Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36


note: Sampai di part ini, apa yang membuatmu masih bertahan?

Btw, buat yang nanya kenapa alurnya lambat? Banyak hal. Yang paling dominan itu karena dalam satu part rata-rata nggak sampai 1000 kata. Bahkan ada yang hanya 300-an kata. Selain itu, tiap satu adegan dibuat hanya dalam satu PART.

Seandainya aku nggak pakai pembagian kayak gitu alias kalau pembagian partnya normal kayak cerita-ceritaku yang lain (kecuali True Stalker), maka PART nya baru sampai kisaran PART 20 atau belasan.

Selain itu juga, agak lambat ke konflik utama karena tokoh cowok di sini bahkan sampai 5 orang. Jadi, aku musti bagi kapan si A muncul kapan si B muncul sampai akhirnya nanti hanya dua atau mungkin cuma tiga cowok yang difokusin.

#TimGama

#TimAirlangga

#TimMalvin

#TimElon

#TimOcean

ENJOY dan selamat membaca!

#TimGameOver1FallingInLove

#TimMenungguGameOver2WithMr.

__

by sirhayani

part of zhkansas

...

"Loh, ngilang?" tanya Widya.

"Ke mana!" Ninik nyaris berteriak, lagi. "Padahal tadi gue ngelihatin terus. Ini cuma berpaling bentar doang tiba-tiba ngilang."

Aku ikut memandang ke tempat Kak Malvin. Tak heran. Selain jago memanjat, menggelantung di ranting pohon, juga jago menghilang.

Aku memasukkan kerupuk ke mulutku saat melihat ponselku bergetar di meja. Pesan WA dari Mama. Aku membuka dan membacanya.

Mam ♥: Udah ketemu sama Sean belum?

"Heh?"

Apa? Kenapa? Kak Sean?

Aku mulai gelisah dengan berbagai dugaan di benakku. Aku segera membalasnya.

Vera : Maksud mama apa, Ma?

Mam ♥: Loh? Kalian belum ketemu?

Vera : Belum....

Vera : Emang kenapa, ma?

Mam ♥: Ya udah kalau belum ketemu, nanti ketemu sama Sean, ya. Bahas jadwal les private kamu sama dia

"Mampus! Mampus!" Aku menggerakkan jari dengan lincah dan gelisah.

Vera : Les private??? Kak Setan hugs mau les? Kara Mama aju kan sendiri aja

Mam ♥: Jarinya!

Vera : Ampun ma typo bnyak hueeLLL

Mam ♥: Sean nya yang jadi guru les kamu. Kalau gak sempet ketemu di sekolah. Nanti pulang sekolah kamu ke rumah Sean atau Sean yang ke rumah. Waktu itu mama lupa bicarain sama kamu. ya udah, mama baru inget. Tadi habis ngomongin lagi sama tante devi

Aku memegang jantungku.

"Astaga. Oh my God. Ya Tuhan. Mampus gue. Mampus." Aku terus-terusan merapal.

"Lo kenapa?" tanya Ninik keheranan.

"Mampus gue mampus." Aku meremas rambutku, "Aaah, mampus!"

"Apa, sih. Mampus, mampus?" tanya Widya. "Cerita sini."

Mataku hampir keluar dari tempatnya saat melihat Elon tiba-tiba muncul di samping wajahku. Dia terkekeh dan mengambil kursi kosong di meja lain lalu duduk di sana.

"Cie, kaget," katanya dengan muka polos sambil mengambil gorengan di piringku.

"Apa?!" tanyaku dengan muka galak.

"Santai dong Mbaknya," balasnya.

"Elon!" Ninik menatap Elon penuh antusias. Sementara aku? Sudah lemas. Tak tahu harus melakukan apa.

Yang ada dibayanganku adalah menjadi murid les private Kak Sean dan bagaimana aku akan berhadapan dengannya.

"Elon! Elon!" panggil Ninik berulang-ulang. "Lo katanya salah satu pemain Game Over, ya? Kata Vera sih gitu!"

Aku menatap Elon yang menoleh ke arahku. "Wah, lo bocorin? Cari mati?"

Aku merinding.

"Eh, eh, kami bertiga kan temennya Vera jadi nggak apa, dong, Vera cerita ke kami," sahut Widya kelihatan takut.

"Yah, terserah, sih. Gue juga males ikut. Siapa juga yang bersemangat main game gituan? Daripada minta nomor Vera, mending gue minta kuota internet ke Vera. Ya nggak, Ver?"

Aku menatap Elon tak bertenaga. "Ya'in aja."

"Lo nggak ikut?" Ninik menggeser duduknya mendekat.

"Resminya, gue ikut. Nyatanya, gue nggak ngelakuin apa yang cowok lain lakuin kayak minta nomor handphone lah, nganterin pulang lah, ketemu langsung dan modusin Vera. Nggak. Lagian...." Elon menatapku dengan senyuman usilnya.

"Apa?!" Aku melotot.

"Sebenarnya ada yang ngelarang gue ketemu sama lo, tapi jangan berisik kalau gue ketemu lo sekarang," katanya, membuatku penasaran.

"Siapa?"

"Ada, deh," balasnya sok misterius. "Udah, ah. Wah, enak tuh. Gue makan, ya?" tanya Elon. Tanpa persetujuan dia mengambil es jeruk Widya yang masih penuh dan menghabisinya hingga tersisa hanya es batu.

"Iiih! Punya gue!" seru Widya tak terima. "Eh, katanya lo saudaranya Malvin? Gue nanya cuma pengin memperjelas, sih."

Elon menekuk satu kakinya dan menaikkannya ke kursi. "Oh, si monyet?" tanyanya sambil memperbaiki headphone yang mengganggu di kepalanya.

"Iiih! Kasian monyetnya disama-samain!" sahut Widya.

Saudara? Hah? Monyet? Aku mendekati Elon dan bertanya dengan penasaran. "Lo beneran adiknya?"

Elon memutar bola matanya. "Kalau iya kenapa?"

"Waa! Gue nggak nyangka!" Aku semakin mendekat. "Masa ya Kak Malvin suka gelantungan di ranting pohon. Parahnya, ranting pohonnya kelihatan rapuh gitu. Sebagai adik yang baik, kenapa nggak lo peringati? Kan serem kalau kepalanya tiba-tiba...."

"Dia berhenti kayak gitu kalau udah geger otak." Elon melihat sekeliling. "Mau tahu awal mula kenapa dia suka gelantungan di pohon?"

Aku, Widya, dan Ninik mengangguk antusias. Elon menaikkan alisnya kemudian berdiri. "Ya, anjir lah. Ngapain gue ngegosip di sekeliling cewek kayak gini?"

Widya langsung menarik baju seragamnya. "Eh, eh! Jangan gitu, dong. Bikin penasaran aja."

"Iya, nih. Nggak seru lo." Aku ikut menyahut.

"Wani piro?" tanya Elon sambil menengadahkan tangannya. Kami langsung menyorak tak setuju. Dia terkekeh dan duduk kembali. "Anjir. Terjebak di sini, kan, gue? Cewek nggak kepo nggak bisa hidup, ya?"

Aku memutar bola mataku.

"Mau tahu, kan? Denger nih cerita gue. Suatu hari, gue lagi main kelereng di halaman rumah tetangga. Waktu itu gue masih SD si Malvin udah SMP dan saat itu gue lagi libur sekolah. Malvin? Dia lagi dalam masa diskorsing karena ketahuan ngerokok bareng temen-temennya di sekolah."

Terus, bokap gue ke rumah tetangga gue buat minta tali tambang. Saat gue pulang, eh anjir itu anak udah digantung."

Aku terkejut dengan mata melotot. Widya menutup mulutnya. Sementara Ninik hanya bisa menganga.

"Kok bisa?" tanyaku.

"Nggak mati?" tanya Ninik.

"Masih napas, kan, pas lo datang?" tanya Widya.

Elon menggaruk pelipisnya. "Ya, nggak mati. Lo pikir siapa Malvin yang berkeliaran di sekolah ini? Setan?"

Minuman di mulutku hampir tersembur. "Terus?" tanyaku lagi.

"Digantung. Kaki di kepala, kepala di kaki. Ngerti nggak?"

Aku dan yang lain langsung mengangguk. "Oooh!"

"Jadi, dua kakinya yang diiket di bagian atas. Tujuan bokap gue kan supaya dia kapok. Kalau buat ulah di sekolah, bisa kena hukuman lagi. Tapi anehnya, tuh anak malah doyan model kebalik kayak gitu. Katanya kepala jadi adem."

"Kayak kelelawar!" Aku menjentikkan jari.

"Lebih mirip monyet," kata Elon, seolah kelelawar terlalu elite untuk julukan Kak Malvin. Aku hanya bisa tertawa. "Btw, Ver."

"Hem?"

"Katanya, lo udah tahu cowok kelima, ya?"

Aku melirik Elon terkejut.

"Dan katanya juga, lo suka sama dia, ya?" Dia terkekeh sambil mengunyah pisang.

"Eh, apaan, sih! Siapa yang bilang?"

Elon menyeringai. Dia menoleh ke arah kiri dan tangannya melambai-lambai. "KAK SEAN ADA YANG NYARI, TUH!"

Aku menutup mulutku dengan panik. Nyaris saja berteriak kesetanan. Kutatap ke arah pandang Elon, tetapi aku tidak melihat Kak Sean. Aku mencari ke segala arah. Namun, yang aku temui hanya tatapan berbeda dari siswa-siswi yang ada di kantin ini.

"Lah, beneran suka Kak Sean, ya?" Elon terbahak dan berlari keluar dari kantin hingga tak terlihat lagi.

Ternyata, dia berbohong.

"ELON SIALAN!"

*


 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro