Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 31 - Bertarung Sampai Mati

Beragam mobil balap dengan modifikasi tingkat tinggi memenuhi jalanan dekat lintasan balap liar di gunung Akina. Gunung yang sering menjadi jalur balapan liar bagi pembalap-pembalap berkemampuan tinggi dan kelewat nekat sampai tidak sayang nyawanya sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa jalur itu telah menelan banyak korban kecelakaan. Namun herannya, masih ada saja orang-orang yang ingin beradu nyali dan kemampuan di jalur itu. Berkendara di jalanan gunung Akina memang sangat menantang bagi mereka yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Belum lagi kemenangan yang diraih akan membuat mereka menjadi orang yang terkenal dan disegani lawan.

Jalanan di sekitar gunung telah ditutup oleh Maximus dan sebagian anggota klan Kuga untuk pertarungan antara Kuga Kyouhei dengan Sky. Namun, sebagian besar petinggi yakuza bersama Bancho*-nya turut berkumpul disana. Bahkan sekelompok anak-anak ABG dengan dandanan 'ajaib' nekat pergi menyusup kesana. Agaknya, pertarungan kedua orang ini merupakan sesuatu yang langka. Terlebih lagi, lintasan balap yang sulit dan berbahaya merupakan pertunjukan kebolehan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Termasuk hasil akhir pertarungan. Balapan kali ini bisa saja akhir dari salah seorang dari mereka, Sky atau Kuga.

Sky datang menggunakan Ferrari yang telah dimodifikasi Darius. Hayden dan Andhika turut bersamanya, juga Darius, yang kali ini menjadi pengawas dan teknisi. Sky menyalami Kuga, kemudian kembali masuk ke dalam mobilnya. Tetua Toudou dari klan Kuga menjadi wasit yang memulai pertarungan ini. Maki, puterinya yang bergaya yankee dan berpakaian serba mini, maju ke tengah aspal, membawa dua buah obor. Dengan gerakan-gerakan indah dan erotis, Maki memutar obor itu, sebelum menjatuhkannya ke atas aspal, membuat dua buah garis api dari bensin yang telah dituang sebelumnya.

Ferrari Sky terbang di sisi Bugatti Veyron milik Kuga. Kecepatannya jangan ditanyakan lagi, tak seorang pun bahkan menyadari kalau kedua mobil itu telah silam, meninggalkan dua garis api itu di belakang mereka.

*Bancho= ketua geng yakuza. Tidak lebih berkuasa dari ketua klan.

Sky memang lawan yang tangguh bagi Kuga, sehingga ia terobsesi mengalahkan Sky dalam segala hal. Termasuk dalam hal balapan. Sky sudah terkenal dengan caranya yang lincah dan indah dalam mengemudi, seolah ia sedang menari dengan mobilnya. Sedang Kuga sendiri, kemahiran mengemudinya sedikit garang, kuat dan tangguh, menyatu, menjadi bagian dari mobil yang dikendarainya.

Kuga memasang blue tooth di telinganya tak lama setelah ia meninggalkan garis start. Di dalam mobilnya, Sky melakukan hal yang sama sehingga ia bisa berkomunikasi dengan lawannya itu.

"Kau yakin akan dapat mengalahkanku?"

"Tentu," Sky tertawa, "Biarlah nasib yang akan menentukan..."

"Mereka sudah datang," Kuga berkata pelan, matanya memperhatikan layar kecil di dekat dasbornya. Sebuah keributan besar terlihat disana. Itu adalah tempat dimana orang-orang mengantar mereka di garis start. Hayden dan Darius tampak sedang sibuk di dalam sebuah perkelahian melawan beberapa orang, sementara dua dari pelindung Kuga, Mikhael dan Beast terlibat adu peluru. Anggota klan yang lain juga terlibat dalam perang itu. Orang-orang lain di luar anggota klan, termasuk para ABG penyusup terlihat lari pontang-panting menyelamatkan diri. Beberapa diantara mereka terluka, ada juga yang tewas. Kuga sedikit kasihan melihatnya. Namun ia tidak dapat membiarkan perasaannya terhanyut sekian lama. Dia sendiri saat ini sedang berada dalam sebuah jalan kematian. Kegelapan, tikungan berliku-liku, dan jurang di depan matanya menuntut Kuga untuk lebih mengkonsentrasikan pikirannya.

Bugatti itu kembali berbelok tajam di sebuah tikungan. Ferrari Sky berada tidak jauh di belakangnya, masih melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Kuga harus mengetahui, walau jarang berlatih, kemampuan Sky masih sangatlah hebat. Mobil yang melayang di atas jalanan itu adalah buktinya.

"Kau harus lebih hebat jika ingin mengalahkanku."

"Tentu saja," Sky menekan pedal gasnya, mobilnya maju ke ujung tikungan, lalu berputar sembilan puluh derajat saat ia menginjak remnya. Kembali melakukan drifting. Ejekan Kuga tadi sama sekali tidak mempengaruhinya.

Kuga tertawa, "Tidak jelek."

"Bagaimana menurutmu hasil pertarungan itu?" Sky berkata dari seberang. Mobilnya kini tepat bersebelahan dengan Kuga, sehingga dia bisa melihat Sky dari seberang kaca mobilnya. Pandangan pria itu lurus ke depan, walaupun pikirannya kini terbelah antara berbicara dan juga menyetir.

"Apa kau meragukan kemampuan pelindungku?" Kuga mengejek, "Atau kau bahkan meragukan Pangeran-Pangeran itu?"

Suara nafas Sky terdengar jelas di telinga Kuga. Ferrari itu berhasil maju semeter di depan hidung Kuga. Kuga menekan pedal gasnya lagi.

"Aku mengkhawatirkan Jade," desah Sky, "Bisakah dia bertahan dengan semua ini?"

Kuga tertawa, "Seharusnya dia juga pergi..."

Bugatti itu semakin dekat dengan mobil Sky. Tak mau kalah, Sky memaksa mobilnya maju hingga ke ujung jurang, sebelum menginjak rem dan membawa mobilnya ke sisi lain jalan. Kuga, menyusul melakukan teknik drifting yang sama, lalu ia mengejar dan sampai tepat di belakang mobil Sky.

"Seharusnya aku menolak rencanamu."

Kuga tertawa lagi, "Aku percaya pada keberuntunganku," katanya santai. Dia memeutar setir, dan mulai menekan gas lagi.

"Tidak semudah itu."

Sky memutar setirnya. Mobilnya menuju tebing di sisi kiri Kuga, meluncur dari sisi atas. Namun Kuga tidak membiarkan dirinya kalah semudah itu.

"Kau memang tangguh."

"Terima kasih."

Kuga mengarahkan setirnya ke kiri, menyerempet mobil Sky dengan keras. Percikan bunga api keluar dari sisi mobil yang bersentuhan. Sebelum mobilnya berbalik, Sky lebih dulu menekan pedal rem, mengalah untuk sementara.

"Licik," Sky bergumam gusar. Dari balik setirnya, Kuga tertawa. Sky menggeram. Ia menambah kecepatan mobilnya, dan saat berhasil memepet mobil Kuga, Sky menabrakkan bumper depannya dengan mobil Kuga. Di lain pihak, dengan kepiawaiannya dalam mengemudi, Kuga mencoba mempertahankan posisi mobilnya.

"Dengarkan aku..." Kuga berkata, "Soal pertarungan dulu... Aku benar-benar minta maaf."

Sky terdiam, kelihatannya agak terkejut mendengar pernyataan Kuga.

"Soal Isabella, aku minta maaf kepadamu," suara Kuga berubah serius, "Saat itu aku hanya berniat main-main. Aku tidak berniat mencelakakan siapapun... Aku tidak tahu kau mengisap mariyuana sebelum pertarungan itu..."

"Drugs are junk, aren't they?" Sky menjawab sarkastis, "Aku memaafkanmu. Lepas dari kenyataan bahwa kita berdua adalah orang-orang brengsek."

Sky tertawa. Kuga tertawa. Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, kedua rival yang saling bersaing itu tertawa bersama-sama. Seolah-olah tahu akan nasib mereka selanjutnya.

"Apa kau yakin?" Sky berkata, tak mampu menyembunyikan getaran dalam suaranya, "Ryuzaki jelas-jelas menginginkan kematian kita berdua."

Tidak terdengar jawaban dari Kuga.

"Taruhanmu kali ini terlalu besar."

"Aku tidak akan bertarung jika tahu akan kalah."

"Jadi, sudah cukup main-mainnya?"

"Aku harus mengatakan sesuatu padamu," Kuga berkata, "Aku sangat senang akhirnya bisa bertarung denganmu. Meski salah satu dari kita harus mati."

Raungan mesin mobil kembali terdengar saat kedua mobil itu menambah kecepatan masing-masing. Sebentar lagi, mobil Sky akan melewati terowongan paling berbahaya dari lintasan itu. sebuah terowongan yang sangat panjang, ujungnya berakhir hanya satu setengah meter dari jurang.

Sky melepas blue tooth-nya. Terowongan itu menyita seluruh konsentrasinya. Dari dalam mobilnya, Kuga menekan pedal gasnya hingga kakinya menempel erat di pedal gas tersebut. Bugatti itu semakin menyusul mobil Sky. Dalam selang waktu yang bagai seabad, kedua mobil itu melewati terowongan gelap itu. Dan saat keluar dari terowongan, pertarungan antara keduanya dimulai. Kedua mobil itu mulai mendesak satu sama lain, tak ada yang mengalah. Karena mengalah berarti menyerahkan nyawa kepada sang malaikat maut. Kedua mobil itu semakin dekat dengan tebing, dan saat itulah Kuga mengambil sebuah senapan otomatis dan menembak mobil Sky, tepat ke arah pengemudi.

Suara letusan senjata berkali-kali terdengar, diiringi dengan bunyi dan pecahan kaca yang mulai retak dan berlubang. Senapan itu kembali memuntahkan peluru, tidak membiarkan Ferrari itu lolos dari target buruannya. Ferrari itu menabrak pinggiran jalan di arah dalam, bergesekan dengan batu-batuan gunung, sementara Bugatti Kuga terus menempelinya erat. Hingga akhirnya, Ferrari itu mulai kehilangan keseimbangan, mulai berbelok ke kanan. Yang artinya semakin dekat ke arah jurang.

Ferrari Sky mulai oleng ke kanan, semakin oleng, dan mulai menabrak pagar pembatas. Tanpa ampun, Kuga menabrakkan mobilnya kembali ke Ferrari Sky, memaksa mobil itu terus berjalan menembus pagar pembatas. Hal itu mulai tak sulit dilakukan, karena Ferrari itu melaju tanpa arah, seolah telah kehilangan radar navigasinya. Kuga kembali menabrakkan sisi kanan mobilnya, menghentikan perlawanan Ferrari itu. Sebaliknya, Ferrari itu memang terlihat sudah lelah melawan. Dalam sepersekian detik, akhirnya Ferrari itu menyerah, saat bagian depannya mulai berbelok menembus pembatas jalan, terjatuh dan terguling-guling ke dasar jurang, sebelum akhirnya meledak dengan dahsyat. Memunculkan bunga api yang sangat besar di udara. Semuanya belum selesai, karena di depan, Kuga kembali melihat tikungan yang amat tajam. Kuga menekan remnya dalam-dalam, membuat mobilnya berputar di ujung tikungan itu. Untung saja ia bisa melakukan drifting itu dengan tepat, kalau tidak ia akan menyusul Ferrari Sky di bawah jurang. Kuga menepikan mobilnya, memandang kobaran api yang membumbung dari dasar jurang itu. Semuanya hampir berakhir. Kuga membuka pintu mobilnya, turun untuk memastikan arah ledakan itu. Matanya berkilat-kilat sedih saat ucapan itu keluar dari mulutnya,

"Sayonara, Tsu-kai-san..."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro