Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

bagian 9.

by sirhayani

part of zhkansas

...

"BENERAN?!" Anggi berteriak dan melompat beberapa kali dengan kedua tangan yang masing-masing menggenggam tangan Clara erat. Clara menarik diri, mengarahkan telunjuknya di bibir dan berdesis pelan sembari melihat sekeliling yang masih ramai.

"Jangan berisik. Ntar kedengeran gue malu tahu."

"Cie elah." Anggi menyenggol Clara gemas. "Kapan go public, nih?"

"Emang orang penting go public segala?" Clara melihat ke arah kelas seberang untuk memastikan Arjuna sudah keluar atau belum. "Dia kaku. Gue udah sadar kok nggak perlu ngarep banyak. Cukup sering belajar bareng gue udah seneng, kok. Lagian kalau jalan-jalan mulu kayak waktu sama Kak Tomi capek juga."

"Ya, pacarannya nggak belajar mulu kali."

"Bodo amat." Tepat saat mengatakan itu, Arjuna dan Nata baru saja keluar dari kelas mereka. Clara yang memang sengaja memelankan langkah dari tadi demi mengulur waktu akhirnya bisa melihat Arjuna dengan jarak yang lumayan dekat.

"Gue udah bilang belajar naik motor!" seru Nata sambil memukul-mukul lengan Arjuna yang keras. "Buset. Ini kenapa lo berotot gini kerjaannya rebahan padahal. Iri gue. Bro, bro. Cewek lu dari tadi merhatiin!"

Arjuna menoleh ke arah Clara setelah Nata menunjuk cewek itu. Refleks senyum Clara terukir tipis.

"Nggak dianterin lo sama dia?" bisik Anggi pelan sambil memandang Nata sewot karena seperti biasanya, Nata tak bisa diam.

Clara menggeleng. "Gue juga nggak langsung balik kali. Cowok-cowok di SCD masih pada di sekolah palingan."

Mereka berhenti berjalan entah sejak kapan dan terus mengobrol. "Dia kan nggak punya motor. Nggak bisa nebeng, dong."

"Ya gapapa. Emang harus nganter jemput gue gitu? Gue bisa pulang sendiri, kok," kata Clara dan langsung gugup melihat Arjuna berjalan ke arahnya.

"Dia dateng. Dia dateng!" bisik Anggi tertahan. Cewek berbando hitam itu berlari meninggalkan Clara sambil melambaikan tangan. "Gue pulang dulu! Dah dijemput. Bye! Jangan lupa PJ! PJ!"

Clara gelagapan. Beberapa siswi yang lewat melihatnya penasaran. Ditambah kehadiran Arjuna di dekatnya yang menambah pembahasan gosip mereka.

"Bro, gue juga, ya. Jangan lupa saran-saran gue tadi tentang cara memperlakukan wanita dengan semestinya!" Nata mengedipkan mata dan Clara tertawa geli. Arjuna mengangkat kepalan tinjunya diam-diam kepada Nata sebelum Nata lari terbirit-birit.

"Mau barengan keluar?" ajak Arjuna saat memandang Clara. Cewek itu mengangguk-angguk menahan bibirnya agar tidak terlalu kentara sedang tersenyum.

Keduanya berjalan beriringan dengan langkah sama pelannya menikmati jarak dan waktu. Sama-sama masih canggung. Terlihat beberapa kali Arjuna mengusap rambut belakangnya tanpa Clara sadari. Arjuna juga tidak menyadari bagaimana gugupnya Clara karena sedang memainkan jemarinya sambil memandang sekeliling.

"Gue pernah lihat lo masuk gerbang Cendei," kata Arjuna setelah mengingat kejadian yang lumayan lama. Berhasil membuka percakapan di antara mereka.

Clara menatapnya sekilas. "Iya, rumah gue ada di dalam sana. Gue tinggal dari kecil."

"Deket. Lo selalu jalan kaki?"

"Pasti. Hemat. Ngapain naik kendaraan juga? Muter-muter, doang. Waktu sampainya sama aja. Hitung-hitung olahraga tiap hari."

"Gue anter, ya?"

Clara berhenti sebentar dan mengusap leher canggung. "Boleh."

Tiba-tiba teringat sesuatu tentang cowok berambut gondrong, Jovan. Saking terlalu senang, Clara lupa dengan perkataan cowok itu pagi tadi. Namun, melihat Arjuna menembaknya Clara berpikir bahwa semua akan baik-baik saja.

"Agak nanti aja. Boleh...?" pinta Clara pelan. "Lo sibuk? Di sana ya lo tahu sendiri. Sekolah khusus cowok. Kita masuk sana juga bakalan jadi perhatian karena beda seragam."

"Waktu gue luang terus, kok." Arjuna melihat taman STARA dan berjalan duluan.

Clara tersenyum melihat punggung cowok itu. Dia mengikut saja. Masih ada siswa-siswi yang bersantai di sana dan mengerjakan tugas.

Ada dua bangku panjang yang berdekatan tepat di bawah pohon yang melindungi mereka dari matahari. Arjuna berbaring di salah satu bangku sambil memainkan ponsel. Seluruh tubuhnya terasa lelah dan kantuk kembali datang kepadanya.

Nata

Bro. Gue kan temen yang baik hati

Jadi gue nunggiin lo, kok

Pulang aja sana

Gapapa sih. Gue lagi deketin anggi lagi nih

Pantang mundur coy! Hoho

Terus

Bro bro

Anu

Bensin gue udah merah

Uang habis beli cimol :v

Dibandng duduk santai bersama Arjuna, Clara justru berdiri melihat-lihat pohon taman yang tumbuh dengan indah. Tadinya begitu. Sampai kemudian saat tak sengaja melihat sesuatu yang langka. Senyumnya tak bisa lagi dia tahan agar terbuka lebar.

Dia melihat Arjuna ketiduran di atas bangku. Kepala yang disangga oleh tas berisi tumpukan buku. Pasti akan pegal. Ponsel yang berada di atas dada. Kaki yang tertekuk dan satu kaki lagi sampai ke bangku lain.

Clara mendekat pelan-pelan, lalu sedikit menunduk. Kepalan tangannya yang terbuka dia arahkan ke depan wajah Arjuna dengan memberi sedikit jarak. Tangan itu bergerak ke kiri dan kanan perlahan.

Namun, tiba-tiba Arjuna mencengkeram pergelangan tangannya. Clara terkejut dan berdiri. Pergelangan tangannya masih dipegang erat oleh Arjuna sampai Arjuna mengubah posisinya menjadi duduk di bangku itu.

Arjuna melihat tangannya dan segera menguraikan cengkeraman itu. Dilihatnya kulit Clara yang memerah perlahan mulai kembali normal. Arjuna mendongak. Raut wajah Clara masih terkejut sampai cewek itu tak bisa berkata-kata lagi.

"Maaf," gumam Arjuna sambil mengusap wajah. "Gue kira apaan."

Clara mencoba tersenyum. Teringat cengkeraman Tigris kemarin. "Nggak apa," kata Clara sambil duduk di samping Arjuna. "Gerak refleks lo cepat banget."

Arjuna mendengkus. Kemudian keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat.

Clara memutuskan untuk segera pulang. Lagipula dia khawatir dengan keadaan Arjuna yang kurang tidur.

"Andaikan gue udah bisa naik motor, gue anterin lo pulang," kata Arjuna saat membuka gerbang, mempersilakan Clara lewat duluan.

"Memangnya harus punya kendaraan, ya?" Clara tersenyum menoleh ke sampingnya saat melewati Arjuna. "Jalan kaki lebih nyaman."

Asal bareng lo terus, lanjut Clara dalam hati.

***

Di balik helm full face yang cowok itu gunakan, raut wajahnya berubah heran melihat seorang berseragam SMA yang selama ini tidak ingin kehidupan pribadinya diganggu, muncul di depan SMA Cendei D'Graham bersama seorang cewek.

Motornya memelan dan dia memberi jarak yang lumayan jauh dari gerbang, lalu berhenti. Senyumnya sangat sinis. Clara. Cewek yang kata Tigris hanyalah temannya, sekarang mereka terlihat tidak seperti sekadar teman.

Cowok itu akan membuktikannya suatu saat.

Selain fakta baru tentang Tigris yang sepertinya menyembunyikan sesuatu, satu hal menarik bagi cowok yang sedang mengamati itu adalah Tigris ternyata seorang pelajar.

Bukan pengangguran.

***



 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro