Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 39 - Aiostar

Chapter 39
Aoistar

Di Argian. Tiap orang punya alat komunikasi yang berpusat pada sebuah bola kecil kebiruan yang terbang di tengah-tengah poros planet. Jika bumi memiliki satelit untuk alat komunikasi. Argian menggunakan Aoistar.

Aiostar sendiri adalah gabungan beberapa mineral tertentu yang memiliki kemampuan menangkap gelombang suara dan mengirimnya kembali. Kelebihannya, sinyal penerima akan selalu ada selama benda itu berfungsi. Berbeda dengan komunikasi bumi yang kadang mengalami gangguan sinyal oleh beberapa faktor.

Bahan yang digunakan pun bukan perpaduan mesin dengan penggerak seperti satelit. Aoistar lebih ke mineral alami yang memiliki kemampuan menangkap gelombang.

Reana yang tidak sengaja menerima pesan Acrux pada cincin Aoistar. Tersentak, lalu dengan panik. Menutup semua jendela dan memeriksa ke luar kamar. Dirasa sudah cukup aman. Ia pun menampilkan sebuah pesan teks yang terpampang dalam abjad Argian.

Mata amber Reana bergerak cepat membaca tiap suku kata. Lalu di akhir, dia justru tersenyum tipis. Belum sempat ia membalas pesan itu. Arkian masuk ke dalam kamar dengan alis bertaut bingung.

"Ada apa Reana? Mengapa kau mengunci diri sendirian di sini. Apa kau sakit?"

.
.
.

Acrux menjadi lebih gelisah dari pada biasanya. Dia tidak yakin, apakah Reana telah menerima pesannya atau tidak. Jika ya, apakah dia bisa membalas pesan itu tanpa sepengetahuan Arkian dan yang lainnya? Acrux tidak bisa menduga hal baik dari kedua masalah tersebut.

Mereka sudah berada di rumah. Hampir menghabiskan waktu terkurug di rumah Paman Max dan belajar. Paman Max akan segera kembali besok lusa.

Lucas berinisiatif agar mereka tidak ke perusahaan sementara waktu. Toh, Paman Max akan curiga, jika tahu mereka tampak sedang menguji coba sesuatu yang dianggap seperti sedang bermain-main.

Sejauh ini bumi masih aman. Acrux dan Leo lebih memilih mendekam di dalam rumah. Luna kadang secara diam-diam meminta Lydia untuk mengawasi sesuatu di luar sana.

Hari itu tiba, Paman Max tiba di rumah lepas langit berubah gelap. Sadr jadi orang pertama yang menyambut pria itu.

"Semuanya ada di sini?"

Paman Max tampak tidak heran dengan keberadaan tiga pria dan satu wanita di dalam rumahnya. Ia memerintahkan Luna untuk ke kamar, sementara ia ingin berbicara pada Lucas, Sadr dan Acrux.

Luna menurut. Dia naik ke atas, tetapi hanya sampai batas Paman Max tidak dapat melihat ke tangga-tangga.

"Sadr. Bagaimana perasaanmu?" tanya Paman Max sambil duduk menyilangkan kaki di atas paha.

"Luar biasa, Om," kata Sadr dengan wajah tersenyum. "Terima kasih banyak mau membantu biaya sekolahku."

Paman Max mengganguk. Lalu mengambil minum dari Lucas yang baru saja mengantarkannya dari dapur.

Para pria itu menunggu komentar Paman Max dengan suasana jantung berdebar. Ketiganya harap-harap cemas tentang menit-menit yang akan datang.

"Kau Acrux," ujar Paman Max. "Bagaimana dengan keluargamu? Apa mereka tidak mencarimu?"

Luna benar-benar tidak ingat soal ini. Dia dan Lucas belum menyusun rencana soal identitas Acrux. Sial, jika Paman Max telah mencari tahu asal-usul Acrux. Hanya masalah waktu, sampai kekacauan itu datang melanda menerpa rumah mereka seperti badai topan di Arizona.

"Aku yatim piatu," jawab Acrux. Itu informasi yang benar. Di Argian, ia dan Arkian hidup berdua tanpa orangtua mereka. Ibu, Acrux meninggal saat ia berusia 15 tahun dan ayahnya meninggalkan karena sakit setahun lalu, saat ia mengumumkan Arkian si anak sulung sebagai pewaris tunggal.

Paman Max masih menelisik wajah Acrux dengan seksama. Sorot mata biru Acrux yang seolah tidak takut dan berani, membuat Paman Max cukup percaya akan perkataannya.

"Jadi kau hidup dengan siapa sekarang?"

"Kakak laki-lakiku. Tapi kami memiliki hubungan yang buruk dan hidup terpisah."

Acrux kembali menjelaskan masalah keluarganya. Sadr, agak bersimpati mendengar cerita keluarga Acrux.

"Hm."

Paman Max tampak memikirkan sesuatu. Itu membuat Sadr menatap Lucas untuk meminta tolong sesuatu. Yang ia sendiri, juga tidak tahu akan hal tersebut.

"Sejujurnya, aku tidak terlalu mengenalmu, Nak. Tapi, jika aku menyuruhmu pulang sekarang. Luna pasti bakal mengamuk dan memusuhiku."

Acrux malah mengganguk membenarkan. Sadr merasa, Acrux terlalu berani.

"Ya sudahlah, aku hanya bisa memberimu izin sebulan di sini. Setelah itu, kau harus pulang ke Indonesia."

Paman Max bangkit dari sofa. Acrux ingin menyela. Tetapi keburu dicegat oleh Lucas dengan sebuah atensi untuk tetap tenang dan tidak membuat Paman Max curiga.

Luna yang mendengar Paman Max akan naik ke lantai dua pun buru-buru berlari ke dalam kamar. Saat itu, di belahan bumi lain. Sekelompok pasukan Scorpion terlibat baku tembak dengan kelompok bersenjata di tengah gurun.

Beritanya turun saat pagi menjelang. Para televisi berita internasional mengabarkan kejadian ini dari serangan orang-orang aneh bersenjata yang menanyakan tentang keberadaan seorang makhluk alien yang datang ke bumi saat hujan meteor terjadi.

Akibatnya, kegemparan dan konspirasi meledak di mana-mana. Orang-orang mulai berspekulasi, bahwa hujan meteor yang terjadi bukanlah fenomena alam biasa. Itu semua, seperti telah direncanakan.

Insiden di India dan pembajakan pesawat maskapai milik Indonesia beberapa waktu lalu pun semakin di sangkut pautkan.

Sadr yang menonton berita itu saat sarapan pagi bersama Paman Max, Luna dan Acrux. Hanya bisa terbelalak menatap Luna.

Suasana meja makan menjadi tegang. Tangan Luna bahkan gemetar di bawah meja. Acrux yang duduk di dekatnya berusaha menggenggam tangan Luna untuk memberi kekuatan.

"Alien?" ucap Paman Max di tengah suasana.

"Om percaya itu?" tanya Sadr dengan wajah pucat.

"Percaya," sahut Paman Max dengan cukup percaya diri. "Apa yang kalian lakukan di India? Jalan-jalan?"

Luna mengigit bibir bawahnya. Mengapa Paman Max tiba-tiba menanyakan hal seperti ini. Luna tersenyum kaku.

"Jalan-jalan."

Paman Max meneguk kopi hitamnya. Kemudian dia menggeleng.

"Luna," seru Paman Max. "Lebih baik kau jelaskan apa yang terjadi." Dia lalu melirik Acrux dengan senyuman paling misterius yang pernah Luna lihat.

"Metoer yang jatuh depan rumahmu." Paman Max mulai bercerita. "Televisi di ruang tamu yang hangus dengan cara aneh, penggunaan laboratorium kapal secara misterius hingga menyebabkan alarm kebakaran berbunyi, pergi ke India dan terjadi insiden besar. Kemudian pulang, dengan kapal yang dibajak dan meminta izin menggunakan militer perusahaan."

Sadr semakin tidak sanggup mendengar untaian kalimat berikutnya. Dia sudah panik bukan main.

"Cowok asing yang tiba-tiba terus menempel padamu. Asal usul yang tidak bisa di selidiki dan sekarang." Paman Max menunjuk ke arah layar televisi di dinding.

"Ada insiden dari sekelompok pasukan misterius yang mencari orang. Jadi, Luna ... apakah Acrux pria yang dicari ini?"

Jantung Luna serasa mau melompat keluar. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Padahal Luna yakin, dia sudah memperhitungkan semua dengan cara sebaik-baiknya.

Tetapi Luna lupa, Paman Max jauh lebih pintar dari yang terlihat. Dia tidak bisa dibodohi begitu saja. Semua rentetan kejadian yang terjadi di bumi belakangan ini. Semuanya mengarah ke keberadaan Acrux.

Satu-satunya bukti yang menguatkan hal tersebut adalah ... tanpa Luna sadari, Paman Max telah menyelidiki spesimen yang membuat televisi rumahnya hangus dengan jejak meteorit sebelumnya. Di mana, ini sangat cocok 99,9%.

Untuk itulah, spekulasi tentang makhluk yang jatuh bersama meteor ke bumi adalah Acrux. Yang sekarang, menjadi kedekatan dengan keponakan tersayangnya....

____/_/_/____
Tbc

Hola...
Gimana kabar semuanya di tahun 2022 ini? Udah masuk maret. Harapanku, semoga GTA bisa ikut Wattys dan menang.

Yap, aku berencana merevisi bab-bab awal untuk menarik perhatian juri. Semua itu, akan kukerjakan setelah menamatkan GTA....

Yeah, semoga nanti GTA memenuhi syarat mengikuti wattys. Amiinnnnn

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro