Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 39


Siapa tahu Galuh bisa mampir ke rumah kalian, coba buka Mulmednya di atas ihihi.... Lagu Enya - Only Time sebagai pemanis bukan ost chapter ini, ya  hihihi

. . . .

B

agaimana kalau Galuh kembali tertahan di ruangan putih dengan selang-eelang yang menempel di tubuhnya? Bagaimana kalau Galuh kembali menolak membuka matanya?
Semua kekhawatiran itu selalu muncul dalam benak Kamila dan anggota keluarga lainnya. 

Sampai  detik ini Kamila masih sangat takut jika yang telah terjadi hanya sekadar mimpi dari tidur panjang yang sulit untuk terbangun lagi. Kamila hanya takut jika kegilaan Darma akan berdampak mengerikan dari yang pernah terjadi sebelumnya.

Haikal Regi Wijaya. Seorang Pimpinan utama dari sebuah perusahaan Cokelat yang ada di Jakarta. Regi Wijaya, begitu sapa para rekan bisnisnya. Tak lupa, bisnis yang begitu hanya tercetus dari gelak tawa yang begitu manis. Si pemilik mata bulat dengan senyum begitu damai berbentuk hati. Regi memilih membuka perusahan cokelat sendiri karena putra bungsunya yang begitu menggilai cokelat. Tanpa sepengetahuan keluarganya, Regi mendirikan semuanya, namun kini semua itu hancur berbarengan dengan Bisnis lain yang kini sedang menyusut diambang kebangrutan.

Regi hanya bisa memasang wajah senyum meski berat dengan semua yang sedang menimpanya. Di sisi lain, luka lama kembali tergores mengingat bagaimana dirinya bertahan di depan pintu rumah Darma hanya untuk meminta bantuan. Semuanya ia lakukan, tapi sekali lagi itu semua sia-sia. Darma begitu keji, Darma begitu serakah. Regi mengetahui semuanya dengan rapi ia menyimpannya. Memori yang tertinggal hanya tawa licik dengan raut wajah kepuasan dari Darma, baginya Darma tak lebih dari seorang perompak yang tak pernah merasa senang bila melihat orang lain bahagia.

Larut dalam lamunannya Regi pun sadar, ia sudah terlalu lama duduk di meja kerjanya bahkan saat Kamila kembali Regi tak menyadarinya.  Hela napas yang selalu disertai senyum manis dari wajah tampan Regi akan tetap sama, walau palsu.

"Gimana Bun? Udah kasih ke sekertaris Papa?" tanyanya ketika Kamila datang dengan kantung plastik putih yang dia bawa di sebelah tangannya.

"Udah, Rista cuma titip pesan kalau Papa harus cek Email, itu aja sih, kalau gitu, Bunda ke kamar Galuh, kasian Fariz udah kelamaan nunggu," jawab Kamila. Regi hanya mengangguk. Ia memutuskan ambil libur satu hari untuk mengantar Galuh kontrol. Bahkan beberapa Kali pihak rumah sakit menghubunginya, salah satunya Surya. Dokter yang menangani Galuh.

Jangan salahkan Regi setelah ini, ia hanya ingin keluarganya bahagia. Ia hanya ingin semuanya baik-baik saja. Ia hanya ingin apa yang telah dibangunnya susah payah, tidak runtuh begitu saja. Regi cukup tahu diri tentang keadaannya yang kini sudah tidak seperti dulu.

"Pa?" Regi menoleh saat melihat Fariz sudah berdiri di sebelahnya. Regi tak tahu kapan Fariz datang, semua yang terjadi belakangan terasa melelahkan. Bahkan beban yang dulu terasa ringan, kini benar-benar berat.

"Papa kapan mau benerin mobil Ibnu?" Regi kembali memghela napasnya, ia hampir saja melupakan barang berharga kesayangan Ibnu yang satu itu. Ia pun memgusap lengan Fariz pelan.

"Nanti, ya. Papa lagi banyak kerjaan," balasnya begitu tenang. Fariz tidak menyahut. Ia hanya diam dengan tatap datar seperti biasa.

"Soal Ibnu tadi, sekali-kali kamu minta maaf ke dia, ya? Kasian tadi Papa udah marahin. Padahal Bu Geralda udah cerita semuanya. Tapi Papa malah emosi," ucap Regi.  Fariz akan menjadi sosok yang sulit di sentuh. Dibujuk sekeras apa pun ia akan tetap menutup akses bagi mereka yang mengusik ketenangannya.

"Fariz harap, Papa nggak lupa. Jadi Fariz nggak perlu ingetin lagi 'kan Pa?"

Setelahnya Fariz pun melepaskan pelan tangan Regi, lalu kembali melangkah meninggalkan sang Papa seorang diri. Sejak keluar dari kamar Galuh, perasaan berkecamuk  mulai mengganggunya. Bahkan sebelum benar-benar melangkah keluar pun,  Galuh sempat membuatnya hampir mati. Untung saja ia tidak seheboh Ibnu kalau melihat adiknya mimisan.

"Lo emang nyusahin, tapi bego kayak Ibnu. Kalau pusing bilang. Harus berapa kali gue bilang jangan sok kuat depan gue kalau akhirnya lo bakal nyiksa diri kayak gini, lo boleh marah sama gue. Tapi tolong berhenti buat gue khawatir dengan cara bodoh kayak tadi. Ini nggak lucu!"

"Hidup emang lelucon Bang, lo aja yang terlalu kaku. Ngeliat semuanya dengan mata tertutup. Sekali-kali buka mata lo, lihat sekeliling lo. Di sana masih banyak orang yang nggak sempurna. Gue sih masih untung punya Abang, kalau semisal Bunda sama Papa udah nggak ada. Tapi mereka? Siapa yang mau bantu mereka kalau bukan kita? Iya sih, gue bego. Gue nyusahin, setidaknya beramal buat orang lain nggak ada salahnya  'kan, Bang?"

"Lagian ini cuma mimisan, nggak bakal buat gue mati muda. Lo tuh kayak Bunda, panikan padahal gue baik-baik aja."

Detik seperti menghantam bebatuan karang di pantai luas. Galuh begitu pandai dalam merangkai kata. Bahkan setengah otak Ibnu mungkin ada pada dirinya. Menyebalkan! Hal yang paling Fariz benci dari Galuh adalah perkataan yang akan membuat dirinya bungkam. Anak itu selalu memiliki cara yang tak terduga, baik dalam perkataan maupun tindakan.

Semuanya memang sudah berakhir hampir setengah hari. Fariz pergi kuliah, Ibnu masih di sekolah, sementara Galuh mendekam di ruangan bernuansa putih dengan selang-selang yang begitu ia rutuki keberadaannya.

"Bunda!" Rengek yang sama sejak ia memasuki ruangannya. Dengan susah payah Regi membujuk putra bungsunya agar tidak berdalih dengan alasan yang aneh-aneh seperti beberapa waktu lalu.

"Kenapa, Sayang?"

"Ini kapan selesainya sih? Mau pulang nih, beneran ada animasi baru Bun, pokoknya aku mau Bang Nu beli seri terbarunya." Kamila hanya bisa menghela napas lelah. Ia sudah sangat hafal kalau sudah seperti ini, anaknya akan mengatakan hal yang aneh-aneh. Perlahan ulur tangan Kamila pun mengusap rambut hitam milik Galuh dengan lembut ia masukkan jemarinya.

"Emang animasi apa sih, tiap hari ributin seri baru, kayak Ibnu nggak sibuk aja," tanya Kamila. Galuh tersenyum lalu mengangkat sebelah tangannya untuk mengetukkan jari telunjuknya ke dagu. Kamil menangkap semua pergerakan putranya dengan baik. Ia tahu Galuh sudah sangat bosan dan lelah. 

"Tom and Jerry. Banyak Bun, aku lupa judulnya." Kamila terkekeh ketika raut wajah putranya mulai berubah kesal.

"Ini kamu mau ngasih tahu Bunda, atau mau bilang kamu kangen berantem sama Ibnu?"

"Ah! Males, Bunda nebaknya kecepetan! Harusnya Bunda pura-pura dulu gitu, ih nggak asik."

"Maaf deh, lagian Bunda cuma tahu Tom dan Jerry-nya ada di rumah, kalau soal animasi, ya, Bunda mana tahu? Udah kamu istirahat dulu, Bunda temenin kalau udah selesai nanti Bunda bangunin," ucap Kamila. Tanpa diperintah pun, Galuh memang ingin memejamkan matanya. Menahan rasa kantuk yang sejak tadi coba ia tahan.

⏳⏳

Tak terasa hari semakin siang bahkan menjelang sore, Galuh juga sudah selesai menjalani transfusi darah. Bahkan anak itu masih belum sadarkan diri dari tidurnya yang terlihat begitu lelap.

Galuh memang  berbeda, begitu tutur orang terdekatnya. Dia tidak menyadari bagaimana orang sekitarnya sangat khawatir, namun Galuh selalu mengatakan hal yang begitu ringan kepada semua orang.

"Jalanin selagi mampu!" Kata yang tak pernah terlewatkan jika anak itu sedang dalam kondisi rapuh. Kondisi yang selalu Fariz benci kebenarannya.

Nyatanya setiap ia kembali bepergian, selalu ada kabar yang tidak menyenangkan. Baik tentang Ibnu ataupun Galuh. Semua hal yang ia rasa bisa dilakukan sendirian, ia pun butuh teman. Beruntungnya Restu selalu ada, walau tidak setiap waktu. Seperti saat ia mengantar Ibnu  lomba, atau hal lain yang membuatnya harus meninggalkan Galuh seorang diri.

Sampai detik ini, Galuh masih baik- baik saja bukan? Tapi mengapa perasaan Fariz selalu resah seperti ada sesuatu yang akan terjadi.

"Ini perasaan gue doang, atau memang gue lagi...." Tidak hanya Fariz pikiran yang sama pun terjadi pada Ibnu yang tengah berada di ruangan guru.







GALUH 2

Akunya gatel pengin cepet Up. Yaudah mumpung lagi semangat dan tinggal beberapa chapter lagi. Jadi aku mau bilang terima kasih banyak-banyak karena kalian masih meluangkan waktunya untuk mampir ke rumah Galuh 😊😊

Salam sayang Mr. Choco 🍫🍫






Publish,  30 April 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro