Aku ingin punya gitar lagi.

Gitar yang dulu terlalu banyak diseret tangis.

Setiap nada yang ku senandungkan selalu tidak pas dengan senyum di bibir.

Aku ingin menggunting setiap senar dalam dirinya; mengalirkan nada sumbang yang terdengar bagai jeritan perempuan patah hati.

Tubuhnya coklat, indah semampai dipenuhi ludah hinaan masa yang ku lewati bersama tawa juga cerita yang tak pernah usai.

Boleh aku menjualnya? Atau barangkali langsung kubuang dan kubakar dalam kobaran api yang membumi hanguskan diri sendiri.

Tapi semua tidak akan terjadi, karena hal yang kubenci adalah tidak bisa melakukan hal yang kuingini.

30.12.16