Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 11 - Dengarkan Aku

"Hah? Akhirnya kau bisa mengatakan semua itu kepada Sky?" suara Jade terdengar meninggi, "Kasihan. Pasti nyesek banget buatmu."

Eri dapat mendengar suara gedebuk keras. Samsak itu bergoyang keras saat Jade melayangkan sebuah tendangan memutar. Titik-titik keringat Jade terlihat di balik tank top dan celana olahraganya. Tangan gadis itu kemudian bergerak lincah melayangkan pukulan pukulan lain ke samsak.

Lagi-lagi Eri jadi iri pada Jade. Setelah menjadi Mawar Maximus, Jade seperti menemukan sisi lembutnya. Lama-lama, Jade membiarkan rambutnya semakin panjang. Sekarang panjang rambut Jade telah melewati bahu. Ketika Jade tidak sedang beringas seperti ini, semua lelaki semakin ingin menempel padanya.

Bagaimana dengan Eri?

Sayang sekali, walau Jade berhasil menemukan bagian perempuan dari dirinya, Eri tidak berhasil menempa diri menjadi seorang jagoan. Alih-alih bisa melakukan bela diri seperti anggota Maximus lain, Eri malah lebih sering mengurung diri untuk menjalankan Brown Sugar secara daring.

"Ayolah, Eri," kata Jade dengan nada membujuk, "Sky itu jahat sekali padamu. Lebih baik kau lupakan saja kakakku itu. Toh disini masih banyak stok lain. Hayden kan oke juga, atau kau lebih suka cowok gokil seperti Darius?"

Eri melemparkan handuk dengan kesal ke muka Jade, "Kau gila, ya? Masa kau menyuruhku bersama dengan berandalan jorok gitu! Huek!" Eri bergidik ngeri, teringat rambut cokelat Darius yang jarang dicuci. Kaus lusuh dan jins bolong-bolong melengkapi kekumalan Darius. Tambahan lagi, Darius demen banget pamer otot-ototnya dengan memakai baju tanpa lengan.

Kalau saja paras Darius tidak menawan—dengan dagu runcing, alis tebal, dan bibir kemerahan, pasti cewek-cewek penggemar Darius sudah menendang lelaki itu.

"Oh ya, Bagaimana dengan Andhika?" Eri akhirnya mengalihkan pembicaraan, "Apakah hubungan kalian ada perkembangan?"

Jade tampak kesal saat Eri menyebut nama Andhika. Samsak di depan melayang hingga nyaris memukul hidung Jade, "Ah, payah! Cowok itu beneran kayak kulkas. Kau tahu, sepertinya tiap hari Andhika hanya teringat pada Rosita. Aku bahkan ragu, Andhika menerimaku karena dia benar-benar menyukaiku."

"Setidaknya kalian telah jadian," Eri menggerutu, "Dasar cewek beruntung! Kalau saja kau yang saat itu—" Eri mengerucutkan bibir. Kata-kata dicium Kuga Kyouhei menggantung di ujung lidah.

"Ah, sebal! Kalau kau yang diperlakukan kurang ajar, kau pasti bisa menghajar bajingan itu hingga kapok!" akhirnya Eri berkata.

"Maksudmu Kuga Kyouhei?" Jade mengetahui arah pembicaraan Eri. Soal ciuman heboh itu, semua sudah tahu akibat gosip yang beredar. Entah siapa yang memulai, tapi orang-orang sini memang cepat banget bocor kalau urusan gosip.

"Jangan takut! Aku akan melindungimu!" Jade memukul samsak berkali-kali, "Penjahat-penjahat itu memang patut dihajar! Aku janji, aku pasti membalas sakit hatimu!"

Eri menghela napas panjang. Matanya menerawang mengelilingi dojo di mana mereka berada sekarang. Tempat latihan itu telah sepi dari pengunjung. Lantai kayunya licin sehabis dipel, begitu pula dengan matras-matras keras di atasnya. Kalau Jade berkata soal pembalasan, Eri yakin Jade akan melakukannya.

"Orang itu amat berbahaya, Jade. Aku tahu, dia pasti berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan. Terlebih lagi untuk urusan dendam," Eri menunduk putus asa, "Menyesal juga menjelek-jelekkannya di konferensi pers itu. Aku memang bodoh! Bisa-bisanya nggak tahu kalau dia diam-diam memperhatikan!"

Jade tersenyum, "Dasar!"

"Iya, aku memang bodoh. Lebih bodoh lagi karena aku malah mengancam dan menodongkan pistol kepadanya. Lengkaplah sudah alasannya untuk menghancurkan aku," Eri mengerang saking frustasinya.

"Bagaimana kau akan menghadapi Kuga Kyouhei?" Jade menghapus peluh di dahi sebelum bersila dan mengatur napas. Iseng-iseng, Eri mencoba memukul samsak hitam besar yang sejak tadi diserang Jade. Hasilnya? Samsak itu hanya bergoyang beberapa mili (adegan ini pernah dipraktikkan oleh author dengan hasil sama :'D).

"Aku bukan gadis yang kuat, Jade. Aku sendiri bingung bagaimana aku harus menghadapi Kyouhei. Kau tahu, kan... seumur hidupku, aku belum pernah berurusan dengan seorang pria. Apalagi bad boy seperti dia. Bagaimana aku bisa menghindar dari Kuga Kyouhei, sementara aku harus bisa melupakan perasaanku terhadap Sky? Aruuuuh! "

"Aku akan mendukungmu," Jade mengacungkan jempol, "Semangatlah!"

***

Sky menembakkan senapan dua kali. Peluru-peluru itu membuat lubang-lubang di dekat bulatan target. Meleset. Sky menurunkan tangan. Perasaannya kacau balau. Bayangan Eri melekat dalam benak tanpa bisa dia singkirkan.

Sial.

Dahulu, dia selalu merasa aktivitas memperhatikan Eri itu menyenangkan. Sosok Eri menjadi warna tersendiri dalam keluarga Yudiasari. Eri juga sering melakukan pelayanan panti asuhan dengan senyum ramah yang manis sekali.

Sial! Sial! Sial!

Sky menembak lagi. Kembali, sasaran yang dia bidik terlewat. Sky memandang bulatan-bulatan itu dengan jengkel. Tiba-tiba merasa kalau bulatan-bulatan target itu menertawainya beramai-ramai.

Erika Valerie.

Ketika bertemu langsung, Sky sudah menduga kalau perasaannya akan diuji. Namun, tidak separah ini. Ini ujian yang berat. Sky tidak sanggup melawan perasaannya sendiri. Sky tak sanggup menahan semua imajinasinya tentang Eri.

Rambut gadis itu panjang dan halus. Ketika bergerak, helai demi helai melambai bak tetesan hujan di malam hari. Bagaimana Sky bisa tahan untuk tidak menelusupkan jemarinya ke dalam helai rambut itu?

Mata Eri bulat seperti mata boneka. Namun, boneka ini terasa seperti boneka kristal. Seakan-akan Sky akan merusak kerapuhan Eri jika berdekatan dengannya. Sayang, sungguh sulit menahan diri. Aroma jeruk dan melati dari Eri selalu mendatangkan godaan tersendiri. Godaan untuk menguasai Erika Valerie. Untuk dirinya sendiri.

Sky mengingatkan diri lagi. Ada sebuah fakta penting mengenai Eri dan dirinya: Eri polos bak malaikat, sedang Sky hanyalah seorang penjahat.

Sky menghapus peluh di kening. Tanpa sadar, senapan di tangannya telah kehabisan peluru. Konsentrasi Sky semakin terganggu. Dia sempat tidak menyadari kehadiran seseorang di belakang. Kalau saja tembakan itu diarahkan ke diri Sky, dia mungkin sudah terluka sebelum bisa melawan.

Dor!

Kuga Kyouhei kini berdiri di sebelah Sky. Pistol 9 mm di tangan Kyouhei berhasil melubangi target utama. Senyum puas di bibirnya jelas-jelas mengejek Sky.

"Ternyata arena tembak di sini tidak begitu menyenangkan," gumam Kyouhei, "Tapi aku senang bisa bertemu denganmu."

Sky membuang muka, "Sayang sekali, aku tidak memiliki perasaan yang sama. Bertemu denganmu selalu mendatangkan masalah.

Kyouhei tertawa, "Kau terlalu berlebihan. Masalah klan itu sudah sangat memusingkan. Memangnya aku tidak boleh bersantai sesekali?"

"Kalau begitu sebaiknya jangan cari masalah lagi!" sergah Sky cepat, "Apa tak cukup dikejar-kejar polisi, juga diburu Yuri?"

"Hahaha!" Kyouhei tertawa renyah, "Aku ini orang yang suka dikejar."

"Dan kau ingin Mawar Maximus ada dalam area pertempuranmu, sebagai tamengmu," Sky menatap Kyouhei dingin, "Setelah itu, kau akan mencari cara menyingkirkannya. Seperti yang kaulakukan pada Shiori..."

Kyouhei tertawa lagi. Sky makin berang dibuatnya.

"Aku tahu, kau bertunangan dengan Shiori untuk menyenangkan tetua klan. Penyanderaannya waktu itu memberimu jalan untuk menyingkirkan Shiori. Itu adalah ending yang bagus. Kau terlihat berduka, padahal hatimu sedang girang luar biasa."

"Dugaanmu hebat sekali! Tapi, kau salah. Aku tidak seburuk itu, Pangeran."

"Falling in love just take my life," Sky memotong tajam, "Jangan lupa! Itu yang dulu pernah kau ucapkan kepadaku."

Kyouhei tertawa, "Jadi... aku tak boleh jatuh cinta?"

"Kuga Kyouhei bisa jatuh cinta?" Sky berkata sinis, "Apa aku harus mempercayai omong kosong semacam itu? Sepertinya, aku tak tahu siapa kau saja!"

"Dengarkan aku," Kyouhei manyurukkan kembali pistolnya ke dalam saku, "Kau tahu benar siapa aku. Aku orang yang amat sangat suka dengan tantangan. Dan aku... menyukai sesuatu yang sulit kuraih."

"Kuga Kyouhei, aku tak tahu bagaimana caramu menyakinkan John Alexander... tapi aku membenci caramu menggunakan Erika Valerie! Jangan libatkan dia dalam permainanmu!"

"Sejak kapan kau berhak atas nasib Erika Valerie?" Kuga tergelak, "Mungkinkah, dia sudah menjadi gadismu?"

Sky mengertakkan gigi, "Jauhi dia! Mengerti?"

"Kenapa aku harus menjauhinya?" tantang Kyouhei, "Jangan-jangan kau sendiri sudah jatuh cinta..."

"Itu bukan urusanmu!"

"Kuanggap itu sebagai jawaban ya," Kyouhei tersenyum penuh arti. Sky tidak menyukai maksud di balik senyuman itu.

"Peri Valentine yang malang," Kyouhei berdecak seraya tersenyum geli, "Aku harap nasibnya tidak akan sama seperti Isabella."

Mata Sky berkilat penuh amarah. Nama Isabella menyentuh bagian terlemah dalam dirinya.

"Sedikit saja kau berani menyentuh Eri, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!"

"Tawaran yang menarik."

"Jika kau ingin tantangan, bertandinglah hanya denganku," geram Sky, "Pertarungan kita belum tuntas. Dan kau tahu betul, aku bukan orang yang bisa menerima kekalahan."

"Aku juga membenci kekalahan," balas Kyouhei santai. Dia mendekati Sky. Suaranya terdengar geli saat dia berbisik, "Sayang, kini kau sudah kalah selangkah. Ciuman pertama Erika sudah menjadi milikku."

Darah Sky mendidih. Kedua tangannya mengepal. Namun, dia tidak tahu bagaimana membalas ucapan Kyouhei.

"Peri Valentine itu amat rapuh. Mudah sekali menghancurkannya. Lebih mudah lagi untuk merebutnya darimu," Kyouhei tidak mengurangi nada geli dalam ucapannya, "Cegah aku, Pangeran. Buktikan kalau kau bisa menang dariku kali ini."

Stop Plagiarism

Putu Felisia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro