Bagian 15
Ayok jujur, sebenernya kalian nungguin yang nulis apa yang ditulis?
Maaf udah buat yang masih baca cerita ini nunggu lama, tapi pasti diselesaikan kok meski butuh waktu. 😊😊😊
.
.
.
"Tunggu, Ra!"
Permintaan dari orang yang sangat Ara hindari membuat gadis yang sore itu baru saja keluar gerbang kampus semakin mempercepat langkahnya. Sial, ketika sebuah angkot melintas, tangannya telah lebih dulu berhasil dicekal.
"Mas ada perlu apa?" Ara menarik lengannya, mundur selangkah, namun ekor matanya sekilas melirik pada angkot yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri masih berhenti menunggu penumpang.
"Ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Bisa ikut aku sebentar?"
Mata Ara sedikit memicing kala mendapati mobil yang sangat ia kenali pemiliknya terparkir tak jauh di belakang mobil Ares. Seketika sebuah kelegaan tercetak lewat senyum samar di paras ayunya.
"Aku rasa enggak ada lagi yang perlu dibahas Mas. Lebih baik Mas pulang, dan bahas saja dengan istri Mas yang udah nunggu di belakang Mas sekarang." Secepat kilat Ara menggunakan kesempatan dari rasa terkejut Ares untuk berlari masuk angkot yang bertepatan perlahan kendaraan itu mulai terlihat akan melaju. Ara berhasil lolos kali ini, ia tidak ingin terlibat lagi dengan Ares ataupun Laras. Hidupnya sudah cukup rumit sekarang.
***
Ke ruangan saya sekarang.
Sebuah pesan singkat namun mampu membuat kelegaan hati Ara semula terlepas dari Ares musnah seketika. Bahkan jam kerjanya belum dimulai, namun si bos sudah membuat dirinya bekerja mengatur emosi lebih dulu.
Menghirup napas terlebih dahulu, bergegas Ara meletakkan tasnya dalam loker, berbalik tanpa lebih dulu mengganti pakaiannya. Menemui pria itu bukan sesuatu yang bisa ditunda sekarang.
Tok ... tok....
Ara mengetuk pintu dua kali sebagai bentuk kesopanan dan perlahan melangkahkan kakinya masuk lebih dalam, namun tak didapatinya Wira duduk di meja kerja seperti biasa. Ara mengedarkan pandangannya hingga berhenti pada sebuah siluet punggung pria yang menghadap jendela, entah apa yang sedang pria itu perhatikan hingga tak sedikitpun menggeser posisinya.
Perlahan Ara mendekat, hingga berhenti tepat di belakang Wira tanpa sedikitpun bersuara. Seperti mengetahui keberadaan Ara, siapa sangka Wira seketika berbalik dan mendekap erat Ara, menumpukan kepalanya di atas kepala gadis itu. Ara bergeming, terkelu, tubuhnya seakan membatu karena tak siap dengan perlakuan Wira yang mengejutkan baginya. Tangan Ara terkulai di masing sisi tak sedikitpun menyambut, seakan membiarkan Wira meluapkan entah apa yang dirasakan, hingga beberapa saat kemudian pria itu perlahan mengendurkan dekapan dengan sendirinya.
Entah keberanian dari mana, netra gadis itu menelisik lebih dalam pada iris coklat gelap pria di depannya yang seketika memalingkan wajah, memasukkan kedua tangan pada saku celana kemudian kembali membalikkan badan seolah tak terjadi sesuatu. Wira, pria angkuh yang menyimpan misteri, seperti ada yang pria itu sembunyikan dalam hidupnya tanpa bisa terjamah oleh orang lain.
"Besok, sepulang kuliah, ikut saya." Suara datar namun sarat perintah dari Wira membuat Ara sedikit terperanjat.
Tak perlu menjawab, Ara tahu Wira tak butuh jawaban atau bantahan, karena akan percuma alasan yang Ara utarakan untuk menolak keinginan pria itu. Wira tak akan macam-macam padanya, ya sejauh ini itulah yang ia rasakan.
***
"Kok baru keluar, Ra?" tanya Fira ketika Ara selesai menghantarkan pesanan pelanggan.
"Eh, itu ... tadi disuruh ngadep bos dulu." Ara sedikit berbisik disertai senyum canggung.
"Oh." Fira melirik Ara melalui ekor matanya.
Hanya percakapan singkat, sebelum mereka kembali pada pekerjaan masing-masing, namun Ara tak menyadari gelagat tak biasa yang Fira tunjukkan padanya.
...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro