Mulai
Mulai hari ini
Bagi porsi untuk resah hati
Semakin numpuk hanya buat pusing
Hari ini ya hari ini
Esok ya sudah lihat nanti
(Idgitaf – Mulai)
-
"Good Morning!"
Kaureen terusik dari tidurnya karena bisikan hangat Kun di pagi hari. Wanita itu menyipitkan mata dan ia melihat Kun sudah siap memulai hari karena ia sudah terlihat rapi dan tentu saja ... tampan.
Wah, dalam kegiatan liburan mereka di Bali yang indah ini, suaminya menempati posisi nomor satu atas keindahan yang Tuhan ciptakan di dunia.
"Kamu mau kemana?" tanyanya.
Kun mendekat sementara Kaureen merentangkan tangan, meminta pelukan selamat pagi dari suaminya.
"Mau ngajak kamu jalan-jalan," kata Kun setelah memeluknya.
"Hah? Kemana deh?"
"Ya kemana aja kita bisa pergi."
Kaureen menghela napasnya pelan, "Sepagi ini?" tanyanya.
Kun melepaskan pelukannya dan mengangguk, "Sepagi ini. Ayo bangun! Kamu mandi, terus sarapan."
"Nggak mandi aja boleh?" pinta Kaureen.
Kun menggeleng, "Harus mandi. Aku bersedia kok mandiin kamu," katanya.
"Mulut lo!"
Tergelak, Kun menarik tangan Kaureen agar wanita itu bangkit dari posisinya.
"Berasa mau pergi kerja, mandi pagi-pagi," keluh Kaureen.
"Ya udah, anggap aja kamu kerja. Kerja sama aku, aku klien nya!"
"Pekerjaan apa yang anda maksud, bapak?" tanya Kaureen.
"Yang sekiranya ringan, mengikat, namun tidak menyiksa, apa ya?"
Kaureen menggeleng, "Nggak ada, pernikahan aja mengikat, namun kadang menyiksa."
"Ngomongnya kok gitu?" tanya Kun.
Kaureen tertawa, "Tapi kan pernikahan bukan pekerjaan."
"Apa memangnya?"
Meraih wajah Kun, Kaureen merangkumnya dan menatapnya dengan manis, "Pilihan."
Setelah mengucapkannya, ia mencium bibir Kun dengan cepat dan berlari menuju kamar mandi sementara Kun menahan senyumnya yang sebenarnya tak bisa ia tahan.
"Terus, pilihannya bagus apa enggak nih?" teriak Kun.
Kaureen yang sudah berada dalam kamar mandi menyahutinya, "Tergantung gimana rapot kamu!" katanya.
*****
Ayya menatap Juna yang sedang mengikat tali sepatunya dengan senyuman hangat di wajahnya, "Kamu kok mau iketin sepatu aku?" tanyanya.
Pertanyaan Ayya membuat Juna menatapnya tak mengerti, "Kenapa nanya gitu? Emang kalau bukan aku, siapa yang mau ngiketinnya?"
"Hm, yah ... kan bisa aja kamu beliin aku slip on, jadi nggak usah pake sepatu tali, kamu kan seneng ambil jalan pintas," kata Ayya.
Juna tertawa. Kalau masalah pura-pura, istrinya yang satu ini memang luar biasa.
"Lupa ya, kemarin kamu kirimin aku video cuplikan drama korea yang Ibu hamil minta diiketin tali sepatu sama suaminya tapi suaminya marah-marah, terus Bumilnya nangis, mereka berantem, eh keburu lahiran. Suaminya menyesal," kata Juna.
Ayya tertawa dengan keras mengingat kelakuannya, "Yah, kan aku cuman lihatin aja," kekehnya.
Juna selesai dengan kegiatannya. Ia berdiri dan mengulurkan tangannya pada Ayya, membantunya berdiri, "Iya, aku juga cuman mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan," ucapnya.
"Seperti?"
"Seperti didiamkan karena tidak dibantu mengikat tali sepatu," goda Juna.
Ayya memukul bahunya gemas, "Siapa juga yang mau diemin, mending aku marahin."
"Iya," jawabnya.
"Serius. Mending kamu langsung aku maki-maki, aku panggil lo-gue."
"Iya."
"Ih, serius tahu!"
"Iya, sayang. Aku kan udah bilang iya," ucap Juna.
Ayya mengerucutkan bibirnya, membuat Juna tertawa. Wanita itu berjalan lebih dulu sementara Juna sibuk menutup pintu dan menguncinya.
"Mau jalan ke mana kita jadinya?" tanya Juna saat ia sudah berhasil menyusul Ayya dan menggenggam tangannya untuk berjalan bersama.
"Monumen aja yang, nggak terlalu jauh."
"Oke," jawab Juna.
Sebenarnya, mereka berdua biasa jalan pagi di akhir pekan, hanya saja beberapa bulan terakhir kegiatan mereka tiba-tiba terhenti. Akhirnya semalam keduanya memutuskan untuk memulai kembali, lagi pula berjalan juga bagus untuk Ibu hamil, meskipun Ayya mengatakan bahwa setiap hari pun ia melakukan jalan pagi dengan cara mengitari apotek dan kesana kemari di dalam apotek. Dasar Ayya.
*****
Freya menatap Dion dengan ekspresi wajah cemberut, "Ini apa?" tunjuknya pada sesuatu di atas piringnya, sebuah ayam goreng yang warnanya sudah tidak terlihat jelas karena ... tentu saja, gosong.
Dion tersenyum kikuk, "Nggak bisa dimakan ya?"
"Pake nanya lagi," gerutu Freya.
"Ya udah, bentar ya, biar Om olah lagi."
Pria itu mengambil piring berisi ayam goreng milik Freya dan membawanya ke dapur, berpikir bagaimana caranya untuk mengolah kembali ayam yang gosong ini. Namun saat menyentuhnya, Dion memikirkan sebuah ide di kepalanya.
"Bener! Disuwir!" katanya dengan bangga.
Tersenyum, Dion mulai menghilangkan bagian-bagian yang gosongnya dan mulai memisah-misahkan setiap seratnya menjadi potongan ayam yang bisa dimakan. Sepuluh menit kemudian, ia kembali menyajikan makanannya pada Freya.
"Taraaaa! Anggap aja bubur ayam!" kata Dion.
Freya menatap piring yang di atasnya berisi nasi dengan taburan suwir ayam dan menghela napasnya berat, "Aku kira diolah tuh dibumbuin lagi, ternyata Om dion suwirin doang buat aku ya," keluhnya.
"Itu bisa dimakan!" kata Dion dengan bangga.
Menggelengkan kepala, Freya memutuskan untuk memakannya tanpa banyak bicara sementara Dion mengusap kepalanya, "Maaf ya! Karena bunda kamu ada wedding dari subuh dan Om tadi tidur lagi, makanan kamu jadi begini."
"Tahu deh, Om kan punya restoran. Masa goreng ayam aja nggak bisa."
"Maklum, kan masih ngantuk," kekeh Dion.
"Atau mau sarapan di resto aja yuk!" ajaknya.
Freya menatap Dion yang terlihat berantakan karena sejak tadi mencoba mengurusnya, menyiapkan sarapan dan membantu Freya menyetrika bajunya lalu ke sana kemari membereskan keperluannya untuk kunjungan hari ini di sekolahnya. Omnya yang satu itu benar-benar kelabakan sekarang.
"Ke resto kalau pagi macet, belum ke sekolah aku. Nggak apa-apa aku makan ini aja," gerutunya.
Dion tersenyum lebar, meskipun menggerutu dan terdengar judes, tapi Freya memakan makanan tidak sempurna yang disiapkannya, wow luar biasa!
"Om terharu banget Freya," katanya tiba-tiba, membuat Freya menatapnya dengan ngeri.
*****
"Kemana aja bisa perginya begini?" tanya Kaureen saat mereka menuju basemen hotel dan Kun memberikannya helm.
Pria itu terkekeh, karena Kaureen tak kunjung menerima helmnya, ia memakaikan helm tanpa kaca itu pada istrinya, "Iya, kita angin-anginan," celetuk Kun.
"Jiwa petualangnya kembali kah?' tanya Kaureen.
Kun mengangguk, "Tapi cuman sama kamu. Kalau sendiri males, kemarin aja aku lama di sini nggak kemana-mana."
Kaureen membenahi rambut yang menghalangi wajahnya lalu menunggu Kun sampai pria itu menaiki motor yang sudah disewanya, "Di Bali nggak asik kalau naik mobil, kita motoran aja," katanya.
Wanita itu mengangguk, ia naik ke atas motor dan memeluk Kun dengan erat, "Nah, kan asik bisa begini," sahut Kun.
"Nggak usah macem-macem lo!" kata Kaureen.
Pria itu malah mengisenginya dengan memutar gas hingga membuat motor yang ia bawa maju dengan cepat, mengagetkan Kaureen, "Ih! Yang bener!" protes Kaureen.
Kun tertawa, ia menormalkan laju sepeda motornya begitu keluar dari hotel. Jalanan sekitar Kuta mulai ramai meski masih pagi hari, Kaureen memiringkan kepalanya ke sebelah kanan dan ia menempelkan kepalanya di atas bahu Kun, "Jadi mau kemana ini kita?"
"Kemana ya?"
"Oh. Kayaknya pertanyaannya harus diganti ya," kata Kaureen.
Ia merapatkan tubuhnya dan mengeratkan pelukannya lalu berkata dengan manis, "Jadi kita mau kemana suamiku sayang?"
Tertawa, Kun menghentikan motornya sejenak karena kemacetan di hadapannya. Pria itu melirik Kaureen dan tersenyum, "Kita ke Nusa Dua."
"Hah? Ngapain?" tanya Kaureen.
"Paralayang."
Mendengar ucapan Kun, mata Kaureen berbinar seketika, "Serius?!" tanyanya.
Kun mengangguk, kemacetan di depannya mulai terurai, pria itu melajukan kembali motornya, "Kita kan udah janjian mau sky diving, dan karena belum sempet terus, pelan-pelan kita paralayang dulu ya!"
"Abis itu sky diving?" tanya Kaureen.
Kun tertawa, "Abi situ ya pulang lah yang, ke hotel. Kan capek."
"Dih, apaan!" gerutu Kaureen.
"Udah, kamu tunggu aja kegiatan seru kita hari ini. Abis paralayang, kita main air."
"Padahal aku lebih suka main api," goda Kaureen.
Kali ini, tidak ada kemacetan di hadapannya namun Kun menepikan motornya dan berhenti. Pria itu bahkan turun dari motor dan membiarkan Kaureen tetap berada di atas motor dengan ekspresinya yang kebingungan.
"Jangan macem-macem! Kamu di sini cuman berdua aja sama aku," kata Kun.
Oh, suaminya yang satu ini benar-benar.
"Itu bercanda sayaaang," kata Kaureen. Setelah mendengar ucapan istrinya, Kun naik kembali ke atas motor dan mulai mengendarainya lagi sementara kerutan di kening Kaureen malah terlihat semakin dalam.
Ada apa sih dengan suaminya? Kenapa menggemaskan sekali hari ini?
"Love you," kata Kaureen tiba-tiba.
"Balik lagi nih ke hotel," sahut Kun.
"Woy! Enak aja!"
****
Bekerja sudah melelahkan, dan bekerja di akhir pekan jauh lebih melelahkan. Maisy sudah pergi sejak pagi buta dan seharusnya ia sudah selesai dengan urusannya, namun karena ada beberapa hal yang harus ia tangani langsung, Maisy tertahan di venue dan ia memutuskan untuk tinggal sampai acara selesai, yang itu berarti Maisy baru bisa pulang sore hari. Sial. menyebalkan sekali.
Tapi rasa kesalnya hilang karena tiba-tiba Dion menelponnya dan bilang kalau dia menunggu Maisy di parkiran venue. Wanita itu berjalan di sekitar parkiran untuk mencari-cari mobil Dion, dan ... dapat! Pria itu memarkirnya di ujung.
Maisy berlari kecil kemudian saat sampai, ia mengetuk kaca mobil Dion.
"Sayangnya aku!" kata Maisy.
Padahal yang sedang lelah karena bekerja adalah dirinya tetapi yang ekspresinya cemberut malah Dion.
"Eh? Kenapaa?" tanyanya.
Wanita itu berputar, masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Dion.
"Kok cemberut?" katanya lagi.
Begitu melihat Maisy, Dion mengerucutkan bibirnya, "Aku merasa gagal jadi Omnya Freya," keluhnya.
Maisy mengerutkan keningnya, sementara Dion mulai menjelaskan insiden pagi ini, di mana seharusnya ia bisa menjaga dan merawat Freya dengan baik, namun taka da satupun yang ia lakukan dengan benar. Sarapannya saja gosong!
"Padahal aku bisa masak loh yang! Bisa kan? Kamu tahu sendiri aku bisa masak!" kata Dion berkali-kali.
"Ya ampun, kasian banget. Maaf ya, aku buru-buru banget tadi, padahal kamu juga kemarin pulangnya malem banget. Aku juga tadi malah nggak sempet beliin sarapan," ucap Maisy.
Dion menghela napas, ia meletakkan kepalanya di bahu Maisy sementara ekspresi wajahnya masih terlihat cemberut. Astaga. Pria itu benar-benar kesal hari ini.
"Harusnya ini jadi momen yang bagus buat aku untuk buktiin sama Freya bahwa selain kasih dia jajan, aku bisa kasih dia makan."
Maisy tertawa, "Kan setiap bulan dia makan juga dari kamu sayaaang."
"Maksudnya makanan yang dibuat sama aku langsung. Selama ini kan Freya makan buatan kamu, atau buatan resto, atau dia makan junk food favoritnya. Belum pernah aku masakin khusus."
"Uluuuh, ya ampun, sedih banget ya Iyon?" tanya Maisy.
Dion mengangguk, namun sedetik kemudian ia melepaskan diri dari Maisy dengan ekspresi wajahnya yang sudah bertekad, "Nggak apa-apa, aku masih punya kesempatan!"
"Itu bener," jawab Maisy.
Dion tersenyum lebar. Dasar aneh. Dion memang tipe orang yang mudah down namun mudah juga mengembalikan semangatnya. Kenapa sih dia selalu terlihat menggemaskan?
"Kamu gimana? Beres jam berapa?"
Mendengar pertanyaan Dion, pertahanan Maisy runtuh seketika. Ia menatap Dion dengan ekspresi wajah yang murung, "Boleh nggak sih pindah ke kursi belakang? Pengen pelukan," kata Maisy.
Dion tertawa dibuatnya. Ia buru-buru keluar dari mobil, mendahului Maisy untuk duduk di kursi belakang.
"Sini," sambutnya seraya merentangkan tangan.
Maisy masih berada di kursi depan, ia tertawa dan memutuskan untuk mengikuti suaminya. Wanita itu berpindah dan setelah menutup pintu mobil, ia berhambur ke dalam pelukan suaminya.
"Capeeek," kata Maisy.
Ia memeluk Dion dengan erat, menghirup aroma tubuhnya yang menjadi favoritnya seraya memejamkan mata sejenak sementara Dion membalas pelukannya dengan erat, pria itu menciumi kepala Maisy dengan sayang.
"Aku peluk dulu biar nggak capek lagi."
"Tetep capek," keluhnya.
Dion mengeratkan kembali pelukannya, "Masih capek nggak?"
"Capek sih nggak, engap iya!"
Tertawa, Dion melepaskan pelukan mereka dan menatap Maisy dalam-dalam, "Kita bikin bisnis catering sendiri aja gimana sayang? Ayya sama Juna punya apotek, nah kita punya catering. Kamu tinggal tunjuk-tunjuk, nggak usah capek-capek, kan jadi Ibu bos," kata Dion.
Maisy menatapnya seraya mengerutkan keningnya, "Semudah itukah sayang?" tanyanya.
"Kan kita punya chef Ronald dalam genggaman," bisik Dion di telinganya.
Maisy tertawa seraya memukul bahunya pelan, "Bermimpi memang gampang!"
"Apalagi sama kamu!"
Dion menatapnya dan tersenyum dengan manis, "Cuman sama kamu, aku bisa memimpikan apapun. Selain punya keluarga, sekarang punya hal lain yang akan kita perjuangkan sama-sama. Intinya kan tetep sama yang, kita sama-sama."
"Berdua lebih baik ya?" tanya Maisy.
Dion mengecup bibirnya secepat kilat, "Bertiga dong kita," katanya.
Ucapan Dion barusan membuat Maisy tertegun sejenak hingga matanya berkaca-kaca. Di dunia ini, Dion adalah orang yang paling bisa menerima dirinya lebih dari keluarganya, dan Maisy selalu bersyukur akan hal itu.
"Jadi mau nangis kan," keluh Maisy.
****
Kun : Gue mau Paralayang!
Dion : Gue paracium
Juna : Apaan yon?
Dion : Hehe, abis nyamperin Maisy ke venue. Capek banget istri gue, sedih pengen kasih dia bisnis buat dia Kelola sendiri, tapi pengennya udah jadi. Susah ya? Pengen langsung tunjuk2 aja gitu.
Juna : Mimpi lo ketinggian
Dion : Pakyu!
Kun : Gak boleh gitu lah Jun sama orang, lo juga pasti punya mimpi sama Ayya.
Juna : Ya, mimpi gue udah jadi sih, apotek sekarang wkwkwkwkwk
Dion : HM
Kun : Kalau gue kayaknya baru mau mulai
Dion : Apaan Bang?
Kun : Kan gue kemarin udah cerita ya, kalau gue mau mulai lagi semuanya. Anggap aja hubungan gue sama Kaureen gue reset. Jadi kita beneran mulai dari awal, semuanyaa.
Dion : SPBU dong
Juna : Dimulai dari nol.
Dion : Jing, keduluan.
Kun : hahahaha ya gitu lah intinya, coba kalian juga pikirin deh apa yang kalian lewatin dari hubungan kalian, apa yang bisa kalian mulai dari awal lagi.
Dion : awalnya coba coba lama-lama enak juga
Juna : apa tuh?
Lima belas menit kemudian
Juna : APA TUH YONNN? KOK LO NGILANG?
- end of this part -
JADI APAAN TUH YON? WKWKWKWKWKWK
Oke part selanjutnya udah aku schedulin ya, jadi kalian gak usah nunggu lama, besok bisa langsung baca.
Sampe sini cukup.
Dah.
selamat tahun baru! aku sayang kalian :*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro