Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. Dandan?

____

Hujan di luar sana makin membuat pagiku tidak produktif. Rinai yang terdengar di atap bak irama yang menenangkan telinga dan membuat mataku rasanya tak ingin terbuka jika saja bunyi notifikasi LINE tidak mengganggu pagiku yang nyenyak.

Setiap hari libur, setelah salat Subuh aku pasti akan kembali tidur dan bangun lebih sering pukul sembilan pagi. Kemudian saat bangun yang aku cari pertama kali adalah ponselku. Masih dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka lebar, aku chatting dengan Rumi. Pagi-pagi sekali dia sudah mengirimkan kepadaku pesan LINE bahwa dia ingin ke sini.

Arumi Bunga Rahayu

:(
Gue patok nih
Read dong

Emang lo ayam?

Tok petok
Gue serius lo lagi
di rumah, kan?

Iyaa rumii sayang

Pasti lo masih di
atas kasur

Hehe tau aja

Rum?

Hem paan

Semalam mars ke sini

SERIUS? OMO OMO

Nyesel gue kasih tau lo

Cerita dooong mau
tau nih gue
Kepo akut akuh
Behahaha

-_-

Lo berdua ke mana?
Ngapain aja?

Nggak ke mana-mana.
Cuma di depan rumah. Main ayunan

Mars main ayunan?
Wkwkwk

Enggaaaak. Dia duduk di
bangku yg deket pohon itu

Oalah. Terus, terus?
Apa aja yang kalian
bahas? Mars gak
nembak lo?

Ngapain nembak gue?

Kayaknya dia suka sandra

WHAT?
YA NGGAK MUNGKINLAH
SAMA NEK LAMPIR ITU
GIMANA SIH LO

Ciri-ciri yg mars
sebutin sama semua :(

Cie emotnya wkwkw
lo cemburu?

Idih gak lah. Kesel aja. Kayak gaada cewek yg lain aja. Masa sandra dapat cowok kayak mars?!!! Tapi iya sih, kayak yang mars bilang. Cinta itu buta
Lagian, ngapain gue urusin. Ish.


Hem. Memangnya mars
bilang apa aja deh? Kalau
gue lagi butuh jawaban
ulangan aja lo sering
nggak peka, apalagi masalah cowok -_-

Mars bilang, dia suka
sama anak nuski. Cantik. Senyumnya manis kalau gue
nggak salah inget.
Anak olimpiade fisika juga. Gue kepikiran sandra aja soalnya mereka kan udah lama sekelas.

Lo ah
Itu mah lo bege
Gimana siech

Masa sih?
Tapi kok gue gak yakin, ya?

Allahu akbar
Kalau mars beneran
suka sama lo, lo gimana?

Ya nggak gimana-gimana.

Cubit nih

Ya emang gue harus apa?

Allahu akbar

Rumi tidak membalas pesanku lagi. Aku menguap dan membuka semua pesan grup di LINE dengan malas. Mataku kembali berat. Dua detik kemudian aku memejamkan mata sambil bergelung di dalam selimut yang sudah melilit tubuhku entah sejak kapan. Namun, lima detik berikutnya suara kencang yang berasal dari luar ruang kamarku membuat kelopak mataku refleks terbuka lebar.

"GEIGI! BOKAP LO UNTUNG LAGI NGGAK DI RUMAH JADI GUE ENAK TERIAK-TERIAK."

"Rumi!" Aku bangun dan menatap Rumi yang menyengir. "Lo nggak bisa nyantai, ih," kataku lagi lalu kembali berbaring dan memejamkan mata.

Kurasakan tempat tidurku bergerak. Aku mengubah posisi menjadi telentang dan menoleh ke kanan. Ternyata Rumi sudah duduk manis sambil mengemil snack di tangannya.

"Lo ke sini cuma mau makan snack?" tanyaku heran.

"Ya enggaklah." Rumi menatapku. "Eh, bahas yang tadi. Gue punya sebuah ide yang gemilang."

Aku meringis.

Rumi kembali bicara. "Lo perlu dandan!"

"Buat?" Aku heran.

"Lihat reaksi mereka."

Aku langsung menangkap mereka yang Rumi maksu adalah Dirgam dan Mars. Lagipula, siapa lagi cowok-cowok yang selalu membuat Rumi antusias? "Kenapa dengan mereka?"

Rumi menatapku dan tersenyum penuh arti. "Besok pagi gue berangkat sama lo dan Bokap lo, ya? Biar gue yang dandanin. Lo kan nggak bisa dandan apalagi punya alat make up."

***

Besoknya, Rumi benar-benar datang di pagi hari. Satu jam sebelum aku biasanya berangkat. Disaat aku baru selesai mandi, Rumi sudah duduk di atas tempat tidurku sambil mengangkat sebuah tas sedang yang aku yakin berisi alat-alat make up. Dia juga sudah lengkap dengan seragam SMA Nusa Cendekia.

"Itu punya siapa?" tanyaku curiga karena setahuku Rumi juga tidak begitu sering dandan seperti Sandra ke sekolah.

"Nyokap, hehe."

Aku tahu mamanya Rumi punya wedding organizer. Makanya tidak heran dia membawa benda-benda yang sebagiannya belum aku tahu. Sambil memakai seragam, aku membayangkan Rumi mengacak wajahku dengan alat-alat make up yang ribet itu.

Sebenarnya, kemarin saat Rumi selesai mengatakan akan mendandaniku, aku langsung bersikukuh untuk tidak memakai apa pun ke sekolah seperti hari-hari biasanya. Namun, Rumi lebih keras kepala lagi.

"Cepetan sini! Ntar kita telat, lho." Rumi sudah mengomel.

"Lama nggak?" tanyaku sambil melangkah ke arahnya.

Rumi mengarahkan jari telunjuk dan ibu jarinya yang bersentuhan ke depan bibirnya sambil berkata, "Sampai perfect!"

Aku duduk di meja rias yang sebenarnya aku pakai jika hanya ingin duduk bercermin sambil menyisir rambut atau mencepol rambut sebelum ke sekolah. Mama yang menyiapkan semuanya. Dari sabun muka, sabun mandi, handbody yang sejak beberapa bulan yang lalu tidak aku sentuh, bedak bayi yang lebih sering aku gunakan ke leher saat di rumah saja, vitamin rambut yang tempatnya belum rusak sedikit pun, masker wajah yang masih utuh, dan semua yang tidak membuatku berniat untuk perawatan diri.

Mandi saja kadang malas.

"Bibir lo jangan sering dijilatin!" bentak Rumi. Aku hanya mendengkus sebal. "Coba monyongin. Ummm kayak gini," kata Rumi sambil memonyongkan bibirnya. Aku ikut memonyongkan bibirku.

"Buat apaan?" tanyaku heran.

"Cuma pengin lihat pecah-pecah apa enggak. Ternyata enggak."

Aku hanya mengangguk. Rumi menuangkan sesuatu ke benda berwarna pink seperti spons lalu dia menyentuhkan sesuatu—yang aku tidak tahu namanya itu—ke wajahku. Aku melirik wajahku sekilas lewat cermin.

"Ini apaan?"

"Lo nggak tahu?" Aku menggeleng. "Ini namanya foundation. Tipis aja," katanya sambil menyentuhkan spons pink ke wajahku berkali-kali. Aku hanya bisa memutar bola mataku ke atas.

"Lo belajar ini semuanya dari mana, sih?" tanyaku heran.

"Youtube, sayang. Emang elo? Instagram aja nggak punya! Makanya waktu itu dengerin gue, pakai instagram kek biar gaul dikit."

Aku memberenggut. "Lagian kalau gue punya instagram, apa yang harus gue post? Selfie aja nggak pernah, nggak kayak lo yang tiap apa-apa selfie."

"Ya itu makanya. Dari dulu gue bilang buat akun IG. Post foto lo yang lagi senyum! Pasti banyak anak Nuski yang like! Lo bisa-bisa jadi selebgram."

"Selebgram itu apa?" tanyaku bingung.

"Allahu akbar. Sekalian gue istigfar yak." Rumi menatapku dengan gemas. "Selebgram. Selebriti instagram. Yang punya ribuan follower dan sering foto endorse itu, lho. Yang semua fotonya kece-kece dan bening-bening."

"Kenapa gue bisa jadi selebgram?"

"Cowok-cowok itu rata-rata suka cewek bergingsul. Instagram lo bisa ramai. Lo agak mirip Nabila JKT48 pas Nabila masih awal-awal muncul."

Aku menatap Rumi tidak terima. "Maksud lo, gue harus pamer muka gitu di instagram biar cowok-cowok suka sama gue dan gue bisa banyak follower?"

"Bukan gitu...." Rumi cemberut. "Udah, ah." Dia mengambil bedak dan memakaikannya di wajahku.

"Lo tahu ini apa?" Rumi memperlihatkan sebuah pensil berwarna hitam.

"Pensil?"

"Buat?"

"Buat nulis, kan?"

"Alahu akbar. Gemes gue sama lo, Gi!" Rumi berkacak pinggang. "Ini tuh buat alis!"

"Jangan!" Aku berteriak. "Gue nggak mau pakai."

"Dikit doang, ih. Ini warnanya cokelat, kok. Nggak sampai bikin alis lo kayak ulat bulut, kok."

Aku menyerah. Rumi mendekatiku dengan senang hati dan aku merasakan alisku seperti sedang dicoret berulang-ulang. Setelah itu, Rumi mengambil benda panjang berwarna pink dari dalam tas. "Liptick?"

"Ini namanya lip tint. Biar bibir lo pink alami. Nggak pucat kayak sekarang," sembur Rumi sebelum aku bertanya.

Aku mengangkat bahu. Terserah apa jadinya aku nanti. Rumi terus memberikan berbagai alat make up yang tak aku tahu. Sesuatu di pipiku. Di bulu mata. Dan beberapa tempat lain yang membuatku mulai malas duduk lama-lama di sini.

Rumi memegang kedua pundakku, mengarahkanku untuk menghadap sepenuhnya ke cermin. Aku ada di sana. Dengan versi Geigi yang berbeda, tapi rambut yang masih tercepol.

"Terakhir. Rambut lo diurai, ya? Lo nggak marah kan? Dari tadi lo diem aja." Rumi cemberut lewat cermin yang aku perhatikan. Aku hanya tertawa kecil melihatnya merasa tidak enak begitu. Rumi menarik ikat rambutku lalu menyisir rambutku yang jadi bergelombang karena setiap hari dicepol.

"Ya ampun lo kayak princess. Oh my God."

Lebay.

"Aduh, demen dah gue dandanin orang lain." Rumi masih antusias memandangi hasil karyanya sebagai anak yang sudah menginjak 17 tahun dua bulan yang lalu.

Yang aku lihat pada cermin, cewek di depanku ini rambutnya terurai. Bagian bawah rambutnya sedikit ikal. Make up yang ada pada wajahnya tidak sampai semengerikan yang aku kira. Bulu matanya yang lentik makin lentik karena sentuhan benda yang Rumi pakaikan tadi. Ada rona merah di kedua pipinya bukan karena dia malu.

"Coba lo senyum, deh, Gi! Dikit aja!"

Dan jika dia tersenyum tipis, gingsul itu langsung terlihat. Di dekat kedua sudut bibirnya juga ada lesung.

Eum, sebenarnya aku juga penasaran dengan reaksi Mars seperti apa nantinya jika melihatku seperti ini. Atau Dirgam. Sekarang saja aku sudah malu membayangkan wajahku yang tidak seperti biasanya datang ke sekolah dengan tampilan yang sangat berbeda dari biasanya.

Tiba-tiba aku sangat gugup membayangkan orang-orang menjadikanku pusat perhatian di sekolah. Lalu mereka akan berbisik-bisik sambil menertawai segala dempulan yang ada di wajahku ini yang tidak biasa.

"Nggak, ah! Gue nggak bisa!" kataku sambil berdiri, berniat ke kamar mandi untuk menghapus segala yang ada di wajahku. Namun, Rumi menahan lenganku dan menatapku dengan berdecak.

"Kita ke sekolah! Sekarang!"

***


an:

Apa pun itu nanti ending-nya, semoga tetap suka<3

Konflik

Ringan, tapi manis?

apa

Berat, tapi berkesan?

Ini bukan pertanyaan untuk cerita Geigi, sih. Soalnya mengenai ending aku sudah siapkan yang manis ( versi aku). Tinggal ramu konfliknya saja seperti apa nantinya.

sirhayani

diriku
yang rambutnya nggak pernah disisir, mata panda, kucel, males mandi, yang tidurnya kayak kelelawar

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro