Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Little Dream Comes True

Hari ini sekolah mengadakan acara kelulusan dengan tema prom night. Para murid kelas dua belas yang baru saja selesai berhadapan dengan soal ujian mulai memasuki gedung diselenggarakannya acara. Para gadis mengenakan gaun-gaun cantik sementara yang lelaki mengenakan jas.

Kepala sekolah naik ke atas podium, memberi selamat pada kelas dua belas sebelum akhirnya bertanya dengan nada rendah: "Kira-kira mau jadi apa kalian lima tahun lagi?"

Ternyata pertanyaan itu mengganggu benak seorang gadis yang tengah mengunyah beberapa potong kue sambil tertawa dengan teman-temannya. Namanya Anindya Serafina Lim.

Sera menghentikan kegiatan mengunyahnya lantas mengambil jus dan tanpa disuruh, pikirannya berkeliaran mencari tahu apa yang akan dia lakukan lima tahun mendatang.

****

5 years laters

Hey, siapa yang menyangka jika pertanyaan lima tahun lalu di acara prom night membuat Sera mati-matian mengejar mimpi? Sebenarnya mungkin saja tak ada yang percaya. Kenapa? Karena Sera terkenal bar-bar, bermulut pedas dan acuh terhadap sesuatu yang serius. Dia juga sangat tenang. Bahkan ketika seorang teman sekelasnya kerasukan, Sera adalah yang paling tenang dan santai sementara yang lain meringkuk ketakutan. Gadis Lim itu akan maju menghadap si korban roh jahat lantas tersenyum remeh dan menggeplak kepala si korban dengan santainya.

"Maaf, itu cara yang kutahu untuk mengusir setan selain dengan doa." Begitu ucapnya saat ketua kelas mengomeli karena si korban pingsan.

"Makasih, Ra! Setannya sudah keluar," lapor seorang teman yang ternyata bisa melihat roh halus. Sera mengedikkan bahu lalu kembali ke tempat duduknya.

Sekarang? Usianya menginjak dua puluh tiga tahun, tahun pertama setelah wisuda dari kampusnya yang biasa-biasa saja. Sera bahkan lulus dengan ipk pas-pasan seperti yang pernah dia bayangkan. Tapi, Sera bahagia dengan pekerjaannya sekarang.

"Sera, tolong data make-up baru yang masuk hari ini," ujar seorang karyawan tempatnya bekerja. Sera mengganguk, mengambil map di atas meja dan pergi menuju gudang.

Sera bekerja sebagai salah satu karyawan di sebuah perusahaan make-up dan dia bertugas sebagai pendata sekaligus yang menguji apakah produk yang masuk itu pantas digunakan atau tidak.

Mimpinya dulu tidaklah seperti ini, di bayangannya dulu mungkin saja dia bertemu lelaki tampan lalu dijadikan kekasih. Tolong jangan tertawa, ini memalukan.

Sera tidak pernah membayangkan jika dia akan menjadi salah satu karyawan teladan selama lima bulan berturut-turut, padahal jelas dia baru saja bergabung. Si bos pun sempat menawarkan Sera untuk mengambil bagian sebagai divisi utama perusahaan, tapi Sera menolak.

"Saya tidak mungkin harus mendahului teman-teman yang sudah lama bekerja di sini."

Si bos tersenyum makmum lantas membiarkan Sera dengan pekerjaannya.

Dulu Sera itu bermimpi akan bertemu para idolanya dari Negeri Ginseng. Bertemu para lelaki tampan yang pernah mengisi masa remajanya yang hampir hambar. Tapi, ternyata bulan lalu si bos berbaik hati untuk memberi Sera voucher liburan ke Korea. Ingin menolak seperti biasa tapi sayang, ini impiannya. Jadi dengan senyum lebar, Sera menerima hadiah tersebut.

Jadwal ke Korea adalah besok dan hari ini Sera bekerja lebih keras agar dia dapat berlibur dengan tenang. Ah, sebenarnya beberapa teman karyawan sempat iri dengan Sera karena baru satu tahun bekerja dia langsung mendapat hadiah. Tetapi, setelah melihat kinerja dari gadis itu, mereka hanya diam sambil mengelus dada kagum.

"Sera, jangan terlalu keras hari ini. Besok kamu harus pergi 'kan?" tanya seorang temannya.

"Justru karena besok aku akan liburan, hari ini kuselesaikan pekerjaanku." Sera tersenyum tipis sebelum akhirnya melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda karena makan siang.

****

Pagi menjelang siang saat Sera pamit pada bosnya lewat telepon dan setelah memasukan ponselnya ke dalam tas kecil, perempuan itu mengambil tiket lantas berjalan masuk untuk melakukan check-in.

'Aku gak nyangka bakal ke Korea hari ini.' Dia membatin senang. Sera tersenyum tipis, duduk di salah satu kursi kosong yang di sebelahnya ada orang tidur. Seorang pengusaha kalau dilihat dari penampilannya yang rapi.

Saat masih SMA, Sera paling benci ayahnya. Bukan karena apa-apa hanya saja sang kepala keluarga jarang di rumah dan ketika pulang kerjanya hanya mengomel. Kadang membanding-bandingkan Sera dengan anak orang lain yang jauh lebih berprestasi. Sera tahu bahkan sangat sadar bahwa dia tidak cerdas, nilainya pun pas-pasan dan ayahnya pantas berkata begitu. Tapi, Sera bukan robot! Sera bahkan rela belajar sampai kantung matanya menghitam. Rela tidak menonton atau mendengar lagu idolanya sampai cuti dari grup kepenulisan yang pernah dia ikuti. Semua dia lakukan demi ayahnya. Demi membuktikan bahwa ayahnya salah.

Sayang, hasilnya pun sama saja.

Lulus dengan nilai pas-pasan, gagal berulang kali saat tes ke universitas, menangis hingga mata bengkak pun sudah dia lakukan. Seperti Sera terlatih untuk berjuang. Namun, saat di percobaan terakhirnya, saat dia benar-benar putus asa dan masih memilih bangkit, dia berhasil. Berhasil masuk jurusan yang tak pernah dia sukai dan mengambil jurusan tersebut hanya karena nekat. Apa daya? Jalannya di situ bukan di tempat lain.

Sera pernah berkata begini pada ibunya saat sang malaikat keluarga bilang kalau ayah marah karena ibu terlalu memanjakan Sera. Katanya gadis itu tidak mandiri sama sekali.

"Aku bakal buktiin kalau Ayah salah. Dan maaf tapi, aku yang akan kasih Ayah uang makan."

Hari itu juga Sera bermimpi untuk menambah perekonomian keluarga. Membuktikan pada ayahnya bahwa semua yang beliau katakan salah besar.

Tahun depan, Sera akan melanjutkan sekolahnya. Dengan uang sendiri tentu saja, karena dia tahu keluarga takkan mau membiayai lagi. Ah, sudah biasa. Bahkan dulu dia hampir tak sekolah.

Sera sudah duduk di kursi penumpangnya, memasang headset dan bersiap untuk tidur panjang. Perjalan Jakarta-Korea memerlukan waktu seharian.

****

Usia dua puluh tiga tahun, terlambat tiga tahun untuk menapakkan kakinya di Incheon Airport. Bandara Internasional Korea Selatan. Tak masalah, yang penting detik ini dia sudah sampai.

Sera tak pernah belajar bahasa Korea. Dia hanya memahami beberapa kata yang paling sering didengar. Contohnya, Annyeonghaseyo? (Hallo.)

Walau tidak belajar bahasanya, Sera bisa menulis hangul dan memahami tulisan negeri ginseng tersebut, hanya saja tidak tahu arti. Ya sudahlah, tidak masalah. Bahasa Inggris masih bisa, kan?

Gadis itu menghentikan taxi lalu masuk ke dalam sementara sang supir memasukkan kopernya ke bagasi. Gadis itu membuka catatan di sebuah kertas kecil, ada alamat hotel di sana.

"Ahjussi, tolong antarkan aku ke alamat ini." Dia berujar dengan bahasa Korea yang terbata-bata, hasil membaca kamus di atas pesawat selain tidur. Si supir mengangguk paham sebelum tancap gas.

Jalanan kota Seoul tampak sangat cantik saat malam hari. Beberapa papan billboard di tengah kota menampilkan beberapa idola papan atas, termasuk idolanya yang masih saja terkenal hingga sekarang. Sera tersenyum senang, menempelkan pipinya ke kaca mobil sambil sesekali menyenandungkan lagu.

Tak sampai tiga puluh menit, gadis itu sudah tiba di tempat tujuan. Sera turun dari taxi dan menunggu si supir menurunkan kopernya.

"Gamsahamnida, Ahjussi." (Terima kasih, Tuan.)

Hotel yang jadi tempatnya menginap selama satu minggu ternyata mewah sekali. Semoga harga per-malamnya tidak mahal-mahal.

****

Besok jadwalnya adalah jalan-jalan sendiri, menikmati jajanan khas Korea atau mungkin sengaja menyesatkan diri sampai gedung agensi idolanya. Tidak, tidak. Bagaimana kalau benar-benar tersesat dan tidak ada satupun yang mau membantu? Bisa-bisa Sera tak lagi pulang dan malah menjadi warga ilegal di sini.

Gadis itu sudah selesai mandi saat sedang membaca list perjalanan yang dia buat jauh-jauh hari bersama sahabat-sahabat semasa SMA-nya yang masih akur. Dan ya, dia harus memulainya dengan jajan sepuasnya. Sendirian. Ugh.

Sera mengambil ponselnya di atas nakas, membuka aplikasi chat yang ternyata ramai sekali. Ada ratusan chat dari sahabat-sahabatnya yang penasaran apakah dia sudah sampai atau belum.

Sera merapikan rambut panjangnya sebentar, lalu memberi ekspresi terbaik saat kamera siap memotret.

Cekrek

Satu potret dirinya yang masih mengenakan kimono berhasil diabadikan. Segera saja si gadis Lim mengirimkan foto tersebut pada teman-temannya.

Lois :

Aku iri sekali. Jangan lupa ole-ole, ya!

Vivian :

Kalau ketemu Oppa-mu tetap ingat pulang!

Ria :

Kutunggu ole-ole ajalah.

Nana :

Salamin Juki buat aku ya kalau ketemu.

Melan :

Ra, bawain ole-ole buat temenmu yang cantik ini, oke?

Dan masih banyak lagi, Sera terkekeh pelan sebelum mengetik balasan untuk teman-temannya.

Serafinaaa

Makanya nyusul sini.

Aku gak bawain ole-ole ya. Gak bawa duit lebih.

Iya, kalau ketemu Oppa doain aku pulang dengan selamat.

Kalau ketemu Juki mau kuculik. Hehehe

Cantikan aku, padahal.

Sebenarnya Sera berubah banyak. Dulu dia sangat cerewet tapi setelah kuliah, dia hanya bicara kalau perlu. Bahkan sudah tidak pernah mengejek sahabat-sahabatnya lagi atau berkata kasar kalau lagi kesal.

Sera mengobrak-abrik isi kopernya, menarik sepotong kaus hitam kelonggaran beserta celana panjang untuk dipakai tidur malam ini. Menaruh ponsel di atas nakas, gadis itu terlelap. Menyiapkan energi untuk perjalanannya besok.

****

Sera bangun terlalu pagi saking semangatnya. Pukul 06.00, tapi ternyata matahari belum muncul. Sera tahu masalah itu, matahari muncul saat jam delapan pagi. Namun, karena saking semangatnya Sera berlari ke kamar mandi dan bersiap, mungkin asik jika berfoto dengan latar sunrise.

Lima belas menit dia habiskan untuk bersiap-siap dan sekarang dia sedang di restoran hotel, sarapan. Sera belum paham jenis makanan apa yang orang Korea konsumsi saat sarapan. Jadi, dia lebih memilih sandwich tuna ukuran jumbo dengan Hot Greentea kesukaannya.

Setelah kenyang dengan sarapan yang super itu, si gadis mengenakan kembali tasnya dan berlari keluar. Dia tidak boleh telat berpose dengan sunrise di belakangnya.

Sera duduk di bangku taman dekat hotel lalu mengambil sendiri potretnya berulang kali hingga matahari benar-benar menunjukkan eksistensinya. Lagi-lagi teman-temannya berkomentar iri saat Sera mengirim beberapa foto.

****

Hari ini adalah hari ke-empat Sera berada di Korea. Dan sekarang dia sedang berdiri di depan gedung agensi idolanya. Para fans tidak diizinkan masuk tapi bukan itu tujuan Sera, dia hanya ingin berfoto bersama standee idola kesayangannya.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, Sera berbalik lantas memekik kaget. Di depannya itu adalah sosok yang dia kenal lewat layar ponsel. Walau mengenakan masker, Sera kenal perawakannya.

"Maaf." Sera tak mau berlama-lama. Dia langsung pergi dengan bodohnya. Ah, sudahlah. Dia masih bisa mengikuti fansign besok di gedung Mnet.

Tadi itu Suga BTS, omong-omong.

****

Ini mimpinya, ini impiannya dari dulu. Menghadiri fansign idola tersayang lalu pulang dengan hati yang lebih tenang, dan di sinilah dia. Anindya Serafina Lim, gadis dua puluh tiga tahun yang mewujudkan mimpinya bertemu idola lewat bos yang baik hati.

"Sorry, but I don't good enough to speaking Korean," ucap Sera malu-malu. Sebenarnya matanya berkaca-kaca, ingin menangis tapi benar-benar ditahan.

"Never mind." Suara berat Suga BTS menenangkan Sera yang kembali menampilkan senyum canggung. Lelaki itu segera memberi tanda tangan pada album milik Sera dengan cekatan.

"Fighting for your comeback."

Hanya itu, hanya itu yang keluar dari mulut Sera padahal dia berlatih bertahun-tahun untuk berbicara banyak jika berhadapan dengan idolanya. Sayang sekali, lidahnya keluh.

Besok Sera harus pulang ke Jakarta. Bosnya menelepon dengan penuh penyesalan bahwa pekerjaan menunggu. Sera ingin protes karena masa liburannya berkurang satu hari tapi kali ini dia bersyukur. Setidaknya impiannya sudah terwujud.

****

Sera kembali pada rutinitasnya seperti biasa. Menguji beberapa produk make-up, mendata produk baru yang masuk ke gudang perusahaan sampai dia yang kembali dipuji karena harga jual kembali naik.

"Kamu hebat banget, Ra. Padahal baru pulang dari Korea. Kukira kamu gak bakal pulang lagi setelah ketemu Suga."

Sera tertawa, tertawa lepas seperti tak ada beban saat Vivian berkata demikian.

"Aku lega aja sih udah bisa ketemu dia. Besok-besok gak bakal gelisah lagi waktu mereka datang ke Indonesia tapi tetap gak bisa ketemu." Sera tersenyum, benar-benar ada kelegaan di matanya dan dibuktikan dari mood-nya akhir-akhir ini yang memang jauh lebih ceria dibanding sebelumnya.

"Ternyata efek liburan segede ini, ya?" komentar salah satu teman karyawannya saat Sera terus-menerus tersenyum ramah. Dia memang jarang sekali tersenyum, lebih banyak serius dan memasang tampang datar jika diajak bicara.

"Kamu juga mau liburan gak?" tanya Sera. Dita mengangguk cepat. "Kerja yang bener, hahahah." Lalu dia pergi sambil bersenandung kecil.

"Ckckck... ternyata dia konyol juga."

Semua orang akan sangat senang jika impiannya terwujud 'kan? Bukan saja masalah cita-cita dan pekerjaan tapi tentang kesukaan juga. Sera membuktikan itu dan sekarang dia tampak lebih bahagia daripada sebelum-sebelumnya. Lebih banyak bersyukur dan masih banyak lagi hal positif yang didapat saat impian kecilnya terwujud.

Maukah kalian juga bermimpi seperti Sera? Awalnya memang mustahil, tapi jika ada jalan, kenapa tidak?

****

Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro