Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 23 - Terjebak Permainan Sendiri

Mengapa aku harus mencintainya?

Sky membuang semua berkas di tangannya ke atas meja. Kantornya di The Don Juan telah dipenuhi keheningan sejak dia memarahi sekretarisnya, Rene. Hanya kesalahan kecil. Namun saat ini emosi Sky sedang labil. Semua orang enggan bertegur sapa dengannya.

Sky membuka tabung kaca besar berisi sampanye favoritnya. Kepalanya pusing lagi. Dia menyentuh bibirnya sekilas, mengingat bekas-bekas ciuman dengan Eri. Kelembutan gadis itu mengusik benaknya. Dengan terburu-buru, dia menuang sampanye itu dan menenggaknya hingga tandas.

Erika Valerie...

Aku ingin menjauhimu,

Aku juga menginginkanmu...

Pikiran Sky semakin kacau saat Rene mengetuk pintu kantor Sky. Sekretarisnya itu berjalan takut-takut diantara permadani dan lukisan-lukisan klasik yang tergantung di tembok. Sky menatapnya dengan dingin, seakan-akan Rene hanyalah sebuah patung.

"Permisi, Tuan Muda. Ada telepon untuk anda."

"Mengapa kau tidak bicara dari line kantor?" Sky menjawab dengan nada tidak enak. Rene kontan mengkeret di tempat.

"Maaf, Tapi tadi saya sudah menghubungi anda. Tapi anda tidak mengangkatnya."

"Sudahlah," Sky mengibaskan tangannya. Mencoba menghindari masalah, "Siapa?"

"Tuan Kuga Kyouhei."

"Sambungkan saja."

Rene berjalan keluar ruangan. Sky mengangkat gagang telepon dan menempelkannya ke dekat telinga. Suara Kuga terdengar dari ujung telepon. Dia tahu rivalnya itu telah pergi dari Indonesia, namun dia tidak tahu mengapa akhirnya Kuga menghubunginya.

"Aku akan bicara denganmu tentang Ryuzaki."

Sky berdehem dua kali sebelum menjawab, "Katakanlah."

"Aku melihatnya di Jakarta saat aku disana. Di tempatmu. Ryuzaki dan Yuri ada di The Don Juan."

"Benarkah?"

"Kalau kau tak percaya, periksa saja rekaman CCTV di tanggal itu," Kuga menjawab kaku, "Aku telah menyelidiki apa saja yang dia lakukan disana."

Sky menghela nafas, Kedengarannya ini tidak akan menyenangkan...

"Ryu sedang merencanakan sesuatu," Kuga melanjutkan, "Dia mengumpulkan semua geng-geng kecil seperti geng Kobra dulu. Orang-orang bodoh yang tidak takut mati demi uang dan ketenaran. Kau tahu apa yang dia incar? Klanku—klan yang meninggalkannya dalam keadaan sekarat. Dan klanmu. Setelah itu dia akan mengincar sesuatu yang lebih besar."

"Apa maksudmu?"

"Asia. Kau tahu, jika orang seperti itu menguasai Asia? Dia akan menjalankan bisnis ilegal yang jauh lebih berbahaya. Menghancurkan Asia dengan Narkoba, memicu adanya perang dimana-mana, lalu mengambil keuntungan dari penjualan senjata gelap—"

"Orang itu berbahaya," nada suara Sky mengeras, "Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Aku tidak yakin apakah kau akan ikut atau tidak," Kuga berkata dengan nada biasa yang selalu berhasil membuat orang menuruti keinginannya, "Permainan ini amat berbahaya..."

***

"Kau tahu aku akan ikut."

Kuga tersenyum mendengar perkataan Sky. Argumennya memang cukup untuk membuat orang mempercayainya. Walau kenyataannya dia bukanlah orang yang seratus persen bisa dipercaya.

Kuga mendengar helaan nafas dari Sky sebelum Pangeran Maximus itu berkata, "Aku harap kali ini aku layak mempercayaimu."

"Dengar. Aku tidak menyuruhmu mengemudi dalam keadaan teler, Pangeran..." Kuga berkata berang, "Jangan mengelak atas kesalahanmu sendiri."

"Isabella mati karena kesalahan kita berdua," sergah Sky.

Dia memang benar...

"Lalu karena itu kau selama ini membenciku? Karena Isabella?" Kuga tertawa, "Aku jelas membencimu karena sikapmu yang terlalu tenang. Dalam sekejap membuatku merasa kalau akulah yang paling jahat di dunia ini."

"Kau memang jahat."

"Dan kau sendiri? Apa kau orang baik?" Kuga bertanya dengan nada sarkastis, "Seorang pria yang mengusir seorang gadis, walau tahu kalau gadis itu sedang dalam bahaya? Apakah itu tindakan yang baik dan bermoral?"

"Ini tidak ada sangkutannya dengan Erika Valerie!" sergah Sky marah.

"Jangan katakan kalau kau tak tahu ada yang berusaha mencelakakannya. Kau tahu jelas posisinya."

"Aku hanya memberinya pilihan," helaan nafas itu terdengar lagi, "Aku tidak ingin dia ada dalam dunia kita."

"Dalam dunia kita, atau di sisimu? Kau tidak ingin dia membuatmu jatuh cinta, bukan? Karena sejak lama kau telah mencintainya. Kau tahu kalau kau tak pantas untuknya, jadi kau menyakitinya sedemikian rupa..."

Sky terdiam.

"Kau tahu, Pangeran? Kau selalu seperti ini, berlagak menjadi orang baik, padahal kenyataannya, kau bahkan lebih buruk daripada aku."

"Apa dia bersamamu?" Sky berkata pelan. Kuga menaikkan alisnya, namun nada suaranya masih terdengar datar.

"Salahkah jika aku mengambilnya darimu?"

Sky tertawa, "Kau memang seperti itu. Gemar merebut milik orang lain."

"Jangan lupa kalau kau sama sekali tidak ada hak," Kuga berkata garang, "Dia sendiri yang datang mencariku. Ini tidak ada kaitannya denganmu."

"Lepaskan dia."

"Rebut dia kembali, kalau kau bisa.."

Kuga meletakkan tubuhnya di kursi. Untuk pertama kalinya, merasa amat lelah. Semua ini terlalu berat baginya. Termasuk perasaannya. Dia bisa saja berurusan dengan nyawa puluhan orang, menganggap segala sesuatu sebagai barang tidak berharga, namun tidak dengan perasaannya sendiri.

Kuga memalingkan wajah. Seseorang telah berdiri di dekatnya.

"Jadi, itu yang kau inginkan?" suara wanita itu membelah udara di belakang Kuga, "Kenapa tak kau lakukan saja seperti biasa? Penyiksaan, atau... membuatnya ketergantungan narkoba? Atau merengkuhnya jadi milikmu?"

Kuga berpaling, melihat Hero telah berdiri di depannya. Wanita itu berdiri sempurna, seperti patung Yunani.

"Apa kau mendengarnya, Hero?" Kuga tersenyum miris, wanita yang dipanggil Hero itu hanya geleng-geleng kepala.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?" Hero meletakkan satu tangan di pinggangnya, "Perlu kuingatkan, aku ini pengawal pribadimu."

"Kalau begitu, tolong hentikan aku," Kuga berkata sambil memegang dahinya, seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat, "Jangan biarkan aku melakukan sesuatu yang akan membuatku menyesal."

Hero meletakkan tangannya di mulut, menutupi tawanya sendiri, "Ketua, kurasa kau pasti sudah gila..."

"Diamlah," Kuga berkata kesal, "Lakukan saja apa yang aku katakan dan jangan banyak bicara!"

Hero membungkukkan badan, "Baik, Ketua..." ia mengangkat kepalanya yang sedang menyunggingkan senyum mengejek kepada Kuga.

***

"Ada hubungan apa antara kau dan Kuga Kyouhei?" Ryuzaki menekan kedua pipi seorang pemuda berumur dua puluhan yang terikat di depannya. Wajah pemuda itu telah babak belur akibat dipukuli olehnya. Keadaannya cukup menggenaskan. Luka-luka di sekujur tubuh, sementara pakaiannya sendiri telah sobek-sobek di banyak tempat. Ryuzaki kini mengambil cambuk dan menggulungnya di satu tangan.

"Apa saja yang dia ketahui?" dia berkata dingin. Pemuda itu terbatuk sejenak, namun mulutnya tertutup rapat. Cambuk di tangan Ryuzaki menyabetnya dua kali. Pemuda itu hanya berteriak tanpa berkata.

"Apa yang telah kuberikan kepadamu?" Ryuzaki berkata dengan suaranya yang selembut beledu, "Kau hanya pemuda gelandangan yang berkeliaran di jalan sambil menakut-nakuti orang. Kau telah memiliki apa yang kau inginkan. Uang, harga diri..." dia melecutkan cambuk itu lagi, "Lalu apa yang kau berikan kepadaku?"

"Kau telah membunuh adikku," Pemuda itu berkata berang, "Kau membunuhnya karena tidak mau masuk ke kelompokmu!"

"Ternyata kau memang pengkhianat," Ryuzaki mencabut pistol dari sakunya, membuat dua lubang di bahu Pemuda itu.

"Yang pantas kau terima dariku hanyalah ini..." dia menembak lagi, kali ini menembus dada Pemuda itu. Tidak ada lagi yang bersisa darinya.

"Bersihkan ini," Ryuzaki berkata pada pemuda bersenjata yang berdiri di sebelahnya. Yuri datang tak lama kemudian. Ekspresinya benar-benar cemas.

"Bagaimana? Apa saja yang dikatakannya?"

Ryuzaki menggeleng. Yuri langsung tahu suasana hati kekasihnya itu sedang buruk.

"Kuga Kyouhei tidak akan mampu menggali informasi lebih banyak lagi," Yuri merajuk, "Mereka tidak tahu banyak."

"Kau tidak tahu apa yang bisa dia lakukan..." Ryuzaki berkata keji, "Seharusnya akulah yang menguasai klan itu. Kalau saja Hero tidak datang menyelamatkannya. Akulah yang berada dalamMansion itu. Bukan berada dalam sebuah gudang, berpindah-pindah... lari dari kejaran musuh..."

Yuri memeluk Ryuzaki dari belakang, "Kau masih ada aku."

Ryuzaki memutar tubuhnya, melihat Yuri berdiri di depannya, menatapnya dalam keheningan. Dia tahu Yuri mencintainya, namun dia hanya ingin memanfaatkan gadis itu. Seorang pembunuh profesional sangat berharga baginya.

"Kita akan menghancurkannya, Sayang..." Ryuzaki membelai rambut perak Yuri, sesaat sebelum melihat selembar foto yang melayang tak jauh darinya. Ryuzaki memungut foto itu, tersenyum, dan menyentuh wajah seorang gadis dalam lembaran foto itu.

"Kaulah yangakan membunuh mereka," ia berbisik pelan kepada foto Erika Valerie ditangannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro