Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Sepakat | Lucien - MLQC

"Arahkan matamu pada bintang-bintang dengan kaki tetap berpijak pada tanah." - Theodore Roosevelt.

Created: Jumat, 1 Mei 2020

--------------------------------------------------------

"Akhirnya selesai!"

Memilah sampah memang membutuhkan usaha ekstra, tetapi bermanfaat bagi lingkungan. [Name] membawa dua kantong: sampah anorganik di tangan kanan dan organik pada tangan kiri. Kebetulan pula, sang tetangga – Lucien sedang keluar. Mereka berpapasan dan berjalan pada arah yang sama; lift.

"Membuang sampah harian?"

[Name] mengangguk pelan. Menjelang akhir pekan, Lucien mengenakan jas putih yang lumrah dikenakan ketika bekerja. Mengetahui gadis itu sedang kewalahan, Lucien menekan tombol lantai dasar.

"Sini," kata Lucien mengulurkan tangan kanan yang bebas.

"Tidak masalah, aku bisa membuangnya sendiri," tolak [Name] sungkan.

Lucien tersenyum lembut. "Biarkan aku membantumu."

Tidak hanya [Name] dan Lucien berada di dalam lift, seorang wanita paruh baya berada di tengah-tengah mereka.

"Wah, wah, tetangga apartemen. Bagaimana keadaan kalian?" tanya pemilik apartemen yang tinggal di satu lantai di atas mereka. Seorang wanita ramah meskipun hanya sesekali pulang ke apartemen ini. [Name] bahkan bisa menghitung pertemuan dengan wanita tersebut menggunakan jari.

"Kami baik-baik saja, seperti yang bisa dilihat," ucap Lucien mewakili [Name].

"Sebenarnya saya ingin kita sesekali mengadakan gathering sebagai sesama penghuni apartemen. Tidak ramai, hanya belasan. Kita bisa berdiskusi banyak hal. Mengenai fasilitas hingga biaya huni," kata wanita tersebut terlihat muram. Menurut rumor penghuni apartemen lainnya, pemilik apartemen tersebut seorang janda tajir nan kesepian. [Name] tidak heran jika Lucien terus ditatapi sang pemilik penuh kekaguman.

"Obrolan yang terdengar menarik. Kapan dan bagaimana kita bisa mengadakannya?" Lucien justru ikut tertarik pada umpan yang diungkapkan pemilik apartemen.

[Name] justru sangat, sangat ingin menghindari pertemuan yang dikerumuni oleh penghuni asing. Selain Lucien, ia benar-benar tidak akrab dengan yang lainnya. Akan sangat canggung untuk berkumpul terlalu lama, apalagi jika ia menjadi pihak pertama yang ingin keluar lebih dulu karena kehabisan topik pembicaraan.

"Bagaimana jika akhir minggu ini? Di ruang apartemen saya! Saya akan undang yang lain dan segera infokan di grup. Supaya menyenangkan, bagaimana jika kita saling membagi tugas?"

[Name] mengernyitkan dahi.

Bukankah berdiskusi hanya perlu berbicara?

Sebelum sempat menyela, pintu lift telah terbuka pada lantai dasar.

"Kami akan membawa kudapan yang menarik, tenang saja," kata Lucien berjalan lebih dulu. "Mari [Name], kita pergi buang sampahnya."

[Name] mengangguk kikuk. "Sa-sampai jumpa lagi."

Lokasi pembuangan sampah apartemen di sisi timur kurang dari lima puluh meter. Terdapat beberapa wadah baja terpisah dengan beragam jenis sampah. Usai membuang sampah, mereka mencuci tangan di sebuah wastafel yang tak jauh dari sana.

"Sepertinya pemilik apartemen mengagumimu," tutur [Name] memulai topik lebih dulu.

Lucien terkekeh kecil. "Dia hanya ramah. Apa kau tidak suka?"

[Name] membuang muka. "H-hah? Tidak ada yang salah, aku hanya bilang. Lagi pula, kau tidak harus melibatkanku jika ingin ikut acara gathering apalah itu."

"Gathering akan terasa menyenangkan jika ada [Name]. Setidaknya, itu yang kupikirkan. Bisa saja hikmah pertemuan nanti mendapat potongan biaya sewa."

Pipi [Name] pun merona.

"A-Aku tidak masalah dengan biaya sewa. Sungguh. Jika ingin hadir, pergilah sendiri."

Lucien memegang pergelangan tangan [Name]. "Kita hanya akan berada di sana sampai seluruh lumpia termakan habis saat acara nanti. Bagaimana?"

"Lumpia?" [Name] terlihat bingung. Gorengan itu pernah dibuatnya sekali. Lucien juga pernah mencobanya ketika ia singgah di kantor, tetapi ia tidak menyangka laki-laki itu akan teringat lagi akan cemilan ringan itu.

"Aku sangat suka lumpia buatanmu waktu itu. Kali ini aku akan membantumu menyajikannya untuk gathering nanti. Bagaimana?"

"Sesuai kesepakatan, ya? Karena kau gigih seperti ini, apa boleh buat."

"Yup. Deal."

•••

Diskusi gathering sesama penghuni apartemen berlangsung sesuai rencana. Akhir pekan sore, mereka akan berkumpul sebanyak enam orang. Beberapa penghuni lainnya yang tidak bisa hadir akan menerima informasi lanjutan.

Lucien dan [Name] memasak terlebih dahulu. Ada pun penghuni lain yang menyajikan kuliner lain. Sejumlah bahan yang diperlukan telah tersedia. Mereka sempat berbelanja di supermarket terdekat.

"Lucien, tolong kupas dan cincang bawang merah. Nanti aku akan menumis semua bawangnya."

Pria berusia 26 tahun itu menuruti pesan [Name]. Ada bawang merah, bawang bombay, bawang putih, sebuah talenan, mangkuk baja, dan pisau dapur di hadapannya. Di seberang Lucien, [Name] tengah mengenakan apron dan mengurus daging ayam.

Suasana hening dikarenakan mereka sibuk akan sesi bagi tugas masing-masing sampai lima belas menit kemudian.

"Hiks, hiks."

[Name] menoleh cepat.

Mata Lucien sudah berkaca-kaca. Disakiti oleh objek yang harus ditumis nanti.

"Maaf, kau tak terbiasa ya?" tanya [Name] menyudahi seluruh cincangan, mencuci tangan, lalu menghampiri Lucien.

Ia berjinjit sembari mengusap pinggir mata Lucien yang basah.

"Aku tidak apa-apa, [Name]. Lanjutkan saja aktivitasmu."

[Name] beralih memegang pipi Lucien. "Sekarang aku tinggal menunggumu."

"Kau tidak perlu menunggu. Aku selalu ada bersamamu."

[Name] mengerjap bingung.

Ia takut salah menangkap maksud kalimat Lucien barusan.

"Kira-kira sudah halus?" Lucien menghentikan jeda sunyi di antara mereka.

Kikuk, [Name] melanjutkan aktivitas lanjut--- menumis bawang. Lucien berada di belakangnya. Jantungnya kini berdebar lebih kencang.

"Ma-maaf tadi aku lancang."

Lucien mengernyitkan dahi. "Lancang?"

"Aku malah mengusap matamu tiba-tiba."

"Justru aku senang karena kau perhatian kepadaku."

[Name] tak bisa menyembunyikan rona yang memerah pada pipinya. Jika mereka sedang berada di luar apartemen atau di kantor, ia bisa saja beralasan pergi. Namun, mereka sedang berada di dalam apartemennya. Tuan rumah tidak mungkin pergi menyisakan tamu.

Ia hanya berharap Lucien tak menyadarinya.

"Jangan terlalu baik kepadaku." [Name] menyudahi isian dan tengah mengaduk tepung, garam, air, dan telur untuk menjadi tekstur kulit lumpia.

"Hm?" tanya Lucien ikut membentuk lumpia.

"Aku takut berasumsi aneh."

"Seaneh eksistensi alien?"

"Mungkin. Aku sebal selalu terlihat bodoh dan kikuk. Jika ini karena aku menyukaimu. Jika kita berpacaran terkesan tidak mungkin dan ...."

Ucapan [Name] terhenti oleh bocoran yang terungkap dengan sendirinya.

Lucien mengacak rambut gadis itu.

"Kau tidak bodoh dan aku juga menyukaimu. Ayo, jadian."

[Name] terbelalak bingung.

Semua seperti terselesaikan sangat cepat, melebihi semua pemikiran yang berbelit-belit. Adukannya berisi kulit sempat goyah, tetapi beruntung Lucien sempat menahan mangkuk. Tidak ada kulit lumpia yang harus mubazir terbuang karena kecerobohan dadakannya.

"He-hei! Aku tidak sedang bercanda," [Name] menepuk pelan lengan Lucien.

"Apakah aku terkesan seperti itu?" Lucien tersenyum penuh misteri. "Aku serius."

"Iya! Aku juga bingung dengan diriku sendiri."

"Kalau tidak menyukaimu, tentu saja kita tidak akan bersama-sama seperti sekarang."

Tak menanggapi dengan kata-kata, [Name] hanya melanjutkan goreng lumpia. Sepintas, ia melirik dinding yang sudah semakin mendekati sesi acara gathering.

"Gawat," kata [Name] berusaha fokus, tetapi perasaannya bercampur aduk.

Lucien berbisik, "Jadi, kesepakatan kita bertambah satu, bukan? Kau bisa memilih, mau dirahasiakan atau disebarkan nanti kepada tante pemilik."

[Name] menyumpit lumpia yang sudah jadi, lalu mengarahkan ke mulut Lucien. Saat laki-laki itu melahap lumpia, ekspresi [Name] yang menggemaskan selalu menjadi momen menyenangkan.

"Te-tentu saja dia tidak perlu tahu! Kehadiran kita ke sana untuk mendapatkan potongan biaya sewa."

"Siap, Nona."

| fin |

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro