Obsidian
Mikasa Ackerman
Dalam bayangan Eren Jaeger, sosok Mikasa Ackerman ialah temannya dari lahir sampai dewasa yang tomboi dan pendiam. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pandangannya terhadap Mikasa menjadi lebih kompleks dan detail. Mikasa memiliki kecantikan wajah oriental yang diwarisi dari ibunya yang merupakan orang Jepang sehingga memberikan kesan elegan. Rambutnya Mikasa tidak pernah panjang mencapai punggung. Paling-paling hanya mencapai lengan sebagai rekor terpanjangnya. Warna mata Mikasa itu hitam pekat seperti langit malam. Mikasa jarang tersenyum lebar apalagi tertawa terbahak-bahak. Tetapi, sekalinya tersenyum ia tampak sangat cantik dan manis.
Mikasa itu pemberani dan ahli dalam beladiri, tetapi ia takut akan petir soalnya dahulu saat ia berusia 7 tahun, ia pernah terjebak sendirian di halte ketika hujan petir. Suara petir yang memekakan membuat dia takut hingga sekarang. Mikasa suka sekali mengenakan syal berwarna merah setiap musim dingin datang. Katanya itu adalah syal pemberian neneknya yang dari Jepang. Saat kuliah, Mikasa mulai hobi mengoleksi rok-rok dan baju-baju yang tampak feminim. Eren telah menjadi saksi pertumbuhan Mikasa dari seorang anak perempuan yang tomboi hingga menjadi wanita.
Saat Eren terlalu banyak tahu soal Mikasa, ia jadi tersadar bahwa mereka telah menjalin pertemanan hampir seumur hidup. Mereka telah bertumbuh bersama, begitu juga hubungan keduanya yang ikut berkembang. Dari anak yang suka bermain dan saling mengikuti satu sama lain (Eren ikut ini, maka Mikasa ikut juga) hingga menjadi wadah curhat satu sama lain. Lebih tepatnya Eren yang curhat kepada Mikasa apalagi curhat perihal perempuan dan asmara. Kalau mengingat masa lalu, masa-masa dirinya yang tidak peka akan keberadaan Mikasa membuat Eren malu. Bisa-bisanya dirinya mengeluhkan perempuan saat di depannya ada Mikasa yang selalu ada bersamanya. Baiklah, masa lalu biarlah masa lalu.
"Jadi mau pilih permata yang mana, Tuan?"
Pertanyaan dari pegawai perhiasaan membuyarkan lamunan Eren. Sebenarnya, mengapa tiba-tiba Eren merenungi sosok Mikasa adalah karena kini ia sedang memilih cincin untuk Mikasa di toko perhiasan. Cincin untuk lamaran. Ya, hubungan ia dengan Mikasa sudah sangat berkembang dari teman kecil hingga teman hidup. Eren masih ingat ketika ia pertama kali sadar akan perasaannya. Kala itu ia menginjak semester akhir perkuliahan dan bertepatan dengan pernikahan kakaknya, Zeke. Sosok Mikasa yang mengenakan gaun hitam cantik dengan rambutnya yang disanggul saat menghadiri pernikahan Zeke benar-benar membuat Eren terpana. Tak hanya tampilannya yang memesona, sikap Mikasa selama di pesta membuat Eren tak bisa mengalihkan pandangannya. Bagaimana tindak-tanduk Mikasa yang begitu anggun, senyuman yang ia uarkan kepada tamu-tamu, dan bagaimana Mikasa dengan sigap membantu ibunya membenarkan gaunnya.
Kala itu Eren merasakan perasaan yang sama persis ketika ia jatuh cinta dengan mantannya dahulu. Memang Eren merutuki dirinya sendiri yang bodoh karena telat sekali menyadari keberadaan Mikasa sebagai sosok perempuan yang layak untuk dikasihi. Perjalanan asmara dirinya sehingga memiliki riwayat tiga mantan entah kenapa terasa sia-sia. Maka dari itu, seminggu setelah pernikahan Zeke, Eren menyatakan perasaannya kepada Mikasa dengan cara yang tidak romantis dan tidak berkesan. Seperti biasa, Eren akan menjemput Mikasa pulang dari kampus setiap hari Selasa menggunakan mobil karena cuma hari itu saja jadwal kuliah mereka berbarengan. Keduanya berbeda jurusan di kampus yang sama. Mikasa merupakan mahasiswa jurusan hukum, sedangkan Eren mahasiswa desain interior. Biasanya mereka akan mampir dahulu ke drivethru McD lalu dilanjutkan obrolan biasa antarteman. Eren cerita soal kampusnya, Mikasa demikian. Kadang mereka juga saling membicarakan teman-teman sejurusan yang menurut mereka menyebalkan. Namun, pada hari itu sangatlah berbeda dari biasanya karena bagaimana Eren membuka percakapan keduanya di mobil malah berujung pengakuan.
"Mikasa, kalau kita pulang bersama setiap hari begini dan sering menghabiskan waktu bersama, alangkah baiknya kita berpacaran saja."
Waktu itu, untuk pertama kalinya Eren melihat Mikasa kehilangan ketenangannya. Ia tersedak soda yang diminumnya. "Kau kenapa tiba-tiba mengatakan hal itu, Eren?!"
"Kita sudah menjadi teman dari kecil sampai kita sekarang berusia 22 tahun. Kenapa tidak sekalian jadi teman hidup saja?"
Dan begitulah hubungan keduanya dimulai sekaligus menjadi hubungan terawet yang pernah Eren jalani. Sudah enam tahun mereka berpacaran. Tentunya Eren akan mengajak Mikasa ke hubungan yang serius. Mereka sudah hampir kepala tiga. Kalau masih main-main saja bisa-bisa ia dibunuh oleh keluarga Ackerman. Untuk itulah Eren datang ke sini untuk membeli cincin pernikahan. Tadinya ia ingin membeli cincin untuk lamaran, tetapi tidak jadi. Cincin permata kustom yang tentunya membutuhkan banyak usaha dalam pembuatannya lebih baik dijadikan cincin pernikahan saja. Untuk melamar, mungkin Eren akan memakai cincin milik ibunya.
"Obsidian. Batu obsidian sangat cocok untuk calon istri saya."
Pegawai tersebut mengangguk lalu mengarahkan Eren ke kasir untuk mengurus kustom desain dan pembayarannya. Eren sudah mempersiapkan semuanya. Ia sudah mulai menabung untuk masa depannya sejak penghasilan pertamanya sebagai desainer interior. Dari biaya pernikahan sampai biaya pendidikan anak, Eren pelan-pelan mempersiapkannya sampai sekarang. Berkat pengajaran dari Zeke, ia dapat mengatur penghasilannya demikian. Bahkan Eren juga kepikiran untuk mendesain gaun pernikahan Mikasa nanti. Disesuaikan dengan cincin permata obsidiannya. Intuisi seninya sekarang sedang menggebu-gebu. Eren harus menahannya. Pasalnya ia sama sekali belum membicarakan satu hal pun soal keseriusan ini kepada Mikasa. Maka, Eren pun berencana untuk memberitahu Mikasa besok sambil mengantongi cincin milik ibunya.
Hari itu adalah hari seperti biasa, Eren dengan aktivitas rutinnya menjemput Mikasa pulang kerja. Mikasa sekarang bekerja di sebuah firma hukum. Cincin milik ibunya sudah di kantong jaketnya. Eren sudah memberitahukan kepada keluarganya juga keluarga Mikasa bahwa ia akan melamar wanita itu malam ini. Pesan-pesan ucapan semangat terus berdatangan di ponselnya. Eren pun segera mematikan notifikasi ponselnya ketika Mikasa memasuki mobil. Wajah wanita itu tampak kusut, sepertinya ia ada masalah di kantor.
"Are you okay, darl?" tanya Eren. Mikasa hanya menipiskan bibir.
"Not good, tapi aku belum mau cerita."
Eren hanya mengangguk mendengar jawaban Mikasa. Inilah salah satu yang Eren suka dari Mikasa. Kekasihnya itu sangat terang-terangan mengungkapkan suasana hatinya. Mikasa memang pendiam, tetapi ia bukanlah pemendam masalah terutama ke Eren. Ia akan jujur tentang apa yang ia rasakan kepada Eren. Bisa dibilang komunikasi keduanya sangatlah baik walaupun pernah menghadapi badai pasangan seperti yang lainnya. Komunikasi mereka yang bagus membuat mereka mampu bertahan.
"Mau mampir dulu ke McD? Makan di parkiran terus duduk di bagasi belakang yang kebuka gimana?" tanya Eren sebagai bentuk upaya agar suasana hati Mikasa membaik.
"Boleh."
Ya, entah mengapa Eren seperti dejavu. Dahulu ia menyatakan perasaannya kepada Mikasa sangatlah tidak romantis, di mobil. Sekarang ia akan melamar Mikasa di mobil juga. Tidak apalah. Eren bukanlah orang yang setuju esensi lamaran romantis. Terlalu biasa dan tidak berkesan. Menurutnya menyatakan perasaan ataupun melamar seseorang ketika sedang menjalani aktivitas rutinan adalah hal yang berkesan. Pasangan tidak akan pernah menyangka akan pengakuan atau lamaran itu. Toh, dahulu Mikasa juga tidak protes apa-apa soal bagaimana Eren menyatakan cinta padanya. Bahkan perempuan itu melingkari tanggal jadian mereka dan masih menyimpan kalendernya di kamarnya.
Sebenarnya Eren sedikit takut rencananya gagal hari ini perkara suasana hati Mikasa yang buruk. Tetapi, tidak ada jalan mundur. Eren akan melamar Mikasa setelah perempuan itu mengungkapkan keluh kesahnya. Kini mereka sudah berada di parkiran mobil McD, duduk di bagasi belakang yang terbuka. Parkiran McD menghadap langit senja yang penuh akan warna ungu, merah muda, dan jingga. Cantik sekali seolah sedang merestui Eren untuk melamar Mikasa.
"Begitulah."
Mikasa mengakhiri ceritanya sambil menyantap potongan terakhir burgernya. Inti alasan mengapa suasana hati Mikasa buruk ialah karena kantornya gagal memenangkan kasus penyalahgunaan kekuasaan. Pihak lawan yang memiliki kuasa lebih tentunya membuat firma hukum kecil tempat Mikasa bekerja tak berkutik. Mikasa merasa bersalah terhadap kliennya yang merupakan orang tua tunggal.
"Ya, sudah. Yang penting sudah berusaha semaksimal mungkin. Memang dunia ini tidak semua hal bisa kita menangkan. Kadang harus kecewa karena kekalahan," ucap Eren berusaha menenangkan kekasihnya itu sambil mengusap-usap kepala Mikasa pelan. Mikasa hanya diam sambil menikmati elusan Eren di kepalanya.
Setelah sesi curhat itu, keduanya sempat saling diam untuk beberapa saat. Mikasa yang sibuk menikmati keindahan langit, sedangkan Eren sibuk menyusun kata-kata untuk melamar Mikasa.
"Mikasa, kalau aku yang mendesain gaun pernikahanmu nanti, kamu enggak masalah?"
Sudah menyusun kata-kata yang bagus, tetapi yang keluar pertama malah pertanyaan ini. Rasanya Eren ingin menjambak dirinya sendiri. Mikasa sendiri langsung tersedak minuman bersodanya. Dejavu.
"Hah?"
Eren tidak menjawab. Ia kini bangkit lalu berlutut di hadapan Mikasa sambil mengeluarkan kotak cincin dari kantong jaketnya. Mikasa diam tak berkutik.
"Mikasa, kita udah bersama dari lahir sampai sekarang kita berusia 28 tahun. Kita udah ngelewatin banyak hal baik dan banyak hal buruk dari kita yang awalnya cuma teman aja sampai jadi pasangan kekasih selama enam tahun. Aku mau kita ngelewatin hal baik dan hal buruk itu lebih lama lagi sampai kita berkeluarga lalu punya cucu. Kita udah saling tahu sama lain begitu lama sampai-sampai aku selalu memasukkan kamu ke setiap rencana masa depanku. Kamu selalu ada di masa depanku, Mikasa. Untuk itu, apakah kamu bersedia jadi pasangan hidup aku sampai menua nanti?"
Cakrawala di atas sana sepertinya memang merestui Eren dan Mikasa. Terbukti dengan warna merah muda dan ungu yang megah bersama matahari yang hendak terbenam. Awan-awan tipis yang berarak serta burung-burung yang melintasi langit menambah keindahan. Bahkan dalam pandangan Mikasa sekarang di depan sana ia melihat dua kupu-kupu beterbangan melewati mereka. Mikasa menatap wajah Eren dengan teliti. Kekasihnya itu kali ini jauh lebih tampan dari biasanya dengan potongan rambut pendek dan wajah yang bebas dari kumis dan jenggot. Sepertinya Eren baru saja cukur dan memangkas rambutnya sedikit. Iris emerald itu menatapnya penuh keseriusan. Tak ada keraguan.
"Ya, aku mau."
Jawaban Mikasa yang disertai tangisan lalu disambut pelukan Eren pun mengakhiri hari yang indah itu.
**********
Eren benar-benar sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari gedung pernikahan sampai cincin. Gaun pernikahan Mikasa pun Eren yang mendesainnya atas persetujuan Mikasa. Segala usaha yang dilakukan Eren benar-benar membuat Mikasa merasa dicintai. Padahal dahulu ia mengira jika perasaannya akan bertepuk sebelah tangan.
Mikasa sudah menyukai Eren semenjak SMP perkara sederhana. Eren yang mengobati lukanya kala ia tak sengaja terjatuh ketika pelajaran olahraga. Sesederhana itu ia jatuh cinta. Kemudian tahun-tahun berikutnya, Mikasa semakin pandai menyembunyikan perasaannya karena Eren yang memiliki pacar. Curhatan Eren soal pacarnya Mikasa dengar sambil menahan patah hati. Masa-masa berat yang membuat Mikasa hilang harapan. Akan tetapi, bukannya perasaannya menghilang justru malah menguat dan Mikasa semakin tak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.
Terlalu nyaman dengan persahabatannya bersama Eren.
Barangkali Mikasa sudah terbiasa menerima umpatan mengenai dirinya yang menyakiti diri sendiri dari teman-temannya. Namun, nasibnya yang mengenaskan soal perasaan malah berakhir dengan cara yang tak terduga. Pada saat itu, ia dijemput Eren seperti biasanya seusai kuliah. Kebetulan jadwal mereka kala itu sama sehingga bisa pulang bersama. Kebiasaan rutin mereka, mampir drivethru McD lalu berbincang-bincang sambil makan selama perjalan pulang. Sungguh, Mikasa masih mengingat dengan jelas bagaimana Eren membuka percakapan dan untuk pertama kalinya Mikasa ceroboh sampai tersedak minuman bersoda.
"Mikasa, kalau kita pulang bersama setiap hari begini dan sering menghabiskan waktu bersama, alangkah baiknya kita berpacaran saja."
"Kita sudah menjadi teman dari kecil sampai kita sekarang berusia 22 tahun. Kenapa tidak sekalian jadi teman hidup saja?"
Pengakuan cinta yang biasa-biasa saja dan tidak romantis, tetapi berhasil membuat Mikasa jantungan. Walaupun begitu, Mikasa menganggap momen Eren yang menyatakan cinta kepadanya adalah momen paling mengejutkan dalam hidupnya. Kemudian disusul momen Eren melamarnya di parkiran McD yang tidak begitu romantis, tetapi sangat berkesan bagi Mikasa. Entahlah, Eren memang punya cara tersendiri dalam mengungkapkan perasaan. Asal tersampaikan, tak perlu repot ini itu. Begitulah kata Eren.
Mikasa juga sama sekali tidak menyangka akan tiba hari ketika ia menikah dengan Eren. Setelah mengenal satu sama lain sejak kecil lalu berpacaran selama enam tahun, telah melalui lika-liku hubungan, akhirnya mereka tiba di jenjang yang lebih serius. Di altar sana, Eren tampak menawan dengan setelan jas hitam. Pria itu menatapnya dengan emerald yang begitu jernih.
Eren berkaca-kaca ketika melihat Mikasa berjalan ke altar dengan gaun desainnya. Gaun berwarna putih yang dipadukan dengan bordiran warna hitam di badan dan roknya itu sangat serasi dengan Mikasa.
Obsidiannya.
Mikasa adalah pusaran hitam pekat yang terus menenggelamkannya dalam samudera puja. Obsidian cantik yang selalu akan membuat Eren jatuh terpesona. Indah. Mikasa yang berdiri di sisinya sangat indah.
"Kamu indah, sangat indah, Mikasa."
Senyuman Mikasa sebagai balasan akan selalu Eren ingat seumur hidupnya. Senyuman tercantik yang pernah ia lihat. Sumpah telah diucapkan, kini keduanya berhadapan untuk saling memasang cincin lalu berciuman. Dalam proses menyiapkan pernikahan, Mikasa tahu betul bagaimana Eren mempersiapkan dekorasi yang penuh warna hitam putih, gaun hitam putih, sampai undangan yang hitam putih juga. Mikasa menyaksikan semua prosesnya, kecuali satu. Cincin. Mikasa sama sekali tidak diperlihatkan cincin yang dibeli Eren untuk pernikahan mereka.
"Cincinnya sangat cocok denganmu."
Hanya itu Eren yang katakan acapkali Mikasa bertanya penasaran dan benar saja. Ketika cincin batu obsidian dengan ukiran namanya dikeluarkan, Mikasa hanya bisa terpana. Cincinnya terlalu mewah untuk seukuran cincin pernikahan. Eren menghabiskan berapa euro untuk membeli cincin ini dan mengkustomnya? Pasti sangatlah mahal.
"Batu obsidian sangat cocok untukmu Mikasa. Your eyes like a obsidian. Mezmering and so pretty. Kenapa hari pernikahan kita didominasi oleh warna hitam dan putih karena based on you. Aku mau kamu jadi tokoh utama di hari pernikahan kita. Kamu dengan iris obsidianmu, helai hitam rambutmu, dan paras kamu yang putih cemerlang. Seluruh dunia harus tahu kalau aku punya istri secantik kamu."
Mikasa sama sekali tak berkata-kata ketika Eren menyatakan hal itu sambil memasang cincin obsidian itu ke jari manisnya. Mata keduanya saling beradu. Emerald dengan obsidian. Eren akan selalu terhanyut dengan obsidian milik Mikasa dan Mikasa akan selalu kagum dengan kilau emerald Eren.
"Sekarang tugasku adalah menjaga agar iris obsidian ini dipenuhi sorot kebahagiaan. Mikasa, please let me be your man until forever."
Mikasa mengangguk. Ciuman pun didaratkan penuh sorak sorai bahagia. Cincin batu obsidian yang tertaut di jari keduanya berkilau indah seolah ikut bahagia atas menyatunya mereka.
Selamat atas pernikahannya, Eren dan Mikasa!
END
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro