Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

twelve









setelah insiden tadi malam diandra jadi banyak diam dan memilih menurut saja apa yang dikatakan oleh vano. ia hanya berbicara sepatah dua kata saja jika itu memang mengharuskannya untuk berbicara. seperti pagi tadi saat vano membangunkannya untuk berangkat sekolah bersama tentunya menggunakan mobil masing masing karena ia yang berkata tegas akan membawa mobilnya sendiri. alhasil vano menyetujuinya dengan syarat ia harus menurut padanya. ia hanya diam mendengarkan vano sampai selesai bicara tanpa banyak membantah seperti yang sering dilakukannya ketika vano mengganggu ketenangannya. dan juga saat vano menyuruhnya untuk diam saja di kelas tidak membolehkannya kemana mana. ia hanya diam tanpa menyahuti sepatah katapun. alasannya karena ia tidak ingin terlibat interaksi terlalu banyak dengan pria itu. ia tidak ingin jika kedekatannya itu akan menimbulkan suatu hal yang tidak diinginkannya. meski kedekatan mereka bisa dibilang tak sehat namun tetap saja ia harus menggaris bawahinya. bukan tidak mungkin itu bisa terjadi pikirnya. namun ia juga heran dengan hal itu, kenapa vano masih menjemputnya, bukankah dia sendiri yang bilang jika dirinya sudah sembuh, lalu kenapa dia juga menyuruh dirinya untuk tetap berada dikelas sampai pelajaran dimulai. apa yang membuat dia terlihat begitu memantau setiap inci pergerakannya. ini aneh pikirnya. tidak mungkin pria itu melakukan semua ini tanpa sebab jika bukan ada sesuatu yang mendorongnya untuk melakukan ini. sesaat ia menghubungkan kemungkinan kemungkinan yang sedang melintas di kepalanya saat ini, namun sejenak ia ragu. apa mungkin pikirnya. tapi ia tidak ingin percaya sebelum ia sendiri yang membuktikannya. ya ia berniat akan mencari tahu alasannya. ia tersenyum kecil memikirkan rencananya saat ini

hey.. tumben ga telat " sapa vany dengan menyeringai jahil setelah berhasil mendaratkan bokongnya dibangku samping diandra

diandra mendengus kecil seraya memutar mata malas. ia tidak berniat membalas ucapan gadis itu dan memilih untuk mendengarkan lagu menggunakan headset sambil menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan. ia menutup matanya perlahan bersamaan dengan suara yang berasal dari arah depan

selamat pagi anak anak " sapa bu tiara -guru matematika- dengan senyum yang mengembang dibibirnya

ia semakin menyusupkan kepalanya tanpa memperdulikan ucapan guru itu lagi yang kini sudah menerangkan materi pelajaran. ia sudah terlelap karena rasa kantuk yang masih mengerayanginya sedari tadi

ia merasakan bahunya diguncang oleh seseorang membuat dirinya mau tidak mau membuka mata. ia menyernyit kecil seraya menguap lebar. ia mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan yang terlihat ramai seperti pasar karena celotehan teman sekelasnya. ia memusatkan pandangannya kearah vany

kenapa " tanyanya langsung

udah bel, lo mau bareng ke kantin gak " balas vany dengan canggung

diandra hanya menghela napas jengah seraya bangkit dari posisi duduknya, sebelumnya ia meraih ponselnya yang ia letakan dibawah laci dan memasukkannya ke saku seragam. ia berjalan beriringan dengan vany disebelahnya

eh vany.. mau ke kantin bareng gak " ucap salah seorang perempuan dengan nada yang sok manis ketika ia dan vany sudah berada di depan pintu kelas hendak keluar

ia mendengus pelan sambil memperhatikan perempuan itu saat ini. sesekali ia juga memperhatikan teman perempuan itu. ia melirik kearah vany yang tengah tersenyum kearah perempuan yang menyapanya barusan

lo duluan aja deh " ucap vany masih mempertahankan senyumnya

ohgitu.. yaudah kita duluan ya " perempuan itu berpandangan sejenak bersama teman temannya sebelum membalas perkataan vany tadi seraya berjalan bersama teman temannya meninggalkan dirinya dan vany disini

ia berdecih sinis ketika dirinya tak sengaja melihat senyum mengejek dari perempuan yang menyapa vany barusan. entah gadis disampingnya ini sadar atau tidak dengan tindakan perempuan tadi. sedari tadi ia hanya diam memperhatikan interaksi keduanya sambil menatap perempuan yang tidak ia ketahui namanya itu dengan intens. ia melirik kearah vany yang tengah memandang sendu kearah perginya perempuan tadi seraya tersenyum miris

ia berjalan mendahului vany yang masih betah berdiri disana tanpa berniat beranjak. merasa bahwa gadis itu tak kunjung bergerak membuat ia jadi gemas sendiri melihatnya

lo mau ke kantin atau mau mejeng disitu " ucap diandra ketus seraya melipat tangannya didepan dada

gadis itu terlonjak kaget mendengar perkataannya barusan namun buru buru gadis itu melangkahkan kakinya menghampiri dirinya yang sekarang telah kembali berbalik berjalan mendahului gadis itu. ia melirik kearah vany yang berada disebelahnya itu yang kini tengah kesulitan menyamai langkahnya. ia mengalihkan pandangannya lagi sambil menatap lurus kedepan. ia tengah berfikir saat ini apa mungkin perempuan yang membicarakan vany ditoilet waktu itu adalah perempuan yang menyapa vany barusa. ia ragu akan hal itu tapi mengingat tatapan vany pada perempuan itu dan juga suara perempuan tadi yang persis seperti perempuan di toilet waktu itu membuat ia jadi semakin yakin jika perempuan tadi merupakan perempuan yang sama saat di toilet. ia kembali berdecih mengingat tatapan tiga perempuan dihadapannya tadi. dalam hati ia merutuki kebodohan vany yang bisa bisanya berteman dengan wanita ular seperti mereka. di depan bertingkah sangat manis namun saat dibelakang bertingkah selayaknya musuh. ia menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum sinis membayangkan betapa tak beruntungnya gadis disampingnya ini. ia mengedikan bahu acuh seolah pertemuannya dengan mereka tidak pernah terjadi, toh dia juga tidak berminat mengetahui siapa mereka dan apa masalah mereka bersama vany. ia tidak ingin ambil pusing soal itu, biar saja vany sendiri yang mengurus masalahnya pikirnya

lo mau pesen apa di, biar sekalian gue pesenin " ucap vany setelah menemukan meja kosong untuk dirinya dan gadis itu

kayak biasa " balas diandra singkat seraya mengeluarkan ponselnya dari saku seragam

biasa " beo vany kebingungan

melihat vany yang tengah berfikir keras mambuat diandra sadar kalau vany belum mengetahui kebiasaannya

bakso dua porsi " ucap diandra menjawab kebingungan vany

gadis itu mengangguk singkat seraya berjalan kearah penjual bakso. ia kembali menyibukan dirinya pada ponsel digenggamannya sambil menunggu vany. tak lama gadis itu datang sambil membawa pesanannya dan juga untuk dirinya. ia memasukan ponselnya kemudian beranjak dari duduknya. gadis yang baru saja mendaratkan bokongnya itu menyernyitkan alisnya bingung menatap dirinya yang tengah berdiri saat ini

gue mau beli minum, lo mau nitip ? " ucap diandra datar

seperti baru mengerti gadis itu mengangguk singkat seraya membulatkan mulutnya membentuk huruf o

gue es teh deh " jawab vany akhirnya

ia hanya mengangguk singkat kemudian melangkahkan kakinya menuju stand minuman

saya pesen jus mangga satu sama es tehnya satu " ucap diandra setelah sampai disana

tunggu bentar ya neng "

ini pesenannya " ucap ibu kantin seraya menyodorkan minuman yang dipesan diandra

berapa semuanya " ia merogoh uangnya dari saku

20 ribu "

nih uangnya " ia menyerahkan uang pas kemudian berbalik pergi kearah mejanya sambil membawa nampan berisi minumannya dan vany

ia menyerahkan gelas es teh vany dan meraih gelas minumannya sendiri. ia menyeruputnya sedikit kemudian diletakannya di meja. ia mulai meracik baksonya dengan memasukkan beberapa sendok sambal serta kecap ke dalam mangkuknya. ia tersenyum puas setelah dirasa sudah pas. ia menyernyitkan alisnya bingung saat melihat vany bergidik melihatnya

kenapa lo " ia mengaduk kuah baksonya tanpa menatap kearah vany

lo gak kebanyakan masukin sambalnya " vany berujar takut takut pada diandra

gak kok " ia mengedikan bahu acuh lalu mulai menyendokkan bakso kedalam mulutnya

lo gak takut sakit perut " vany kembali berujar pelan

gak. udah biasa " kali ini ia benar benar menatap tepat dimanik mata vany. jujur saja ia sudah jengah mendengar penuturan gadis itu

ditatap seperti itu membuat gadis itu jadi salah tingkah dan gelagapan sendiri. dia pun memutuskan untuk melanjutkan acara makannya tanpa mengusik ketenangan diandra lagi.

ia kembali memakan baksonya dan sesekali menyeruput jus mangganya. ia menyeka keringatnya yang kembali mengalir dipelipisnya saat ini. ia sedikit terengah dan memperhatikan bibirnya yang sudah terasa bengkak karena kepedasan. namun hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk terus menyantap baksonya itu

eum di mending lo udahan deh itu bi-- " belum sempat ia menyelesaikan kata katanya diandra sudah lebih dulu menyela

berisik. makan aja punya lo " ucap diandra tajam

vany meneguk ludahnya susah payah tak urung ia kembali melanjutkan makannya, sesekali ia melirik kearah diandra yang mukanya sudah memerah serta keringat yang terus mengucur dari wajahnya

ia kembali menyendokkan baksonya namun kegiatannya terhenti saat orang yang sangat tidak ingin ia lihat saat ini menarik mangkuk baksonya dengan seenaknya kemudian meraih sendok yang ada digenggamannya. ia terdiam ditempat melihat baksonya kini sudah diambil alih oleh pria menyebalkan itu yang tengah melahap baksonya dengan wajah tak berdosa. saking gemasnya ia jadi ingin mencakar muka datar itu sekarang juga. namun ia ingat jika ia sedang menghindari lelaki itu saat ini. jadi sebisa mungkin ia harus mengikis kemungkinan yang melibatkan dirinya terlalu banyak berinteraksi dengan pria itu. tanpa mau ambil pusing ia meraih mangkuk bakso keduanya dan meraih sambal yang ada dihadapannya. tapi tangannya kalah cepat dengan tangan pria itu yang kini menaruh mangkuk sambal itu didekatnya. tangannya sudah terulur ingin meraih sambal itu namun lagi lagi pria itu mengambil alih mangkuk itu dan menuangkan kedalam mangkuknya sendiri. ia menyernyitkan alisnya bingung melihat kelakuan pria yang duduk disampingnya ini. apa dia tidak sadar kalau mangkuk baksonya sekarang sudah dipenuhi dengan sambal. isi mangkuk itu tidak terlihat seperti bakso melainkan sambal semua. ia menggelengkan kepalanya pelan dan kembali meraih mangkuk baksonya. biar saja dia memakannya pikirnya toh dia juga yang nantinya sakit perut bukan dirinya batinnya. ia memakan bakso barunya tanpa embel embel sambal didalamnya. hambar batinnya. ia sangat tidak suka jika tidak ada sambal didalamnya namun ia tetap menyendokan bakso itu kedalam mulutnya. lagipula rasa pedas itu masih belum hilang dari mulutnya jadilah ia terus memasukan suapan demi suapan sampai bakso itu sudah berpindah tempat ke perutnya. ia menenggak jus mangganya hingga tandas lalu mengelap mulutnya menggunakan tisu. ia melirik kearah vany yang juga baru saja menyelesaikan makannya

lo udah kan, yuk ke kelas " ia beranjak mengikuti vany setelah gadis itu menyeruput es tehnya

mereka berjalan beriringan melewati meja yang dipenuhi para siswa siswi yang tengah menatap mereka dengan berbagai tatapan. ralat lebih tepatnya menatap diandra saja. namun ia tetap pada ekspresi datar sekaligus dinginnya, ia terus saja bejalan sambil menatap lurus ke depan tak peduli dengan pandangan pandangan disekitarnya, sedangkan vany ia tengah matian matian bersikap biasa biasa saja saat beberapa kali ia mendapat tatapan tajam dari siswi disana. seketika diandra menghentikan langkahnya membuat vany secara otomatis menghentikan langkahnya juga seraya menyernyit bingung menatap diandra

lo ke kelas sendiri aja " ucap diandra sambil menatap datar kearah vany

lo enggak " masih dengan kernyitan bingung diwajahnya

tar gue nyusul " terang diandra sekenanya

oh yaudah " setelah mengangguk singkat gadis itupun berlalu pergi meninggalkannya yang masih berdiri saat ini

ia ingin melancarkan aksinya saat ini untuk membuktikan kecurigaannya terhadap pria itu. ia melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju roftoop. ia memilih untuk duduk dibawah bersandar pada sofa sambil meluruskan kedua kakinya. sejenak ia menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya menerbangkan beberapa helai anak rambutnya hingga menutupi sebagian wajahnya. ia menyelipkan helaian rambutnya kebelakang telinga lalu mengeluarkan kotak rokok dari saku roknya. ia menyulut satu batang rokok dijarinya kemudian menghisapnya dalam dalam. ia menghembuskan asapnya keudara dengan pelan. sudah lama ia tidak melakukan ini pikirnya. terakhir empat hari yang lalu mungkin entahlah ia lupa. ia kembali menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya keudara. ditengah tengah keheningan yang tercipta tiba tiba ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang

disini lo rupanya " ucap lelaki bernama devano itu sinis pada wanita yang kini sedang duduk bersandar pada sebuah sofa sambil menghisap sebatang racun berbahaya menurutnya. ia sempat terkejut saat mengetahui kalau gadis itu merokok

wanita yang tidak lain bernama diandra itu mendengus kesal mendapati sesosok pria yang membuntutinya akhir akhir ini kembali mengusik ketenangannya. ia yakin setelah ini hidupnya akan banyak dipenuhi oleh pria menyebalkan itu

ngapain lo kesini " tanya diandra datar setelah menghembuskan kepulan asap dari bibir tipisnya tanpa memandang lelaki yang terus memperhatikannya sedari tadi

seharusnya gue yang nanya lo ngapain disini " balas vano sengit sambil menatap intens kearah diandra

bukan urusan lo " tukas diandra tajam kembali menghembuskan kepulan asap ke udara

ini jadi urusan gue mulai sekarang " jawab devano dingin

sejak kapan lo suka ngurusin hidup gue " tanya diandra sambil tersenyum mengejek kearah lelaki itu

huhh lo pikir gue mau ngurusin hidup lo yang sama sekali gak gue mau tau itu " balas devano sinis

then.. ngapain lo ngikutin gue sampe kesini " ucap diandra sambil mengangkat sebelah alisnya

itu karna kepala sekolah yang minta gue langsung buat turun tangan ngurusin murid nakal macem lo " jawabnya tajam sambil memandang diandra dengan tampang datarnya. namun sedetik kemudian ia merutuki mulutnya yang sudah keceplosan berbicara. buru buru ia menormalkan ekspresi wajahnya manjadi datar

diandra berdecih mendengar penuturan konyol dari lelaki itu. ternyata benar dugaannya jika vanolah orang yang dimaksud oleh kepala sekolah untuk mengawasinya. ia tak menghiraukan lagi perkataan lelaki itu yang masih setia berdiri disana. ia kembali menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan. kegiatannya itu terhenti saat tiba tiba sebuah tangan besar mengambil benda itu dari tangannya dan membuangnya secara asal. ia mengumpat marah pada lelaki yang kini memandangnya dengan tampang tak bersalah

apa apaan lo hah!! " teriak diandra tepat di depan muka vano setelah bangkit dari duduknya

apa " tanyanya berpura pura tidak tahu sambil bersedekap dada

gak usah pura pura bego deh lo! " ia berujar sinis sambil mendengus pelan

mau apa lo sebenernya " tanya diandra datar sambil menatap tepat dimanik mata pria itu

Vano menyeringai sesaat sebelum berkata

simple " jawabnya sambil mengedikkan bahu acuh

diandra masih menunggu kelanjutannya dengan tenang

berhenti buat onar disekolah dengan tingkah kekanakan lo itu " lanjut devano datar

diandra tersenyum lebar lebih tepatnya tersenyum mengerikan kearah lelaki itu. ia berjalan mendekati lelaki itu perlahan dan berbisik tepat di telinganya

simpan keinginan lo itu jauh jauh karna selama gue masih hidup itu gak akan pernah terjadi dalam kamus besar kehidupan gue " setelah berkata seperti itu diandra melegang pergi meninggalkan vano dengan rahang yang sudah mengeras dan mengepalkan tangannya kuat sampai buku jarinya memutih

sialan " maki pria itu seraya berbalik mengejar wanita itu

diandra berjalan dengan langkah lebar. moodnya benar benar hancur hari ini ditambah kedatangan lelaki brengsek yang dengan kurang ajarnya mencampuri urusan pribadinya. ia kembali mengumpat kesal mengingat alasan konyol yang diberikan lelaki itu padanya. apa apaan dia! memangnya dia pikir dia siapa?! maki diandra dalam hati. ia memasuki kelasnya dan berjalan menuju bangkunya. ia meraih tasnya dengan kasar lalu melangkah menuju tempat parkiran. ia berniat pulang kerumahnya sekarang. baru saja ia ingin membuka pintu mobilnya namun sebuah tangan besar lagi lagi menghentikan kegiatannya. diandra benar benar geram dengan kelakuan lelaki yang sedang menatapnya dengan tatapan menusuk sekarang ini

mau kemana lo " tuding lelaki itu tajam

minggir " desis diandra geram

gak akan " jawabnya datar

lo tuli! apa gue harus ngulang kata kata gue barusan " ia menatap lurus ke manik mata hazel milik lelaki itu

lepasin tangan gue " ulangnya lagi sambil mencoba melepaskan cekalan tangan pria itu dari pergelangan tangannya

gak. gue gak akan biarin lo cabut lagi kali ini " ucap vano sinis

lepas atau gue hajar lo sekarang juga " tukas diandra tajam. ia sudah muak berhadapan dengan pria ini. dan kali ini ia tidak akan tinggal diam

gue gak takut sama anceman lo " balas pria itu tak kalah tajam

oke.. kyaknya gue emang harus ngelakuin ini biar lo paham " ujarnya dengan tenang sambil menipiskan bibirnya, tanpa aba aba ia langsung menendang selangkangan pria itu dengan sekuat tenaga. dan dalam hitungan detik lelaki itu sudah terduduk di tanah sambil mengerang kesakitan. kesempatan itu ia gunakan untuk masuk kedalam mobilnya dan buru buru melajukan mobilnya keluar dari pekarangan sekolah. ia tersenyum puas menyaksikan pria itu lewat kaca spion atasnya yang tengah meringis menahan sakit saat mencoba berdiri.

ia mengendarai mobilnya menuju rumahnya. ia menutup pintu mobilnya dengan kasar seraya berjalan memasuki rumahnya dengan langkah lebar. ia mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu sebelum melangkah masuk ke kamarnya. ia menghempaskan tubuhnya diatas kasur queensizenya seraya menghembuskan napas keras. ia menaruh tangannya dikening menutupi matanya sejenak

I promise that one day I'll be around
I'll keep you safe
I'll keep you sound

tiba tiba ponselnya bedering menandakan ada sebuah telpon masuk, ia menyingkirkan tangannya lalu meraih ponselnya yang masih ia simpan disaku seragam. ia langsung merejek panggilan itu setelah tau siapa yang menelponnya kemudian ia mematikan ponselnya dan mencabut kartunya. ia melempar asal ponsel serta kartunya dan menelungkupkan kepalanya dibalik bantal

**

sayup sayup ia mendengar suara teriakan seseorang yang memanggil manggil namanya dari luar. dengan berat hati ia membuka matanya sedikit seraya merenggangkan ototnya sejenak sebelum beranjak dari kasur. siapa sih, ganggu aja! baru juga tidur rutuknya. ia berjalan pelan menuju pintu kamarnya. terlihatlah sosok ibunya yang tengah menatapnya dengan tajam didepan pintu kamarnya setelah ia membuka pintunya

ibu udah sering bilang ke kamu kalo pulang sekolah baju tuh diganti! " ujarnya dengan tajam seraya melirik baju seragam yang masih melekat ditubuhnya

ia hanya menampilkan ekspresi datar seraya mengangguk singkat menjawab perkataan ibunya

ada vano dibawah. dia nungguin kamu daritadi, kamu temuin dulu sana " setelah berkata seperti itu diana melenggang pergi menuju lantai bawah

ia menyernyit tak suka saat mendengar perkataan ibunya barusan. ngapain lagi dia kesini pikirnya. ia melangkah menuruni tangga dan mendengus pelan saat melihat pria menyebalkan itu sudah duduk di sofa ruang tengah. ia berjalan dengan langkah lebar mendekati pria itu

ngapain lo kesini ? " ia berujar tajam seraya melipat tangannya didepan dada

seakan tidak mendengar nada tajam yang ia tujukan padanya pria itu hanya meliriknya sekilas lalu mengalihkan pandangannya ke seisi ruangan. ia mendengus kesal dan memalingkan mukanya dari pria itu. kenapa ibunya membiarkan saja pria ini masuk sungutnya

ini diminum dulu nak, maaf ya gak ada apa apa " ujar diana ramah seraya menaruh cangkir minuman diatas meja dan beberapa camilan

iya gapapa bu, makasih. jadi ngerepotin " balas pria itu seraya tersenyum lembut kearah diana

ia sempat tertegun melihat senyuman itu namun sedetik kemudian ia berdecih sinis seraya mendengus pelan. pencitraan eh?! batinnya

Sama sekali nggak kok, ayo diminum " ucap diana setelah mendudukan dirinya disamping vano

iya bu " ia meraih cangkir minumannya dan menyesapnya pelan

gimana kabar mama kamu, udah lama banget ibu gak ketemu seril " diana berujar dengan antusias saat menyebutkan nama seril yang merupakan ibunya vano

kabar mama baik, maen kerumah dong bu mama pasti seneng soalnya dia sendirian mulu dirumah sering ditinggal papa keluar kota " vano terkekeh pelan setelah meletakkan cangkirnya diatas meja

oh ya, huh gak berubah ya papa kamu dari dulu masih aja suka bepergian. nanti kapan kapan ibu maen kerumah deh " ujar diana seraya menerawang kedepan

ya begitulah. nanti kabarin vano aja kalo ibu mau maen biar vano yang jemput. diandra punya nomor vano kok " terang vano sambil melirik sekilas kearah diandra

oh kalian udah tukeran nomor, baguslah. yaudah kalo gitu ibu tinggal ke kamar dulu ya mau istirahat. gapapa kan ditemenin sama diandra " ujar diana lagi seraya menatap kearah diandra yang masih setia berdiri sambil melipat tangannya didada

iya gapapa bu, istitahat aja " balasnya seraya tersenyum simpul

diandra sini duduk. temenin vano, ibu mau ke kamar dulu " ucapnya dengan nada seperti biasanya sambil menatap kearahnya. vano juga ikut menatapnya saat ini

iya " ia menjawab singkat

setelah itu ibunya beranjak darisana dan melangkah ke kamarnya. sekarang tinggallah dirinya dan juga vano diruang tamu itu. ia masih bertanya tanya saat ini kenapa ibunya terlihat sangat akrab dengan pria itu seperti seseorang yang sudah lama kenal. dan apa tadi, ia tidak salah dengar saat vano menganggil ibunya dengan sebutan ibu pula seperti dirinya seolah pria itu sudah terbiasa dengan itu. ia jadi berfikir keras siapa vano sebenarnya dan ada hubungan apa keluarnya dengan pria itu. ia masih setia berdiri tanpa menatap kearah vano, baginya lebih baik ia melihat pak tejo -guru sejarah- yang notabenenya guru terkolot di sekolahnya daripada melihat wajah vano yang menyebalkan itu. bawaannya pengen nyakar mulu kalo liat dia sungutnya

kenapa lo pulang " ujar vano yang sekarang sudah berdiri didepannya dengan jarak yang sangat dekat. pria itu menatapnya tajam tepat dimatanya. hampir saja ia terjungkal kebelakang saat melihat vano yang tiba tiba berdiri dan menatapnya seperti itu. ingin sekali ia menerjang lelaki itu saat ini kalau saja tidak ada ibunya dirumah. ia mendesis geram dengan tindakan semena mena dari lelaki ini

brengsek. kalo aja tadi gue jatoh, gue gak jamin muka lo masih baik baik aja sekarang " tukasnya tajam sambil menatap balik mata hazel pria itu

kenapa lo pulang " ulang vano sambil terus melangkah mendekati diandra. dia tidak memperdulikan protes dirinya lagi sekarang

sejujurnya diandra gugup saat ini. namun ia berusaha tidak terganggu dengan tatapan mengintimidasi dari pria itu. ia melangkah mundur seiring dengan langkah vano yang semakin dekat

udah gue bilang bukan urusan lo " ia mendengus sebal seraya mengalihkan tatapannya dari vano

udah gue bilang itu jadi urusan gue mulai sekarang " balas vano cepat meniru ucapannya barusan

ia kembali mendengus kesal sambil sesekali melirik kearah belakang dan juga vano secara bergantian. ia sudah dekat dengan tembok saat ini

kenapa lo mundur " ujar vano serasa tersenyum smirk kearahnya

ya lo kenapa maju " balasnya cepat masih melangkah mundur

awas lo " lanjutnya seraya mendorong tubuh vano agar menjauh darinya namun tangannya dicekal oleh lelaki itu. sekarang ia sudah benar benar menempel pada dinding saat ini. ia sudah tidak bisa mundur kemana mana lagi karna pria itu sudah mengunci pergerakannya

ngejauh dari gue " desisnya geram seraya menatap tajam kearah vano

kalo gue gak mau " ucap vano semakin memajukan wajahnya

jangan macem macem lo " ia sudah takut saat ini namun sebisa mungkin ia menjaga nada suaranya agar tetap tenang. jantungnya sudah berdegup kencang sekarang. sial! kenapa gue jadi degdegan gini makinya dalam hati

mau apa lo " ia memberanikan diri menatap mata vano. dengan jarak sedekat ini ia bisa mencium aroma mint yang menguar dari tubuh lelaki itu

menurut lo " balas vano masih dengan senyum smirk di bibirnya

minggir atau gue teriak sekarang " ancamnya sambil meronta melepaskan cekalan tangan vano

teriak aja " vano berucap tepat didepan bibirnya sekarang

ia hampir menganga tidak percaya mendengar ucapan vano yang kelewat santai barusan

lo nantangin gue " ia berdecih sinis kearah vano

gak tuh. paling nanti lo sendiri yang dimarahin " balas vano tak kehabisan akal.

tinggal gue bilang aja yang sebenernya sama nyokap lo kalo lo suka-- " belum sempat ia melanjutkan, ucapannya sudah terhenti saat diandra menyela

tutup mulut sialan lo itu " desisnya geram

mau apa lo sekarang " tanya diandra akhirnya sambil menatap datar kearah vano yang menampilkan seringai liciknya sekarang

masih sama kayak yang gue bilang pas disekolah " jawab vano enteng sambil menjauhkan wajahnya sedikit agar bisa menatap diandra

gue udah bilang simpan keinginan lo itu jauh jauh karna gue gak akan pernah mau ngelakuin itu " ia mendengus kesal pasalnya pria itu masih saja menyuruhnya melakukan hal itu

oh jadi lo gak mau " ujar vano kembali memajukan wajahnya mendekat kearah diandra

jelaslah. mau ngapain lo, ngejauh gak " ucapnya sedikit keras namun pria itu seolah menulikan telinganya dan terus memajukan wajahnya kearah diandra

ck lo bisa minta yang laen selain itu pastinya " ia kembali kesal saat ini melihat vano yang masih gencar menyudutkannya

sayangnya gue cuma mau lo ngelakuin itu saat ini " terang vano masih bersikeras

gue gak bisa " teriaknya tertahan

kenapa " balas vano cepat

pokoknya gak bisa. ngertiin dong " ia sudah benar benar kesal saat ini pasalnya vano terus menuntutnya melakukan hal yang tidak bisa ia lakukan

lo bukannya gak bisa tapi gak niat " ujar vano telak membuat ia seketika bungkam

kenapa " tanyanya setelah terdiam beberapa saat yang dibalas dengan kernyitan bingung oleh vano

kenapa lo mau mau aja ngelakuin ini " lanjutnya datar sambil menatap vano menuntut penjelasan

gue cuma ngelaksanain tanggung jawab gue sebagai ketua osis pastinya " jawab vano enteng

ia hanya berdecih pelan mendengar jawaban konyol yang diberikan vano yang lagi lagi menyangkut soal tanggung jawab

gue bakal bantu lo pelan pelan, asal lo bisa kerjasama " lanjut vano pelan

ia berfikir sejenak haruskah ia melakukannya. ia menatap ragu kearah vano, ia tidak yakin jika ia bisa

lo pasti bisa " ujar vano dengan menatap matanya dengan sungguh sungguh

fine! " ia menghela napas pelan seraya membuang pandangannya dari vano

ia melirik sekilas kearah pria itu yang kini tengah tersenyum puas kearahnya. ia kembali mendengus dan mendorong lelaki itu menjauh. barulah ia bisa bernapas lega saat lelaki itu sudah berada cukup jauh darinya. ia hampir menyemburkan tawanya saat melihat vano yang hampir terjungkal ke belakang namun ia tahan kuat kuat keinginannya untuk tertawa

sialan lo! untung gak jatoh " tukas vano tajam seraya mendengus kesal

siapa suruh berdiri sedeket itu didepan gue " ia mendelik seraya melipat tangannya didepan dada

tapi lo seneng kan " pria itu tersenyum smirk menatapnya sambil memasukkan tangannya kedalam saku celana abu abu miliknya

ewh.. geli gue dengernya " ia bergidik jijik melihat tingkah vano yang seperti itu. ia berlalu meninggalkan vano. saat ia baru menjejalkan kakinya diundakan tangga pertama vano mencekal tangannya membuat ia secara otomatis menghentikan langkahnya

kenapa lagi " ia memutar mata jengah

lo mau kemana " pertanyaan retorik dengusnya

pasar! ya ke kamarlah, gimana sih lo " ia menatap sengit kearah vano

pria itu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya melepaskan cekalan tangannya. ia menggelengkan kepalanya pelan dan kembali menaiki tangga menuju kamarnya. ia melangkah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. dua puluh menit kemudian ia keluar dan berjalan menuju walk in closet. ia meraih t-shirt hitam serta celana potongan 3/4 berwarna abu abu miliknya dan mengenakannya dengan cepat. ia mengeringkan rambutnya sebelum melangkah ke lantai bawah. ia berniat mengambil semangkuk strawberry kesukaannya. ia menyernyit heran melihat vano yang masih duduk disofa ruang tengahnya. ia mengurungkan langkahnya kedapur dan melangkah mendekati vano

kok lo belom pulang " ujarnya seraya menyernyitkan alis

lo ngusir gue " dengus vano

ia hanya memutar mata malas seraya berbalik berjalan menuju dapur. ia membuka kulkasnya kemudian meraih semangkuk buah strawberrynya. ia tersenyum simpul sesaat mengingat bibi yang sangat hafal dengan kebiasaanya yang satu ini. saat ingin berbalik tiba tiba ia dikejutkan dengan kehadiran vano yang berdiri tepat dibelakangnya. ia terpekik kaget seraya mengelus dadanya pelan. hampir saja ia menjatuhkan mangkuk buahnya saat ini

bego banget sih lo! gue kaget tau gak!! " ia menjitak kepala vano dengan keras seraya berkacak pinggang

awh.. maaf elah kan gue gak tau kalo lo kaget. gausah pake jitak juga " sungut vano sambil meringis pelan memegangi kepalanya

maaf maaf kalo gue jantungan gimana?! lagian ngapain sih lo pake ngikutin gue segala " teriaknya

gausah lebay deh, lagian gue cuma berdiri doang bukan neriakin lo kan " balas vano seraya memutar mata malas

apa tadi kata lo! " ia sudah bersiap ingin menjitak kepala vano lagi namun terhenti saat suara ibunya menginterupsi

ada apa diandra " ujar diana saat mendengar keributan dari arah dapur

gapapa. tadi ada kecoa " jawab diandra berbohong saat melirik kearah vano yang diam saja

ia melihat pria itu mendongakkan kepalanya seraya menatapnya dengan menyernyitkan alisnya

kirain ada apa " diana hanya menggelengkan kepalanya pelan kemudian berbalik pergi meninggalkan vano dan diandra berdua saja di dapur

kalo gak ada yang mau di omongin lagi mending lo pulang deh " ia menatap sinis kearah vano yang masih setia berdiri di depannya. ia melirik sekilas kearah jam tangannya yang menunjukan pukul tiga sore

udah sore, lagian lo belom ganti baju " dengusnya seraya berjalan menuju ruang tamu

lo merhatiin gue ceritanya " ucap vano seraya menyeringai menatapnya

cih.. bahkan dalem mimpi pun gue gak akan mau ngelakuin itu " ia berdecih sinis seraya mengganti chanel tv setelah mendaratkan bokongnya disofa diikuti oleh vano yang duduk disebelahnya

ia melirik sekilas kearah vano yang tengah tersenyum penuh arti menatapnya. ia mengedikan bahu acuh lalu mulai memusatkan pandangannya kedepan. sesekali ia memakan buahnya sambil fokus menyaksikan film kartun spongebob

bagi dong " ujar vano sambil mencomot buahnya tanpa menunggu jawaban dari diandra

ck maen nyomot aja lo! ambil sendiri sana di dapur " ia berdecak marah seraya menjauhkan mangkuk buahnya. ia paling tidak suka jika harus membagi kesukaannya dengan orang lain

pelit banget sih lo " dengus vano

bodo " ketusnya. ia kembali fokus pada tontonannya

namun bukan vano namanya jika tidak bebal. dia kembali mencomot buahnya meski sudah ia pelototi beberapa kali. meski ia kesal setengah mati pada pria itu akhirnya ia pasrah dan membiarkan saja vano memakan buahnya. lagi pula ia sudah terlalu lelah berdebat dengan pria itu seharian ini

dian makan dulu, ibu udah siapin makanan. ajak vano sekalian " teriak diana dari arah dapur

kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu " ia melirik kearah vano yang tengah menatapnya saat ini

siapa yang ngeliatin lo " jawab vano seraya menggaruk tengkuknya

ikut gue " ia memutar mata malas seraya bangkit dari duduknya

kemana " tanya vano polos

ke neraka, ya kedapur. kemana lagi, emang lo gak denger tadi ibu nyuruh makan " jelasnya jengah

ia kembali melangkah kearah dapur diikuti oleh vano disampingnya

sini van, makan dulu. kamu belom makan kan dari tadi siang. ibu sengaja masak banyak nih, ayo duduk " ujar diana saat melihat anaknya dan vano yang baru saja memasuki dapur

makasih bu, tapi lain kali aja vano mau pamit pulang dulu udah sore banget soalnya takut mama nyariin " ucap vano tak enak hati

makan dulu bentar, sayang lho makanannya. ibu udah masak banyak. " diana menarik tangan vano dan mendudukannya di kursi depannya

tapi bu " belum sempat ia protes wanita paruh baya itu sudah memotong ucapannya duluan

udah gak boleh nolak. ibu maksa nih, lagian udah lama kan kita gak makan bareng kayak gini " ucap diana setelah duduk dikursinya

diandra hanya diam saja menyaksikan percakapan ibunya dan pria itu. ia kini sudah mendudukan dirinya berseberangan dengan vano seraya menaruh nasi dipiringnya. ia melirik sejenak kearah vano yang tengah mengangguk singkat menanggapi ucapan ibunya barusan

ayo dimakan. jangan sungkan, kayak sama siapa ajasih kamu van " ucap diana terkekeh pelan seraya mengambil lauk untuk dirinya

diandra meraih sayur sup serta ayam goreng ke piringnya lalu memakannya dengan lahap

kok dikit banget nasinya, ambil lagi dong. itu ada ayam goreng " ucap diana saat melihat piring vano yang terisi sedikit

udah bu segini aja " balas vano seraya tersenyum simpul kearah diana

dian ambilin ayam buat vano " titah diana pada diandra yang tengah melahap makanannya tanpa memperdulikan sekitar

ia menghentikan acara makannya lalu menatap kearah ibunya dan vano secara bergantian. kemudian ia mendekatkan piring yang berisi ayam goreng kearah vano. ia kembali melahap makanannya dengan khitmat. suasana diruang makan itu hening saat ini, hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring

setelah menyelesaikan makannya ia menenggak air minumnya hingga tandas lalu mengelap bibirnya menggunakan tisu. ia kembali melirik kearah ibunya dan vano yang juga sudah menyelesaikan makannya. ia bangkit dari duduknya sambil mengumpulkan piring kotor menjadi satu

udah biar ibu aja, kamu temenin vano aja " ucap ibunya sambil mengambil alih tugas diandra

gapapa dian aja yang beresin, lagian vano juga udah mau pulang tuh kayaknya " jawab diandra sambil melirik kearah vano sekilas

yaudah kalo gitu, ayo van ke ruang tengah aja " ucap ibunya sambil menggiring vano

ia menaruh piring kotor pada cucian piring terlebih dahulu sebelum merapikan meja makan. ia mencuci piring dengan telaten dan menyusunnya kembali dengan rapi. ia membilas tangannya sejenak kemudian mengelapnya menggunakan serbet. ia melangkahkan kakinya keruang tengah dimana ibunya dan vano berada saat ini

tuh anaknya nongol, di kamu anter vano sampe depan ya " pinta ibunya

ia hanya mengangguk singkat seraya melirik kearah vano sekilas

vano pulang dulu ya bu, makasih makanannya " ucap vano seraya menyalimi tangan diana

iyah hati hati dijalan ya van. jangan ngebut bawa mobilnya, salam sama mama kamu " diana tersenyum kearah vano

iya bu pasti. yaudah vano pulang assalamualaikum " vano membalas senyuman diana

walaikumsalam " balas diana

ayok " ucap diandra akhirnya setelah terdiam menunggu vano yang tengah berpamitan pada ibunya

ia berjalan lebih dulu menuju pintu depan diikuti oleh vano dibelakangnya. ia membukakan pintu untuk membiarkan vano lewat dengan leluasa

gue pulang ya " ucap vano setelah sampai di depan pintu

ia hanya berdehem singkat menanggapi ucapan vano seraya menyandarkan punggungnya pada daun pintu

besok gue jemput " tambah vano

iye " ia memutar mata jengah melihat vano yang tidak hentinya mengoceh

lo harus udah siap pas gue dateng "

ck bacot. pulang sana " teriaknya seraya berdecak kesal sambil menatap tajam kearah vano

yaudah gue pulang. inget kata gue barusan " ulang vano seraya berjalan pelan menuju mobilnya yang terparkir disamping mobil diandra

iya! " dengusnya kesal sambil melipat tangannya di depan dada

vano mulai menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah diandra. setelah mobil vano tidak terlihat lagi ia menutup pintu rumahnya tak lupa dengan menguncinya lebih dulu sebelum berjalan ke lantai atas menuju kamarnya. ia merasa lelah saat ini. ia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur dan memejamkan matanya karena sudah terasa sangat berat











yuhuu I'm come back 👋
5000 kata lebih nih guys 😰
jan lupa voment yakk

happy reading

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro