seven
belom pulang lo " suara itu tiba tiba mengagetkan diandra yang kini tengah duduk sambil memperhatikan kakinya
ia menyernyit bingung menatap lelaki yang tengah berdiri diambang pintu, namun sedetik kemudian ia memalingkan muka
bukan urusan lo " balasnya datar kembali memeperhatikan kakinya
lelaki itu mengikuti arah pandang diandra
kaki lo masih sakit " tanyanya datar sambil berjalan mendekat kearah diandra
menurut lo " balasnya sengit sambil melirik sinis kearah vano
ya. lelaki itu adalah vano
bisa berdiri gak " tanya vano
diandra beranjak dari duduknya mencoba berdiri, namun sepertinya kakinya tidak bisa diajak bekerja sama saat ini. ia refleks memegangi lengan vano yang berdiri dihadapannya sekarang. saat tau posisinya yang begitu dekat ia menarik tubuhnya menjauh dengan berdiri menggunakan satu kaki
bisa. sekarang minggir, gue mau pulang " ucap diandra datar
vano menggeser tubuhnya sedikit kesamping membiarkan diandra lewat. bukan tanpa alasan ia melakukan itu, ia hanya ingin melihat apa gadis keras kepala itu benar benar bisa berjalan saat ini. namun ia yakin gadis itu hanya berpura pura bisa. dan benar saja! gadis itu hampir saja tersungkur jika ia tidak cepat memegangi lengannya
ini yang lo bilang bisa huh! " dengus vano
diandra hanya melirik sinis kearah vano namun menurut saja ketika lelaki itu menuntunnya berjalan keluar. mereka menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi karna bel pulang sudah berbunyi sedari tadi. ia berjalan sangat pelan membuat vano harus benar benar sabar menemaninya. diandra menghentikan langkahnya sejenak karena merasa lelah saat ini. ia berdecak kesal mengingat perjalanan menuju tempat parkir masih sangat jauh
kenapa berenti " tanya vano bingung
gue cape " bales diandra kesal
naek " ucap vano yang sudah berjongkok memunggunginya
maksud lo " balas diandra bingung
naek cepetan " ujar vano gemas
setelah mengerti maksud lelaki itu iapun mendekatkan dirinya pada lelaki itu kemudian melingkarkan tangannya dileher vano
udah " tanya vano memastikan
hm " jawab diandra berdehem singkat
vano mulai berjalan menyusuri koridor sekolah. keduanya sama sama terdiam, tidak ada yang berniat membuka percakapan lebih dulu. keduanya sibuk dengan pikiran masing masing
diandra merasa nyaman bersandar dipunggung tegap lelaki yang tengah mengendongnya sekarang. ia tidak tahu perasaan apa yang tengah melingkupinya saat ini. ia heran kenapa sosok asing ini terasa begitu familiar baginya. ia merasa seperti de javu. ia jadi teringat kembali pada sepenggal kenangannya bersama seseorang dimasa lalu. sosok yang selalu berada disampingnya kapanpun ia butuh. sampai akhirnya sosok itu tidak ada lagi disampingnya. ia jadi merindukan sosok itu batinnya berkata lirih
heh malah bengong, cepetan turun berat nih " sentak vano ketus membuat diandra tersadar dari lamunannya
ia berdecak kesal sambil menurunkan kakinya ketanah. ia berdiri sambil berpegangan dengan mobilnya
mana kunci mobil lo " tanya vano sambil menengadahkan tangannya
diandra menyernyit heran
buat apa " tanyanya masih kebingungan
udah cepet mana " balas vano kesal
diandra merogoh saku seragamnya meraih kunci mobil dan memberikannya pada vano
vano menekan tombol pada kunci mobil itu sehingga membuat mobil merah itu berbunyi dua kali. ia membuka pintu mobil untuk diandra namun gadis itu bukannya masuk malah berbalik menatapnya
lo mau nganterin gue " tanyanya heran sambil menahan lelaki itu
menurut lo " jawabnya sambil memutar bola mata malas
gausah! gue bisa pulang sendiri "diandra berniat merebut kunci mobilnya kembali namun dengan cepat pria itu menjauhkan tangannya dari jangkauan diandra
gausah protes. buruan masuk " ucapnya sekali lagi dengan nada ketus
sambil berdecak kesal diandra masuk kedalam mobilnya diikuti oleh vano yang kini tengah memutari mobil dan duduk di kursi kemudi. ia menyalakan mesin mobil itu sebelum melajukannya dengan kecepatan sedang. mobil diandra membelah jalanan kota jakarta yang terlihat sepi sore itu. gadis itu memilih bungkam disepanjang jalan karena masih kesal kepada vano yang seenaknya memerintah dirinya. diandra memandang keluar jendela tanpa berniat bicara pada pria itu. begitu pula dengan vano. pria itu bahkan diam saja sedari tadi setelah memasuki mobil diandra, ia masih fokus menyetir sambil memperhatikan jalanan sekitar sampai tiba tiba suara yang berasal dari gadis disampingnya itu membuat ia menahan dirinya mati matian agar tidak tersenyum saat ini. diandra meringis menahan malu dalam hati ia memaki perutnya yang tiba tiba saja berbunyi itu. ia melirik lelaki yang duduk disampingnya sekarang yang tidak menampilkan ekspresi apa apa. diam diam ia menghela napas lega saat mengetahui lelaki itu yang sepertinya tidak mendengar suara memalukan itu barusan. tiba tiba mobilnya berhenti membuat ia menyernyit heran
kok berenti " ucapnya sambil menatap heran kearah vano
ia mengedarkan pandangannya dan seketika memicingkan mata saat matanya melihat sebuah restoran. jangan bilang kalo dia denger yang tadi tapi pura pura gak tau batin diandra kesal sekaligus malu
gue laper " jawabnya enteng
diandra lagi lagi mendengus mendengar ucapan lelaki itu barusan. ia tahu itu bukan jawaban yang sebenarnya, lelaki itu sengaja beralasan seperti itu hanya untuk mengolok dirinya saat ini
lo gak mau turun " tanyanya menatap diandra dengan wajah datar yang dibuat buat, sebenarnya ia tengah menahan senyumnya agar tidak terlihat oleh diandra
diandra menatap lekat kearah vano seraya bersedekap dada
gue baru tau kalo lo itu pikun ternyata. kasian gue " ucap diandra pelan namun menusuk
dalam hati vano sedikit merutuki kebodohannya barusan. bagaimana mungkin lelaki itu lupa dengan kondisi kakinya saat ini. ia memalingkan mukanya menatap keluar jendela, ia malas berbicara dengan lelaki itu saat ini. ia ingin cepat cepat pulang kerumahnya
vano mendengus mendengar ucapan telak dari diandra barusan
lelaki itu berjalan keluar tanpa menghiraukan diandra yang masih duduk dibangkunya sekarang. ia semakin merengut kesal melihat lelaki itu yang tidak mempedulikannya saat ini. ia memilih berdiam diri sambil menunggu lelaki itu kembali. mau bagaimana lagi pikirnya ia juga tidak bisa keluar menyusul lelaki itu jadilah ia menunggu dengan bosan disini. ia memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang sambil sesekali melirik kearah jam yang melingkar ditangannya tak lama lelaki yang ia tunggu sedari tadipun muncul
lama banget sih lo! " ucap diandra marah sekaligus kesal
ck berisik! nih ambil " ucap vano ketus sambil menyodorkan sebungkus makanan kearah diandra yang dibalas diandra dengan menyernyit heran menatap kearah lelaki itu
apaan nih " tanyanya bingung
ini ambil. ck lama " ucapnya kesal sambil menarik paksa tangan diandra untuk menerima makanan itu
ia kembali menghidupkan mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang. diandra sempat tertegun sejenak namun sedetik kemudian ia menaruh bungkusan makanan itu di tengah tengah bangkunya dan bangku vano
gue gak minta lo buat beli beginian " ucap diandra tanpa menatap kearah vano
lelaki itu melirik sekilas kearah diandra dan kembali memperhatikan jalanan
I see. tapi gue terganggu dengan suara yang berasal dari perut lo. bikin gue gak konsen nyetir aja " jawabnya datar padahal dalam hati ia tertawa puas melihat ekspresi diandra yang memerah menahan malu saat ini
diandra menyernyit tidak suka mendengarnya sekaligus meringis malu secara bersamaan
kalo terganggu gak usah denger " jawabnya ketus
ia benar benar heran dengan makhluk satu ini. kenapa pula harus dia yang terganggu sampai berkata tidak konsen segala
vano tidak menghiraukan ucapan gadis disebelahnya ini. ia terus saja menyetir sambil memperhatikan jalanan di sekitarnya
ini lewat mana " tanyanya tanpa melihat kearah diandra
lurus aja " jawabnya malas
vano melajukan mobilnya sesuai intruksi dari diandra, sesekali ia mencoba menghapal jalanan ini
tuh rumah gue yang catnya warna cream " tunjuk diandra pada sebuah rumah yang berjarak lima rumah lagi dari tempat mereka saat ini
vano memasuki halaman rumah diandra yang terlihat sepi saat itu. ia memarkirkan mobil diandra dan keluar lebih dulu. ia membantu diandra keluar dengan hati hati
pelan pelan " ucapnya ketus
makanannya gak dibawa " tanya vano sambil mengangkat alisnya
gausah. bawa aja sama lo " jawab diandra tak kalah ketus
ck bilang makasih kek apa kek. gak tau terimakasih banget! bawa gak " ucap vano melotot tak terima
tanpa mau berdebat lebih lama dengan lelaki dihadapannya ini diandra meraih bungkusan itu dengan kasar. ia berjalan sedikit tertatih tatih dibantu oleh vano yang memegangi bahunya
lo bisa naek tangganya gak " tanya vano dengan nada tidak selow khasnya seorang vano
keliatannya gimana " tanya diandra sewot
vano berdecak kesal namun sedetik kemudian ia menggendong diandra ala bridal style
woy! lo apa apaan sih, turunin gak! " ucap diandra melotot tak terima. ia refleks mengalungkan tangannya dileher lelaki itu
diem. gausah komen " balas vano ketus
dengan jarak sedekat ini diandra bisa mencium aroma mint yang sangat menusuk indra penciumannya saat ini. ia sempat menahan napas beberapa detik mencoba menghilangkan desiran hangat yang tiba tiba menyusup dalam rongga dadanya
ada apa sama gue batinnya
ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. tidak, ini bukan pertama kalinya ia merasakan ini. ia pernah merasakannya. tapi pada seseorang dimasa lalunya
ia tidak pernah merasa seperti ini kecuali pada saat bersama seseorang itu. kenapa ? batinnya bertanya tanya
tidak mungkin kan kalo mereka orang yang sama pikirnya
jelas sekali mereka bukan orang yang sama dengus diandra. karna seseorang dimasa lalunya mempunyai sikap yang sangat lembut dan penyanyang. berbanding terbalik dengan makhluk menyebalkan yang berada didepannya saat ini rutuknya
vano menurunkan diandra diatas kasurnya dengan hati hati. kemudian ia pamit pulang pada diandra
eh tunggu dulu " ucap diandra ketika ia ingat dengan rencananya saat di UKS tadi
vano membalikkan badannya menghadap diandra sambil menyernyitkan alis
sama sama " ucap vano sambil mengangguk singkat yang membuat diandra menyernyit bingung
apa tadi kata lo " balas diandra mencoba memastikan jika ia tidak salah dengar
sama sama. lo mau bilang makasih kan " ucap vano sambil mengedikkan bahu acuh
diandra mendengus geli mendengarnya. ia menampilkan seringainya lalu berkata
siapa juga yang mau bilang makasih " balasnya sambil tersenyum mengejek
lah terus " ucap vano, kali ini dirinyalah yang bingung
gue mau bilang selama kaki gue belom sembuh lo harus anter jemput gue ke sekolah, beliin gue makanan dikantin, lo juga harus siap siaga selama 24 jam. gue gak mau tau lo lagi apa dan dimana pokoknya lo harus ada saat gue butuh bantuan lo sampe kaki gue udah bisa jalan lagi " jelas diandra enteng
apa apaan lo! gak, gue gak mau. lo kira gue pembokat lo apa " balas vano ketus
gue gak mau tau mulai besok lu harus ngejalanin peraturan gue tadi " jawab diandra cepat sambil melotot kearah vano
gak " jawabnya sengit
heh! lo gak inget udah celakain gue hah! " teriak diandra marah
orang gue gak sengaja kok, lagian gue juga udah bertanggung jawab buktinya gue udah nganterin lo pulang kan " balas vano ketus berusaha membela dirinya
tetep aja lo harus bertanggung jawab sampe gue sembuh. besok masih sekolah dan lo mesti bantuin gue " ucap diandra tak menyerah
itusih urusan lo, bukan urusan gue " jawab vano ketus
pokoknya lo harus ngelakuin apa yang tadi gue bilang. titik gak ada bantahan kalau gak-- " kata katanya terputus saat vano memotong ucapannya
kalau gak apa " jawab vano cepat
gue laporin lo ke guru BP sama kepala sekolah sekalian kalo ternyata devano sang ketua OSIS berbuat diluar dugaan sama teman seangkatannya " ucap diandra sambil tersenyum evil kearah vano
err cewe bar bar " desis vano geram
apa lo bilang! " teriak diandra semakin berang
oke. kayaknya gue harus laporin lo sekarang juga. sekalian di sosmed deh biar anak satu sekolah tau kelakuan most wanted gay mereka ternyata-- " kata katanya kembali terputus saat vano lagi lagi memotong ucapannya
sialan lo! gue bukan gay " jawab vano geram. ia tidak habis pikir dengan gadis dihadapannya saat ini
whatever " balas diandra cepat sambil menempelkan ponselnya ketelinga setelah menekan tombol call pada ponselnya
jangan macem macem lo! " ucap vano melotot marah
hal-- " kata katanya terputus saat vano merebut handphonenya dan mematikan sambungan telponnya
heh!! balikin hape gue " teriak diandra tak terima sambil mencoba meraih handphonenya
lo gila ya! " balas vano berteriak tepat didepan muka diandra
kenapa ?! tadi kan lo bilang gak mau yaudah gue laporin aja lo sekalian " balas diandra ketus
fine!! " ucap vano mengalah
sampe kaki lo sembuh setelah itu perjanjian konyol ini selesai " lanjut vano tajam
deal " jawab diandra sambil tersenyum menyeringai kearah vano
tulis nomer lo di hape gue " perintah diandra
vano menurut saja. ia mulai mengetikkan dua belas digit angka setelah selesai ia melemparkan handphone diandra keatas kasur
ini bener nomer lo kan. bukan nomer orang lain " tanya diandra sambil menatap menyelidik kearah vano
hm " jawab vano berdehem singkat sambil memutar bola mata jengah
awas ya nanti gue cek " ucap diandra lagi sambil meraih ponselnya lalu meletakkannya diatas nakas
lelaki itu hanya mendengus kesal dan berjalan keluar tanpa mengucap sepatah kata lagi. diandra mengedikan bahu acuh, seringainya kembali terbit saat mengingat perdebatannya bersama vano tadi. ia merebahkan tubuhnya menjadi telentang sambil menarik bonekanya mendekat. ia sempat bingung dengan sikapnya yang terlihat tidak seperti biasanya saat berbibaca dengan vano tadi. biasanya ia akan menunjukkan sikap stay coolnya dan terkesan cuek saat menanggapi omongan orang. lalu kenapa sikapnya bisa berubah saat bersama vano batinnya bertanya tanya. ia menghembuskan napas pelan dan memilih untuk tidak memikirkan itu lebih lanjut. ia memejamkan matanya secara perlahan
welcome in my world bisiknya seraya tersenyum kecil sebelum benar benar terlelap
chapter 7 udah ready 👐
selamat membaca
kasih voment nya dong guys biar gw semangat lanjutin ceritanya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro