Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 4 : A Shady-Pilot

Holly dan kawan-kawan kembali ke cottage pada pukul lima sore. Pasangan Zach-Pat dan Vera-Timmy sepertinya sudah melupakan adu mulut mereka di restoran tadi siang. Namun sepertinya Sarah dan Gary masih diam-diaman. Holly sedang menyiapkan makan malam ketika telepon berdering.

"Holly! Ke sini!" Sarah memanggilnya dari ruang tamu. Holly keluar dari dapur dengan tangan masih memegang wortel.

"Apa?"

Sarah menyuruhnya mendekat, dia sedang mencengkeram gagang telepon sedemikian rupa sehingga bagian lubang berbicara-nya tertutup.

"Siapa yang menelepon?" tanya Holly.

"Siapa Tom?" Sarah balas bertanya mendesak. Mata Holly membulat shock.

"Dia beneran menelepon?!"

"Oh, bicara dulu saja dengannya, dia sudah terlalu lama menunggu." Sarah menyerahkan gagang telepon padanya dan Holly dengan gugup meraihnya dan mulai berbicara.

"Halo?"

"Holly! Ini aku Tom. Ingat aku?" terdengar suara ceria Tom dari seberang.

"Er... hai Tom. Aku nggak tahu kau bakal benar-benar menelepon."

"Tentu aku akan menelepon, kan aku sudah bilang akan kangen padamu." sahut Tom.

"Oh." Holly berharap suaranya tidak terdengar ngeri, "Yeah, benar. Jadi ada apa?"

Bisa didengarnya Tom menggumam ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, "Aku hanya berpikir apakah oke jika kita bertemu besok."

Holly menganga selebar-lebarnya. Melihat itu Sarah mendesis-desis tanpa suara, "Apa? Apa?"

"Kenapa—"

"Jika kau nggak keberatan, aku ingin mengenalkanmu pada orangtuaku."

"APA?!" Tom benar-benar sudah gila. Sarah mendesis-desis penasaran lagi.

"Oh aku sudah menduga kau akan bereaksi seperti ini." Tom sepat-cepat, "Hanya mengenalkanmu kok. Aku bilang kau orangnya menyenangkan."

Apa maunya? Di mana letak 'menyenangkan'nya jika aku dan dia hanya berbicara beberapa kalimat tadi siang?

"Kita kan baru mengobrol sebentar, bagaimana bisa kau bilang aku menyenangkan?"

"Itu sebabnya aku mengajakmu bertemu besok. Aku ingin ngobrol banyak denganmu."

Uh-oh. Holly salah bicara.

"Eh... dengar Tom, kurasa kau agak..."

"Berlebihan, yeah aku tahu." Tom memotong, "Aku janji ini hanya pertemuan singkat biasa...please?"

Nurani Holly diuji ketika mendengar Tom mengucapkan 'please'-nya dengan nada memelas.

"Baiklah." kata Holly, "Pukul berapa? Kita bertemu di mana?"

Tom dengan bersemangat mengusulkan tempat strategis di pantai yang dikunjungi Holly dan kawan-kawan dua hari yang lalu. Holly menyanggupi. Tak lama setelah itu, Holly menutup teleponnya.

"Tom adalah pilot biplane yang kunaiki kemarin bersama Chris. Kami baru kenal beberapa menit namun dia sudah meminta nomor teleponku dan besok dia mengajakku ketemuan, yang mana akan mengantarkanku pada pertemuan dengan orangtuanya." kata Holly dengan satu tarikan napas, ketika Sarah sudah memberikan pandangan meminta penjelasan. Dan fakta-fakta mengejutkan ini membuatnya tak sanggup berkata-kata.

"Apa dia sinting?" hanya itu yang bisa dilontarkan Sarah. Nadanya nyaris datar.

"Kupikir juga begitu, wajar saja jika kau yang dimintai nomor telepon tapi ini aku. Chris juga berpendapat anak itu mencurigakan."

"Anak itu?" ulang Sarah was-was, "Memangnya berapa umurnya?"

"Enam belas. Well, tujuh belas tahun ini."

"Holly!" Sarah memekik, "Dia masih ingusan dan sudah lancang mengajakmu bertemu orangtuanya!"

"Dia belum tahu aku lebih tua darinya." Holly mengangkat bahu, "Tapi dia bilang dia hanya ingin mengenalkanku pada orangtuanya, bukan sesuatu yang serius... kau tahu kan!" tambahnya frustasi.

"Yeah tapi tetap saja dia sinting. Oh, Holly jangan menemuinya. Chris benar, dia mencurigakan!"

"Siapa yang mencurigakan?" mendadak Chris muncul di belakang mereka. Astaga, kenapa cowok ini senantiasa muncul di saat-saat yang nggak terduga?

"Chris!" Sarah menyambutnya seolah mereka berdua sedang terjebak di gurun pasir tak berujung dan Chris adalah anggota regu penyelamat yang datang dengan helikopter.

"Tom barusan meneleponku." Holly menjelaskan sekali lagi, "Dan dia memintaku menemuinya dan orangtuanya besok."

Awalnya Holly mengira Chris akan bereaksi heboh atau bahkan meledeknya habis-habisan jika mengetahui ini. Namun yang muncul hanyalah kernyitan kecil di dahi cowok itu.

"Kau pasti sependapat denganku kan, bahwa Tom mencurigakan?" kata Sarah. Chris masih mengernyit.

"Memang." komentarnya.

"Nah. Holly, bagaimana jika aku dan Chris ikut denganmu menemui cowok itu? Dengan begitu dia nggak akan berani macam-macam."

"Wah, Sarah. Terkadang kau bisa nggak peka juga." kernyitan Chris menghilang digantikan cengiran lebar, "Masa iya kita membuntuti kencan Holly dengan si Pilot-Serba-Oke?"

"Ini bukan kencan." koreksi Holly tegas. Ketika akhirnya Holly menyudahi pembicaraannya dengan Sarah yang tak puas—juga mempertanyakan julukan yang Chris berikan pada Tom—dan kembali ke dapur untuk menyelesaikan memotong wortel, Chris menyentuh bahunya.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Berdua saja."

Dalam hati Holly bersyukur tidak ada siapapun di dapur kecuali mereka berdua, karena jika salah satu saja telinga teman ceweknya menangkap kata-kata Chris barusan—ditambah tatapan serius dan nada urgensinya—dia akan habis jadi bahan gosip.

"Di sini saja nggak bisa?" tanya Holly agak bingung. Chris menggeleng.

"Ini soal ayahmu."

Perut Holly serasa ditohok.

Maka lima menit kemudian Holly mendapati dirinya duduk di kursi di tepi kolam renang. Chris dihadapannya. Dia jadi teringat lagi adegan ciuman-tengah-malam Sarah dan Gary di hari pertama mereka tiba di cottage. Mereka berdiri persis di posisinya dan Chris duduk sekarang. Memikirkan ini Holly bergidik. Air kolam beriak kecil ketika salah satu daun kering menjatuhi permukaannya.

"Kau harus lihat ini. Kartu nama Tom." dia menyerahkan sebuah kartu putih sederhana pada Holly, yang meraihnya dan membaca nama yang tertera di atasnya;

TOM E. GARRETH

Kantor Pelayanan Taman Wisata Tiger Moth

Divisi Tur Wisata Udara Biplane

Tel. xxx-xxx

Pemahaman membanjir masuk ke dalam kepalanya bagaikan tanggul air jebol. Holly menatap Chris.

"Garreth?" bisiknya.

"Ya— Garreth. Dan itulah yang membuatku berpikir Tom ada hubungannya dengan ayahmu."

Holly tak mempercayai telinganya. Otaknya berputar cepat. Tom Garreth? Setahunya ayahnya tidak punya saudara laki-laki yang bernama Tom. Kalau begitu siapa dia? Tidak ada kemungkinan selain...

Kerongkongan Holly terasa sangat kering membayangkannya.

"Tapi nama Garreth itu kan kodian, maksudku... bisa saja kebetulan."

"Itu juga terpikirkan olehku. Tapi kecurigaanku bertambah ketika Tom meneleponmu tadi."

Angin berhembus, makin memporak-porandakan rambut Chris yang sudah berantakan.

"Tidakkah mencurigakan mengingat Tom baru beberapa menit mengenalmu dan sudah sangat agresif mengajakmu menemui orangtuanya?"

Mau tak mau Holly setuju dengan Chris soal ini, mereka sependapat. Hanya saja—

"Aku juga melihat Mr. Garreth di Tiger Moth tadi siang." tambah Chris.

"Apa?" Holly shock.

"Dialah yang kulihat ketika kita di dekat kios burger. Sebelum aku menyeretmu untuk naik biplane." lalu Chris menambahkan, "Dugaanku dia sedang mengunjungi Tom."

Jantungnya berdentum-dentum. Hipotesa yang diutarakan Chris sesungguhnya masuk akal, tetapi Holly tidak bisa begitu saja menelan informasi ini mentah-mentah. Hanya bunyi-bunyi jangkrik yang memecah keheningan di antara mereka.

"Apa— apa menurutmu Tom..." Holly menelan ludah susah payah, "Dia adik tiriku?"

Sorot mata Chris melembut prihatin ketika menangkap ketidakberdayaan dalam suara Holly, "Yah... aku hanya memikirkan kemungkinannya. Kita sama-sama nggak tahu apakah ayahmu memiliki anak lagi bersama... eh..."

"Selingkuhannya." sambung Holly tanpa ampun, "Yeah, aku memang nggak pernah repot-repot mencaritahu kehidupan pria itu pasca cerai dengan Mom."

Holly memandang Chris.

"Kenapa kau nggak memberitahuku semua ini selagi di Tiger Moth?"

Cowok itu menyisiri rambutnya dengan jemari, kelihatan benar-benar merasa tak enak, "Aku nggak sepenuhnya yakin dengan pemikiranku sendiri." ujarnya, "Lagipula kau mungkin akan berpikiran aku terlalu ikut campur. Di samping itu..."

Chris tampak terlalu serius memandangi dedaunan yang mengambang di permukaan air kolam, "Sejak kemarin malam kau selalu murung. Aku baru benar-benar melihatmu tertawa saat kau mengataiku lintah."

Holly terkejut mendengar penjelasan Chris, mata biru gelapnya sekarang balas menatap Holly. Cowok jangkung itu meringis ketika dia berbicara lagi, "Aku mau kau nggak memikirkan ayahmu dulu, soalnya tadi siang menyenangkan banget kan?"

---

Lintah :(

What do you think? Jangan lupa vote/comment!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro