Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 2

"Aarrgggh! Bagaimana bisa?!" Wira melemparkan sebuah undangan yang sejak tadi ada di hadapannya. Setelah pertemuannya dengan pria yang ia anggap sebagai sahabat, Wira tak bisa lagi menahan amarah yang membara. Bukan, bukan seperti ini yang dia mau.

Mahawira Wiyasa -Wira- pria dua puluh delapan tahun yang juga merupakan salah satu pengusaha terbilang mapan dan sukses. Hidup bergelimang harta tak berarti dia bahagia. Kesepian merantai hari-harinya setiap selesai mengurus kesibukan pekerjaan.

Suatu ketika ketidaksengajaan membuatnya mengenal seorang wanita yang mampu membuat debar lain di hatinya. Gadis anggun yang memikatnya hingga sedalam ini. Namun, semua tak berlangsung lama ketika Antares Prayoga -Ares- membuat permainan konyol antara mereka setelah mengetahui sosok yang selalu Wira ceritakan.

***

"Aku menyukai Laras," ucap Ares saat keduanya tengah berhadapan duduk dalam ruang kerja Wira.

Mendengar ucapan Ares, hati Wira seketika tersulut amarah namun sebisa mungkin berusaha ia redam. Ares tahu jika Wira belum berani mengatakan perasaannya pada Laras, dan kesempatan itu tak akan pernah Ares sia-siakan. Meskipun mereka bersahabat, tak ada kata mengalah untuk sebuah cinta.

"Lalu, apa maumu?" Rahang Wira mengeras, tangannya terkepal, hal itu cukup menandakan jika amarah mulai menguasainya.

"Aku tahu, tapi hati tak pernah bisa dicegah bukan?" Ares menyandarkan punggungnya serta melekatkan sepuluh ujung jarinya satu sama lain dengan siku bertumpu pada tangan kursi yang ia duduki, "tapi aku akan menawarkan sesuatu. Dan kamu harus ikut melakukannya jika ingin mendapatkan hati Laras."

"Apa maksudmu? Jangan permainkan perasaan Laras." Wira berusaha tenang meski nada suaranya terdengar dingin.

"Dekati Laras dengan berbagai cara, tapi jangan pernah gunakan cara kotor dengan merusaknya. Jika salah satu di antara kita berhasil, maka yang lain harus mundur dan segera mencari penggantinya," ucap Ares dengan nada santai.

"Aku tidak akan melakukannya!" Rahang Wira mengeras, wajahnya memerah. Ia merasa apa yang dikatakan Ares hanya menjadikan perasaan Laras seperti sebuah permainan.

"Terserah padamu, jangan salahkan aku jika melakukan segala cara untuk mendapatkan Laras." Ares beranjak dan hendak meninggalkan ruangan Wira. Ares yakin masa lalu yang belum usai antara dirinya dan Laras akan membuatnya menang.

"Baiklah. Aku setuju." Wira mengalah setelah beberapa saat memikirkan ucapan Ares. Ia tak akan membiarkan Ares melancarkan rencana yang mungkin bisa merusak Laras.

***

Bruk!

"Kamu tidak punya mata?!" Wira menatap sinis pada gadis yang kini tengah memunguti pecahan piring yang berserakan saat tak sengaja menabrak tubuh tegapnya.

"Ma ... maaf, Kak. Saya enggak sengaja." Gadis itu tak sedikit pun berani mendongak menatap pria di depannya.

"Saya ingin bertemu manager kamu. Panggilkan kemari." Wira berujar dingin seraya melewati gadis itu begitu saja kemudian duduk di bangku terdekat.

Tak lama kemudian, seorang pria tergopoh menghampiri Wira dengan perasaan tidak enak ketika melihat jas serta celana pria itu terlihat bernoda.

"Kamu tahu, apa kesalahan yang dia buat?" Wira bertanya tanpa menunggu si manajer bersuara.

"Saya minta maaf atas kelalaian ini, Pak. Dia karyawati baru di sini. Saya akan menegurnya." Si manajer membungkuk tanda permohonan maaf serta menyesal atas kejadian yang menimpa Wira.

"Urus dia, dan jangan ganggu aku." Wira beranjak dan berlalu menuju sebuah ruangan yang merupakan ruangan khusus untuk pemilik kafe ketika mengunjungi usahanya.

"Ara, lakukan pekerjaanmu dengan benar jika kamu mau tetap bekerja di sini." Manager bername tag Pramono berlalu setelah mengingatkan Ara.

"Kamu enggak apa-apa? Ya ampun, wajah kamu pucet banget, Ra. Sini, biar aku aja yang beresin. Kafe lagi sepi, kamu ke belakang aja" pinta Fira, teman kerja Ara mengambil alih pekerjaan yang tengah Ara lakukan.

Semenjak pertunangannya dibatalkan sepihak dan sang kekasih, ah ... lebih tepatnya saat mantan kekasihnya membawakan kejutan undangan pernikahan untuknya, Ara tak lagi memiliki semangat apa pun. Undangan pernikahan dari pria yang ia cintai dan sepupu yang paling ia sayangi, rasanya Ara ingin menghilang dari dunia agar tak lagi bertemu mereka. Bagaimana bisa ia dengan mudah dibodohi selama ini?

***

"Halo." Dalam ruangan setelah mengganti pakaian yang kotor, Wira menjawab sebuah panggilan masuk.

"...."

Entah apa yang lawan bicaranya katakan, namun kulit wajah putihnya yang kini nampak memerah cukup membuat siapa pun yang melihatnya tahu jika Wira sedang menahan emosinya.

"Lakukan apapun semaumu!" Wira langsung membanting ponselnya ke arah sofa, mengacak rambutnya frustasi. Tak cukup sebuah undangan mengacaukan harinya, kini sebuah kabar yang baru ia dapatkan semakin memperburuk keadaannya.

"Seorang gadis pengganti? Omong kosong," gumam Wira tersenyum mencemooh ucapan seseorang yang tadi sempat menghubunginya.

...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro