 meluncur pulang dalam kendali Aira. Tak ada satu pun yang berbicara di antara kedua gadis kembar yang ada di dalamnya.

"Perlukah aku memainkan musik?"

"Tidak perlu."

"Perlu! Mainkan lagu kesukaanku, RC7-11!"

"Maaf, aku kesulitan menerima perintah kalian."

"Aku pemilikmu! Turuti perintahku!"

"Baik, Aira. Maaf, tidak perlu musik kali ini, Airy."

"Aku juga pemilikmu! Kami sama-sama putri dari pemilikmu terdahulu! Kau berani menentangku?!"

"Maafkan aku, Airy. Sesuai data yang tersimpan, pemilik terdahuluku telah meninggal dalam kecelakaan. Pemilikku sekarang adalah Aira."

"Mobil sialan! Kau sama menyebalkannya dengan pemilikmu yang sekarang!"

"Airy!"

"Tak usah bicara denganku! Aku sedang tak mau mendengarmu!"

Hening kembali. RC7-11 mengedip-ngedipkan lampu pemutar musik.

"Aku mendeteksi ada perasaan ketegangan dan rasa tidak nyaman di antara kalian. Aku akan merekomendasikan musik yang bagus untuk menenangkan."

"DIAMLAH!" teriak Airy dan Aira bersamaan.

RC7-11 pun berhenti bicara. Ia tak lagi berkata apa-apa.

***

"Selamat datang kembali di rumah, Aira dan Airy."

Airy berlalu, mengabaikan sapaan RH1. Gadis itu melepaskan dan melemparkan sepatu bot begitu saja, hingga mendarat pada lantai di depan sofa. Dia kemudian melangkah cepat, menaiki tangga di ruang tamu tanpa kata, menuju kamarnya.

Aira yang melihat hal itu, hanya menatap tanpa berniat untuk menegur seperti biasa. "Terima kasih, RH1. Kau boleh ke mode tidur sekarang. Biarkan Airy membereskan sepatunya sendiri besok." Dia pun melangkah ke pintu yang ada di dekat ruang tamu, memasuki kamarnya pula.

RH1 memindai ke arah tangga, lalu ke kamar Aira bergantian, lantas memutar balik badan, meluncur pelan menuju sudut dapur. Ia mengecek RH9 dan RH2-22 yang telah dalam mode tidur di tempat pengisian daya masing-masing sebelum melakukan hal sama.

Di kamar, Aira berusaha menghubungi Airy. Meski berkali-kali ditolak oleh adiknya itu, dia masih memilih tak mau menyerah.

Kita harus bicara, Airy. Sekarang!

Tak ada yang ingin kukatakan lagi. Ucapanku cukup jelas, Aira!

Kau serius soal menjadikan Sora sebagai target permainan antara kita?

Bukan sebagai target. Dia hadiah!

Dia manusia! Bukan sebuah benda, Airy!

Kau yang pertama memilihnya sebagai target, Aira!

Bukan untuk sebuah permainan konyolmu, Airy!

Konyol? Airy terdengar mendengkus. Lebih konyol mana dengan tujuanmu yang ingin memilikinya dengan menggunakan bantuanku? Kau bahkan tak bisa memperjuangkan sendiri sesuatu yang kau inginkan! Jika Sora lebih tertarik padaku, apa itu salahku?!

Itu karena aku tahu kau tak menginginkannya sepenuh hati! Kau hanya ingin membuat aku masuk dalam permainanmu!

Bagaimana jika aku tak berniat main-main soal Sora?! Kau masih akan mempermasalahkannya?

Aira terdiam sejenak. Dia menggigit bibir seraya menahan emosi yang mulai bergejolak.

Kau serius?

Ya! Kau selalu memberitahuku untuk bersikap dan berpikir serius sekali saja dalam hidup. Nah, aku memutuskan sekarang saatnya. Kau keberatan?

Aira memejamkan mata. Dia mengembuskan napas panjang perlahan untuk beberapa lama.

Baiklah, jika itu yang kau mau. Aku tak akan mendebatmu lagi soal itu.

Sepakat!

Aira bisa mendengar bantingan pintu dari arah kamar Airy. Dia menduga adiknya itu pasti tengah merendam diri dalam bak mandi.

Gadis itu menghela napas berat berkali-kali. Jemarinya meremas-remas rambut sembari mengerang lirih hampir tanpa bunyi. Tanpa berkata apa pun lagi, dia pun melepaskan pakaian, lalu melangkah ke kamar mandi.

Kumohon, perlakukan Sora dengan baik.

Aira menyalakan tombol mengisi air sekaligus menyalakan penghangat, lalu mendesah saat tak mendapat balasan lagi dari Airy. Perlahan dia masuk usai pengisian terhenti dan segera menenggelamkan diri dalam bak mandi.

Tanpa Aira tahu, Airy pun melakukan hal yang sama. Gadis itu meringis seakan tengah memaki diri sendiri atas sikapnya pada sang kakak sebelum menenggelamkan diri pula dalam air dingin di bak mandi.

*** 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro