Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16

by sirhayani

part of zhkansas

...

"Kakak emang bego, kan?"

Oh, sebentar. Sepertinya ada orang lain di sini.

Ya, siapa lagi kalau bukan suara Doni?

Aku menggeram kesal. "Kamu!"

Saat berbalik, kulihat dua bocah sedang duduk di lantai sambil berhadap-hadapan. Seseorang yang baru saja mengatai aku bodoh sedang sok sibuk membaca sebuah buku yang terbuka. Dengan tampang cueknya itu, seolah dia tidak pernah mengatakan apa pun sebelumnya.

Aku bersedekap memandang Aira yang cuma bertopang dagu sambil memandangi Doni yang sibuk membaca. Buku mata pelajaran entah apa yang terbuka di depannya tidak menarik. Doni yang lebih menarik untuk dia pandangi. Lihat saja tampang bocah itu? Dia sedang memandangi Doni sambil senyum-senyum sendiri.

Aku melangkah ke arah Aira dan meliriknya sinis. "Ngapain lihat-lihat adik gue? Dasar bocah."

Mungkin merasa sangat tersinggung, Aira langsung menurunkan tangannya dari dagu dan menatapku dengan tampang datarnya. Kenapa sih, Doni, Kak Sean, bahkan Aira memiliki tampang seperti itu?

"Sendirinya bocah," balas Aira.

Aku mencak-mencak dan segera menatap Doni, ingin meminta pembelaan. Paling tidak, anak itu lebih membelaku dibanding harus membela Aira yang suka mengingintilnya ke mana-mana.

"Doni, kalau lo nggak suka Aira depak aja, deh. Katanya lo nggak suka Aira deketin lo mulu, Kan? Nah, hempaskan aja. Hus, hus. Pulang sana, udah malem!" Aku menggerakkan tanganku dengan gerakan mengusir kepada Aira yang saat ini menatapku kesal.

"Suruh aja sendiri. Dia keras kepala," balas Doni.

"Tegas, dong, tegas!" teriakku.

Doni kemudian menatapku dengan sorot seolah dia mengatakan, "Berisik!"

Kesal, aku langsung berlari masuk ke rumah dan menghampiri Mama yang sedang di dapur. Aku memeluk Mama dari belakang yang sedang mencuci piring.

"Gimana bimbelnya?" tanya Mama. Aku langsung mengeluarkan suara pura-pura menangis.

"Nggak bisa-bisa, Ma. Gimana aku bisa belajar kalau nggak ada semangat? Nyemangatin diri sendiri aja susah. Setiap pulang bimbel kan bisa minta bantuan tentor, tapi setiap aku rencana mau minta diajar sama tentor di luar jam bimbel, pasti selalu nggak jadi karena ada aja murid yang minta diajarin sama Kak tentor. Bisa sampai lima orang."

"Tentornya cewek apa cowok? Biasanya kan masih muda yang ngajar di bimbingan belajar," kata Mama.

"Tentornya cowok." Aku mengintip di balik lengannya. "Terus kenapa, Ma?"

"Ganteng nggak? Kalau ganteng mungkin itu salah satu alasan kenapa banyak yang minta diajarin di luar jam bimbel."

"Ganteng, sih." Aku bergumam. "Ah, Mama ada-ada aja, deh."

"Nah, katamu ganteng? Jangan-jangan kamu mintanya diajar sendirian biar bisa berduaan dengan kakak tentor itu?" tanya Mama, lalu terkekeh sambil membilas piring yang penuh busa.

"Ish, Mama!" Aku menutup wajahku di balik punggung Mama. "Aku masih kecil. Mana ngerti cinta-cintaan."

Pret.

Aku terkikik geli. "Lagian, Kakak tentornya udah S2, mungkin umur 24 atau 25 tahun. Aku nggak suka yang setua itu."

Sukanya yang lebih tua dua tahun dari aku, sih.

"Ya udah. Nanti Mama cariin orang yang tepat buat les private. Khusus buat kamu aja." Mama berbalik menatapku.

"Sendiri?" tanyaku. Aku memikirkan apakah nanti aku akan nyaman jika diajar sendirian?

Mama mengangguk kemudian mendorong bahuku menjauh. "Udah, sana tidur," kata Mama.

Aku mencium pipi Mama, lalu berlari ke kamar dan melemparkan tasku sembarangan. Badanku terasa lengket. Aku diam-diam mandi dan berusaha untuk tidak berisik saat guyuran demi guyuran air berjatuhan di lantai. Kalau Mama tahu, aku pasti kena ceramah. Mama yang paling cerewet kalau tahu aku, Doni, atau Papa mandi di malam hari.

Setelah membersihkan diri dan memakai piyama, aku menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur. Sambil menatap langit-langit kamar, kembali terngiang kejadian memalukan tadi bersama Kak Sean. Aku menutup wajahku dan menggulingkan diri di kasur.

"Huhu kumenangos."

Aku tambah tak ingin bertemu dengan Kak Sean lagi. Rasa malu itu sudah membesar dua kali lipat dari sebelumnya. Kira-kira, apa pendapat Kak Sean tentangku? Cewek yang terlalu GR? Aku masih tidak menyangka Kak Sean mengajakku bicara seolah-olah dia tahu aku siapa. Dia pasti ingat aku adalah anak tetangga depan rumah. Mamaku dan mamanya kan sering menggosip di depan rumah kalau sedang membeli belanjaan di tukang sayur yang lewat.

Aku bergegas turun dari kasur saat kudengar suara motor, lalu berlari ke ruang tamu melewati ruangan demi ruangan yang lampunya sudah dimatikan. Di balik gorden ruang tamu, aku mengintip untuk memastikan bahwa aku tidak salah dengar telah mendengar suara motor Kak Sean.

Harusnya, Kak Sean sedang bersiap-siap pergi. Namun, yang kulihat sekarang adalah Kak Sean sedang memasukkan motornya ke dalam garasi. Aku mengernyitkan dahi. Dia dari mana? Bukannya tadi Kak Sean sudah pulang? Dan sejak tadi tak ada suara motor Kak Sean yang kudengar.

Telingaku terlalu peka hanya mendengar suara motor Kak Sean meski cuma sedetik.

Aku menutup gorden dan menyisakan sedikit celah agar aku masih bisa melihat Kak sean. Aku mengernyit kebingungan saat kulihat penampilan yang membedakan Kak Sean tadi dan sekarang.

Tadinya, Kak Sean mengenakan kaos saat bersamaku. Sekarang yang terlihat adalah Kak Sean memakai jaket membalut kaos yang dia pakai tadi.

Aku menutup gorden saat Kak Sean sudah menutup garasinya.

Sambil berjalan kembali ke kamar, aku berpikir bahwa mungkin saja Kak Sean memang akan keluar dengan motornya setelah pulang bersamaku, lalu Kak Sean mengambil jaket dan memakainya. Kemudian pergi.

Sebenarnya sesimpel itu. Aku saja yang terlalu penasaran dengan segala hal yang berkaitan dengan Kak Sean.

Karena aku ... menyukainya.

**

.

bagi yang pengin baca kisah Aira dan Doni cuma ada di karyakarsa

Karyakarsa (platform untuk mendukung kreator seperti penulis). Daftar dan login lewat web https://karyakarsa.com atau download aplikasinya di play store/app store. Cari akun: zhkansas

Cara baca:

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro