
27. Saudara Lee & Luke.
"Tadi lucu banget, mana hubungan mereka gak jelas lagi."
Keisha terkekeh, "Iya, Lena sama Lucas emang gitu. Kadang gue miris aja sama Seungmin, dia belum suka sama cewek selama 2 tahun sekul disini." ucap si gadis sambil tersenyum kecil.
"Padahal, katanya Lucas demen sama Yuqi?"
"Bacot doang emang. Padahal nih, ya, si Lucas sebenernya suka marah-marah kalo si Lena lagi ngechat cowo lain. Si Lena-nya aja yang oon luar biasa, dia gak sadar kalo ternyata sebenernya Lucas tuh demen sama dia."
Mark hanya mengangguk saja. Kedua insan ini pun berjalan bersandingan, Keisha menautkan jari-jari tangannya dengan jari tangan Mark seraya bersenandung ria. Mark tersenyum kala Keisha juga tersenyun ke arahnya.
"Mark, pulang yuk? Aku pengen tidur, ngantuuuk!"
Keisha merengek sembari menatap Mark dengan mata penuh binarnya. Mark hanya mendesah kecil, kemudian mengangguk pelan. "Yahhh, padahal aku masih mau jalan sama kamu. Lemah nih, baru jalan bentar dah capek."
"Pan aku mageran."
"Oiya lupa."
Mark berjalan, tak lupa dengan tangan kirinya yang merangkul posesif Keisha seraya melukiskan senyum indah terbaiknya.
Keisha terus berceloteh ramai sepanjang jalan menuju keluar gedung mall. Mark hanya menanggapinya dengan tanggapan yang natural. Mark senang sekali bukan kepalang. Namun, ketika ia menanggapi setiap celotehan yang Keisha lemparkan itu, ia justru meringis.
Bukan sulap, bukan sihir. Keisha memang mampu membuatnya jatuh bangun berkali-kali.
Bahkan, ia telah merubah atensi Mark menjadi budak cinta yang terbodoh di muka buana ini.
Pujanggamu ini sudah menipu, pujaan hatinya.
. . .
Jisung dan orang disampingnya ini sedang berbincang satu sama lain. Jisung masih tak menyangka, sebenarnya, yang di sampingnya ini benar-benar Mark atau bukan?
Masalahnya, ia ingat betul kejadian ketika ia tengah bersantai sambil menonton televisi, ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya sembari membawa banyak koper yang sama jumlahnya seperti yang Mark bawa kesini.
Jisung sudah bercerita mengenai hal itu kepada orang yang di sebelahnya ini. Malahan, orang tersebut hanya menanggapinya dengan anggukan. Seperti kehabisan kata-kata.
Jisung mengecek ponselnya, ada satu pesan masuk. "Kak, ini katanya Mbak Keisha mau ngampe rumah. Terus gimana?"
"Duduk aja yang anteng."
"Oh, oke."
Jisung pun kembali larut dalam pikirannya tentang orang yang menemani Keisha.
Bukan apa-apa. Jisung ini berani berikrar jika orang yang menemani Keisha adalah Minhyung, ia akan mengintrogasinya sepanjang hari bahkan lebih. Namun, jika orang disampingnya ini bukanlah Mark, ia tak tahu harus apa dan bagaimana.
Jisung cuma tak mau jika Keisha salah mencintai seseorang. Jisung paham betul, Keisha ini sudah jatuh hati dengan Mark yang pertama kali ia temui di bandara dahulu kala. Namun, disisi lain, ia juga tak mau bila Mark yang sebenarnya mengetahui keberadaan Minhyung yang belum tentu pasti.
"Jis, aku keluar dulu ya bentar. Mau cari udara,"
Jisung hanya mengangguk pelan seraya bergumam, "I-iya."
Baru saja orang yang disampingnya itu berjalan menuju daun pintu, tanpa aba-aba pintu tersebut terbuka duluan. Menampilkan dua insan dengan warna baju yang selaras, dengan insan tunggal yang hanya bisa mematung melihat pemandangan yang ada dihadapannya.
"Jisung! Mbak pul----eh?"
Keisha terkejut. Ia menatap orang yang berhadapan dengannya dengan seksama.
"M-Mark?" cicitnya, lalu Keisha menoleh ke arah samping. "Terus? I-ini siapa?"
Hening.
"Gue bisa jelasin..."
Keisha menggeleng kecil. "Enggak! Lo sebenernya siapa?!" lalu bola matanya menatap tajam orang yang baru saja berjalan dengannya di mall tadi. "Jujur! Lo siapa?! Jangan bilang kalo lo sengaja malsuin nama lo jadi nama Mark? Iya?!" tatapnya, mengintimidasi.
"Oke, oke! Gue bakal jelasin," ujarnya. "Gue Minhyung, adik kembar Kak Mark." Akunya dengan percaya diri, membuat rahang Mark mengeras seketika.
Tak hanya Mark tentunya, Jisung dan Keisha saja sampai dibuat jantungan akibat ucapan orang yang mengaku dirinya Minhyung ini. Terutama Keisha. Ia bak sebuah congklak yang terus-terusan dioper, mulai dari rasanya ke Jeno, lalu ke Mark, dan ... mana mungkin selama ini Keisha mencintai Mark yang nyatanya Minhyung?
Mark terdiam penuh tanya. Dirinya benar-benar bingung. Tubuhnya menegang, semua ini seolah hanya ilusi belaka. Intuisi apa yang membuat Mark rela-rela terbang ke Kanada guna melihat batu nisan yang sudah tertancapkan nama Lee Minhyung disana?
Mark melangkahkan kakinya, maju selangkah lebih dekat dengan Minhyung. Minhyung yang melihatnya hanya tersenyum tipis. Senyuman tipis itulah yang membuat Mark semakin geram melihatnya. "MINHYUNG, ARE YOU STILL ALIVE?!" Mark berteriak tepat di wajah Minhyung sembari menggoyang-goyangkannya tubuh Minhyung macam orang kesetanan.
Minhyung hanya tersenyum. Senyuman pahitlah yang terlukiskan disana. Wajah Mark memerah, menandakan bahwa amarahnya itu benar-benar di ujung tanduk. Minhyung yang melihatnya justru memegang bahu Mark, mencengkramnya kuat agar Mark yakin, bahwa Minhyung akan menjelaskan semuanya.
"Just calm, lemme explain all about—me." Kata Minhyung. Deru napasnya semakin berembus, membuat Mark yang melihatnya justru iba.
Mark mengangguk lemah. Hingga akhirnya Minhyung merangkul bahu lelaki yang lebih pendek ini, lalu mengarahkannya ke arah Keisha dan Jisung,
"Gue bener-bener baru inget. Waktu itu, gatau bisikan dari siapa, tiba-tiba gue datang dan nginjekin kaki di rumah sendiri. Gue ketok pintunya, dan bener, Jisung nyambut gue dengan bahagia. Dia ngira gue Mark, dan gue iyain aja.
Gue dengan percaya dirinya ngakuin diri kalo gue Mark. Pembantu kebanggaan lo semua, gue akuin itu. Herin dan semuanya, itu seolah-olah emang mereka yang gue punya.
Sampe akhirnya, gue dapet Keisha. Kakak lo, Jis. Gue dapet hati dia, gue bisa ngerebut semua yang harusnya Kak Mark dapet, bukan gue.
Lambat laun, gue teringat sesuatu. Gue ini, bukan Mark. Gue tau, gue bukan Mark. Dan semuanya yang gue miliki seolah semu, termasuk hati Keisha. Hati lo, bukan buat gue.
Tapi sebab eksistensi Keisha, gue jadi sadar. Gue ini Lee Minhyung yang dulu pernah hilang, dan pernah kabur dari Rumah Sakit."
Mark menatap netra Minhyung yang hangat. Mata Mark berkaca, seolah lisannya tak dapat berbicara, maka sorot matanya yang mengganti sepihak. Genggaman tangannya mengendur. Mark berbalik badan, menatap teduh tubuh Keisha dari atas ke bawah. Mark bagai ditimpa masalah kembali, Keisha seolah menganggap bahwa ... Minhyung adalah Mark. Dan Mark yang dahulu, sudahlah lenyap.
"Gue amnesia kak, makanya gue terima aja semua omongan yang masuk, kalo gue ini Mark." Lanjut Minhyung, serius.
Keisha yang seolah paham apa yang Mark inginkan pun maju satu langkah, Keisha mengigit bibir bawahnya, "Mark, gue sama Minhyung ... udah jadian," ujarnya sendu. "gue seolah suka Mark, yang ternyata bukan Mark."
Mark termenung. Ia terduduk lemas, hingga akhirnya menunduk dalam.
"Kei, aku rela. Mungkin aku ini, not your destiny away." Gumamnya seraya menaruh hati yang rapuh. "Minhyung, gapapa. Aku ikhlas." Dongaknya, kemudian kembali menunduk sedih.
Keisha menangis, hatinya sudah retak tak terbentuk lagi. Keisha ikut berlutut, menatap Mark yang masih menunduk dalam dengan bahu yang bergetar.
Meski aku takkan mungkin milikimu, satu doa yang paling ku aminkan, suatu saat nanti kaulah yang menopang ragaku bila aku jatuh, dan akulah yang paling kau cari ketika kau butuh bahu tuk bersandar.
🎡
Mark mendiami kamar yang sudah sekitar 2 bulan lebih tak ia tempati, melainkan Minhyung-lah yang mendiaminya. Mark masih tak terbayangkan. Baru saja ia merelakan, namun, ia masih menerka. Jatuh hati membuatnya tak berhenti berharap.
Mark tersenyum pedih, hingga akhirnya mematikan lampu lalu merebah diri. Ia memeluk erat bantal dan guling, dirinya berakhir menangis sendu. Mark sedih tatkala ia teringat kembali telepon dari Jaehyun tempo lalu.
Mark sakit tatkala ia tahu, bahwa Jaehyun-lah yang membekap Jennie hingga 3 tahun lamanya.
. . .
Minhyung dan Keisha duduk berdua di lantai teras. Tanpa beralaskan karpet, tanpa topangan dari kursi, mereka duduk prasmanan. Menikmati sejuknya hujan yang turun hingga menimbulkan bau tanah yang segar. Keisha masih terdiam, matanya sembab, hidungnya pun masih merah. Minhyung yang melihat kekasih hatinya ini menangis tersedu-sedu justru ikutan iba. Minhyung tak suka, bila Keisha terus-menerus mengingat Mark yang justru sudah tak hinggap lagi di hatinya.
Minhyung berujar, "Kei, maaf."
Keisha mengangguk paham, "I-iya. Tapi setidaknya lo ngaku dari awal, kalo lo bukan Mark."
"Pardon me," Minhyung menopang dagu dengan kedua tangannya. Matanya beredar menatap beberapa rintik hujan yang jatuh. "Gue berkelana dari ujung kota, hingga sampai disini. Gue jalan-jalan, lalu ketemu deh, rumah yang gak jauh dari rumah lo. Gue ngetok pintunya, lalu gue minta tumpangan buat nginep beberapa bulan. Pemilik rumah mengiyakan, sampai akhirnya gue jatuh sakit, dan dibawa deh ke rumah sakit. Gak lama setelah itu, sekitar 4 hari, gue kabur dari rumah sakit. Dan, kaburlah kesini." Jelasnya. "Namanya Yangyang. Gue nginep di rumah dia."
Keisha menoleh seketika. "Yangyang?"
"Iya, Yangyang." Kekeh Minhyung. "Namanya, lucu, ya?"
Keisha tersenyum pahit. Bukan namanya yang lucu, Minhyung. Keisha tersenyum karena sedang menertawakan dirinya yang terus berdrama di atas panggung sandiwara ini.
Keisha gelisah. Tunggu, jadi, yang sering Jeno bicarakan tentang 'bule kesasar' itu ... Minhyung orangnya?
. . .
masih gak ngerti? tanyain aja hehehehe aku tu kayaknya emang gak jelas kalo nuanginnya ke dalam cerita :( maklumin, ya, work pertama yang sok-sokan make plot twist gajelas gini wkwkwk.
jadi gini mungkin, dicerita ini kudu banget baca dari awal. soalnya, berkaitan dengan yangyang itu ada di part awal banget; 2.
kalo udh baca dari awal dan masi ga paham, mngkin itu salah di akunya yang cara nuangin ide ke cerita itu yang salah.
aku bukan penulis handal, masih belajar bahasanya. jadi... mohon untuk dimaklum.
DAN MAAF BANGET KALO DR AWAL SMPE AKHIR EMG DRAMA :( ya namanya idup emg drama sih, tp ya, maaf jg kalo cringe.
maklum yaaa temanmn :((
jadi ga pede deh ak.. :(
c u di next chapter!♡
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro