Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Keping 3

Dalam satu tahun, ada satu hari yang seringkali ingin Zaivan hapus dari kalendernya. Bukan karena sesuatu yang membuatnya trauma terjadi pada hari itu. Bukan juga karena ia menganggapnya sebagai hari sial. Hanya saja, hari itu adalah hari ulang tahunnya.

Sebuah ketukan di pintu kamarnya membangunkan Zai. Ia meregangkan tubuhnya dan menjawab dengan suara parau khas orang bangun tidur, "Masuk."

"Selamat pagi, Tuan Muda." Pria dengan jas dan sapu tangan merah itu berdiri di dekat ranjang Zai. "Selamat ulang tahun."

"Terima kasih sudah mengingatkan." Zai menjawab sarkas.

Saat di panti, hari ulang tahunnya selalu dirayakan dengan pesta kecil dan hangat. Bunda akan membuat kue bolu dan membeli lilin angka. Sangat sederhana, tapi semua terasa sangat berharga.

Berbeda ceritanya saat Zai berulang tahun setelah ia menjadi bagian dari keluarga Arkanayaka. Pesta ulang tahunnya akan dibuat semeriah mungkin, bahkan ayahnya pernah mendatangkan beberapa penyanyi internasional. Namun, Zai merasa semua sia-sia. Ia tidak bisa mengenali orang-orang yang hadir di pesta ulang tahunnya.

Zai beranjak dari ranjang dan berdiri di depan kaca besar yang menggantung di sisi kamarnya. "Tahun ini siapa yang datang?"

"Untuk pesta ulang tahun Anda kali ini, saya belum mendapatkan informasi apapun."

Laki-laki yang mengenakan piyama itu berbalik dan berdiri tepat di depan asistennya. Hal ini sempat membuat asistennya menahan napas sepersekian detik. "Tumben, ini bukan prank kan?"

"Mungkin Tuan Harsa sudah memberi informasi langsung pada ponsel Anda."

Zai memasang wajah datar kemudian kembali berdiri di depan kaca. Ia tiba-tiba ingat sesuatu. Ia belum memeriksa ponselnya sejak semalam. "Menu pagi ini?"

"Sesuai permintaan Anda, menu pagi ini adalah banana cake dan chocolate milk."

"Sepuluh menit lagi aku turun." Zai segera menghambur ke kamar mandi.

Setelah siap. Zai menyalakan ponselnya dan mendapati kalau ia tidak mendapat pesan apapun dari ayahnya. Sejak ia menjadi bagian keluarga Arkanayaka, Zai selalu mendapat satu pesan ulang tahun default dari pria yang mengaku sebagai ayahnya. Pria itu akan bertanya hadiah apa yang ia inginkan. Jika Zai tidak menjawab, ayahnya akan mengirimkan berbagai barang mewah.

Dari sekian banyak benda yang ada di dunia ini, sebenarnya hanya satu yang ia inginkan. Ia ingin ayahnya bisa berada di rumah saat hari ulang tahunnya. Hampir seumur hidupnya, ia merayakan ulang tahun tanpa ayahnya. Entah disengaja atau tidak, ayahnya akan selalu berada di luar kota atau di luar negeri pada hari ulang tahunnya.

***

Jam pelajaran berakhir sekitar sepuluh menit lalu. Namun, Zai sudah berada di kolam renang. Ia tengah memutari kolam renang ketika Jeff datang dan duduk di kursi malas yang ada di tepi kolam renang. Sudah bukan rahasia lagi kalau Zai dan Jeff adalah saudara. Meskipun hubungan orang tua mereka tidak begitu baik, tapi mereka tetap berhubungan baik layaknya saudara. Jeff merupakan anak dari adik perempuan ayah Zai.

Jeff tersenyum waktu menyadari Zai telah membuka kacamata renangnya dan menatapnya heran. Dengan cepat, asisten Zai menghampiri, "Jeffry Narendra datang menemui Anda, Tuan Muda."

Jeff bangkit dari kursi dan berjongkok di depan Zai yang kini masih ada di kolam renang, "Selamat ulang tahun, Bro."

Jeff mengulurkan tangannya berniat membantu saudaranya keluar dari kolam.

"Lo sudah bilang selamat ulang tahun lebih dari sepuluh kali." Zai menyambut tangan Jeff yang terulur.

"Mumpung belum bosan, Tuan Muda." Jeff tertawa kecil setelahnya.

Zai jadi tertarik berbuat jahil. Ia malah menarik Jeff hingga laki-laki itu bergabung bersamanya di kolam renang. Sebuah pekik keluar dari mulut Jeff.

"Sudah lama gue nggak ngejahilin lo." Zai tertawa lepas.

Bukannya marah, Jeff malah tersenyum, "Sudah lama gue nggak lihat lo ketawa begini."

Tak lama setelah itu, mereka keluar dari kolam renang. Kolam renang dalam ruangan itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Salah satunya adalah clothes room yang berisi pakaian renang maupun seragam sekolah karena itu Jeff santai saja meski bajunya basah kuyup. Asisten Zai bergerak dengan sigap untuk memberikan bathrobe dan handuk pada Zai dan Jeff yang duduk berdampingan di kursi malas.

"Sorry."

"Berhubung lo lagi ulang tahun, gue maafin." Jeff menggosok rambutnya kasar, "Tumben banget undangan ulang tahun lo belum disebar. Nggak ada party nih?"

"Tumben memang. Hari ini dia nggak kirim pesan default-nya."

"Kamu mau hadiah apa untuk tahun ini? Pesan itu?"

"Iya, selama sepuluh tahun dia nggak pernah absen kirim pesan itu. Gue curiga sih, itu pesan berlangganan yang kadaluarsa setelah sepuluh tahun."

***

Zai memasuki bangunan yang lebih pantas disebut sebagai istana dibandingkan dengan rumah. Ia melangkah melewati ruang tengah yang menyerupai aula. Ia menatap sinis pada foto keluarga yang menggantung di tengah dinding.

Jika ditanya tentang arti keluarga, Zai hanya bisa menceritakan keluarga versi panti. Ia tidak bisa menjelaskan tentang keluarga Arkanayaka kecuali Jeff sepupunya. Anggota keluarga yang lain tidak dekat dengannya. Mereka hanya berkumpul pada saat ada acara yang bersentuhan dengan bisnis.

"Zaivan."

Zai menghentikan langkahnya. Ia membeku di tempat. Ia mengenali suara itu.

"Bukan begitu caranya menyapa setelah setengah tahun."

Zai mendapati beberapa orang berdasi tengah berkumpul di ruangan itu. Awalnya Zai mengira kalau orang-orang itu adalah pengawal atau pegawai di rumahnya.

"Tuan Harsa ada di depan Anda. Beliau mengenakan dasi hitam dengan garis biru." Asisten pribadinya berbisik.

Zai menggeleng. Ia cukup terkejut dengan fakta bahwa ayahnya ada di rumah saat hari ulang tahunnya.

"Masih kesulitan mengenali saya?"

"Bukan kesulitan, saya memang tidak mengenali wajah Anda."

"Tuan Muda." Asisten Zai berusaha menghentikan Zai yang menjawab dengan sarkas.

Lucu memang, seseorang yang seharusnya paling mengerti kondisi Zai malah bertanya mengenai hal itu. Zaivan mengalami kelainan yang disebut prosopagnosia.

Prosopagnosia adalah kelainan dalam mempersepsi wajah yang membuat orang yang mengalaminya akan sulit mengenali wajah termasuk wajahnya sendiri. Keadaan ini biasanya diakibatkan oleh kerusakan otak akut, walaupun bukti terkini juga memperlihatkan adanya kemungkinan pengaruh faktor keturunan.

Kondisi ini juga yang membuat Zai memiliki kebiasaan melihat pantulan dirinya di cermin. Setiap hari ia takjub karena ia tidak bisa mengenali wajahnya sendiri.

"Zaivan, ikut saya." Pria dengan dasi hitam bergaris biru itu bangkit dari kursinya, ia melangkah menuju ruangan pribadinya.

Mau tidak mau Zai mengikuti ayahnya.

Setelah tiba di ruangan pribadinya. Ayah Zai memerintahkan semua orang untuk keluar.

"Kamu mau hadiah apa untuk tahun ini?" Ia duduk di balik meja besarnya.

"Anda memerintahkan semua orang keluar dari sini hanya untuk menanyakan hal itu. Konyol sekali."

"Zaivan!"

"Sepertinya Anda punya hobi baru. Setelah setengah tahun, Anda jadi lebih suka marah-marah."

Ayah Zai berusaha tenang. Ia memutar kursinya menghadap ke jendela dengan kaca besar. Ia menghindari bertatapan dengan anak semata wayangnya.

"Kenapa kamu mulai bertingkah akhir-akhir ini?"

"Anda sudah tahu jawabannya."

"Apa kamu akan terus menyebut ayahmu dengan kata anda?"

"Kalau memang Anda mau dipanggil dengan sebutan Ayah. Bersikaplah seperti seorang Ayah."

Wajah pria itu memerah. Ia berteriak memanggil asisten Zai. Tanpa menoleh, ayah Zai memberikan perintah, "Kurung dia di kamar. Anak ini harus diberi pelajaran."

Dengan sigap, asisten Zai meraih lengan tuan mudanya dan membawanya ke kamar.

Untuk pertama kali, tepat di hari ulang tahunnya, ayahnya berada di rumah. Untuk pertama kali, tepat di hari ulang tahunnya, Zai ingin menghilang dari dunia. 



Terima kasih sudah membaca.

ODOC WH BATCH 4 Day 3

30 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro