Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Tantangan | Gavin - MLQC

"Ukuran kehebatan seseorang bukan ketika ia berada dalam momen yang nyaman dan mudah, tetapi ketika ia menghadapi tantangan dan kontroversi." - Martin Luther King.

Created: Kamis, 30 April 2020

-------------------------------------------------------

Soal nilai akademik masa lalu, [Name] nyaris tidak pernah menerima teguran. Melainkan seorang pria berambut cokelat yang terkenal berandal. Hampir tidak ada satu pun teman sekelas yang berani mengajaknya bercanda santai. Namun, diam-diam ia bisa menghajar begitu banyak orang. Sebatang kara.

Gavin.

Mengingat masa lalu [Name] saat bersekolah sebagai murid cupu. Nilai [Name] memang lebih baik, tetapi reputasinya nyaris tidak ada. Tidak diingat, dikenal, apalagi menorehkan prestasi besar. Ciri murid yang sederhana.

Namun, masa depan mereka pun berbeda. Minor yang ternyata pengagum berat Gavin sejak bersekolah. Gavin menjadi polisi. Dan dirinya sebagai produser yang meneruskan jejak sang ayah.

[Name] tidak mengira bahwa Gavin akan memegang peranan penting dalam hidupnya. Gavin yang terkesan intimidatif, tetapi menunjukkan kebaikan yang bertubi-tubi kepadanya. Gavin yang jarang tersenyum, tetapi selalu ada untuknya.

Hari itu, [Name] menerima email ajakan tawaran untuk menayangkan sebuah acara televisi yang melibatkan Gavin. Seorang youtuber berusia pertengahan tiga puluhan menginginkan konten berupa penjagaan khusus sebutir cincin rubi milik konglomerat yang bersedia dijadikan aset antik. Cincin itu harus sampai pada sebuah lokasi khusus dalam waktu singkat.

Jika tidak ada "gangguan" sebenarnya tidak perlu dijadikan konten, tetapi sang youtuber bekerja sama dengan konglomerat menginginkan adanya prank. Mengetahui kesepakatan tersebut, [Name] enggan menerima tawaran itu. Selain tidak lucu, Gavin bisa saja menyelesaikan masalah dengan baku hantam.

"Terima saja."

[Name] menoleh bingung. Ternyata saat mendiskusikan bahwa Gavin akan "diganggu", pemuda berambut cokelat itu bahkan tidak berekspresi.

"Kita tidak tahu maksud mereka seperti itu, tapi selama mereka tidak mengganggumu dengan seenaknya, semua akan baik-baik saja."

[Name] mengernyitkan dahi. "Apa kau yakin?"

Walaupun bayaran kerja sama ini menguntungkan, tetapi [Name] tidak ingin Gavin dirugikan. Namun, mengira youtuber yang berkomplot dengan konglomerat berpotensi menghalalkan dengan segala cara terdengar mengerikan. Ia jadi tidak enak hati membiarkan semua terjadi.

"Selama proses syuting berlangsung, aku akan ikut," ujar [Name] bangkit dari kursi.

Gavin menyela, "Tidak. Siapa pun bisa saja melukaimu, tapi setidaknya aku orang terakhir."

"Tapi aku harus bertanggung jawab kepadamu sebagai produser."

"Sebelum itu sebagai polisi, aku punya kewajiban yang sama agar kau aman-aman saja."

"Aduh, kaliaaan. Jangan bertengkar, deh. Kemesraan kalian janganlah cepat berlalu," ucap Minor menyadari interaksi debat berkelanjutan.

Baik Gavin maupun [Name] melempar tatapan sengit ke satu arah.

"Kami tidak sedang mesraan! Jangan ikut campur!"

• • •

Syuting tetap berlangsung. [Name] selalu hadir setiap Gavin harus menjalankan adegan demi adegan dalam mengantarkan rubi ke sebuah museum antik. Takut-takut jika pemuda itu malah terluka; sebuah kekhawatiran yang terus menghantui benak [Name].

Sejauh ini, prank yang dimaksudkan oleh sang youtuber itu lebih kepada sejumlah perampok. Mereka datang dengan niat merampok cincin rubi yang tersimpan di dalam ransel Gavin. Namun, Gavin sudah berpengalaman dalam bela diri. Jangankan perampok dapat menyentuh kotak cincin, ransel Gavin yang didominasi berisi perkakas berat dijadikan alat baku hantam.

Sebenarnya inti acara ini mendidik seni bela diri jika sedang pergi seorang diri saat membawa barang berharga. Seburuk keisengan youtuber ini memunculkan pemikiran positif bagi [Name] dengan segala paksaan.

"Aku ingin menggunakan Evolku, sungguh," kata Gavin sedang beristirahat di sebuah gang sempit. Misi mengantar cincin rubi diarahkan pada sebuah GPS. Estimasi untuk sampai pada lokasi tujuan memakan waktu satu setengah jam--- sekali naik bus dan berjalan kaki. Misi ini dilarang menggunakan taksi.

"Kalau pakai Evolmu saat genting juga tidak apa-apa. Walaupun sudah diberitahu kau akan menerima prank, tapi dia tak menjelaskan lebih detil seperti apa."

Gavin menerima sebotol air mineral pemberian [Name]. "Selama kau baik-baik saja, aku masih bisa bertahan tanpa menggunakan Evolku."

Pernah sekali, [Name] ditolong Gavin ketika mengudara. Ketika kakinya tidak berpijak pada media datar terasa aneh. Menakutkan, tetapi secara bersamaan terasa aman saat Gavin menopang dirinya.

"Kita tidak tahu jebakan apa lagi yang datang."

Waktu istirahat pun berlalu. Kini Gavin sedang menunggu di terminal. Tidak banyak calon penumpang di sana. Berdasarkan skrip, bus ini akan langsung mengantarkan distrik tujuan yang datang setiap setengah jam. Dan, ia tidak boleh ketinggalan bus karena misi cincin rubi harus diantarkan tepat waktu: maksimal pukul lima sore.

Staf yang merekam adegan Gavin akan dituntun menggunakan mobil pribadi. Terlihat tidak adil, tetapi mereka juga diawasi agar seluruh acara tidak diskenario, melainkan murni berdasarkan kejadian sesungguhnya.

"H... Hue, Mama!" seru seorang bocah berjalan sambil menangis tersedu-sedu. Ia mendekat kepada Gavin.

Gavin mulai menyadari firasat yang tak menyenangkan. Bus akan datang sebentar lagi.

"Ada apa?" tanya Gavin berjongkok, mengusap bocah laki-laki yang terus menangis.

"Mama dan aku ingin ke terminal X, tetapi aku tertinggal. Aku tidak punya uang untuk sampai ke sana."

Gavin mengangguk paham. "Aku akan membayarmu. Bus sebentar lagi datang."

"Tidak mau! Om pasti mau menculikku!"

Gavin mengeluarkan kartu profesi. "Aku bekerja sebagai polisi. Kalau tak yakin, bagaimana jika kuantarkan ke kantor polisi terdekat supaya ibumu yang datang saja?"

Bocah itu menatap ngeri. "Jangan. Saya ikut om."

Bus pun datang. Gavin berjongkok agar bocah itu dapat duduk di atas bahunya. Alih-alih menurut, Gavin diserang dengan jambak rambut dan ransel yang terbuka.

"Ck!" decak Gavin melihat bocah itu begitu sigap telah mengambil kotak hitam, berlari sambil menjulurkan lidah.

Pilihan tersebut menyebabkan dilema singkat. Bus sudah berada di depan mata dan cincin rubi yang direbut. Ia tidak boleh menunggu bus lebih lama lagi.

Mengutamakan logika kecepatan antara laju kendaraan dan lari manusia sangatlah jauh.
Ia mengira bocah itu dapat disusul dengan mudah. Namun, ada sebuah sedan hitam yang tampak menantikan kehadiran bocah itu. Walau singkat, Gavin menyadari sedan tersebut sudah melaju searah dengan bus saat membawa cincin rubi.

Tepat lampu merah. Bus dipaksa berhenti oleh Gavin. Namun, sedan lantas melaju belok kiri. Gavin terus berlari, lalu terhenti saat [Name] membuka kaca pintu belakang mobil.

"Gavin, masuklah!"

"Tapi kau ...." Gavin sudah mulai bernapas pendek-pendek sementara sedan yang dikejar semakin jauh.

"Aku tidak peduli jika acara ini disebut curang, tapi aku tidak mau melihatmu dijebak dengan cara seperti itu!" sergah [Name] turun dari mobil, meraih jemari Gavin.

Mobil staf melaju demi menyusul sedan yang mencuri cincin tersebut. Tepat pada sebuah titik jeda, sedan tersebut mengerem saat terkejar. Ternyata youtuber bersama konglomerat itu berada di dalam sedan tersebut.

[Name] meraih pistol dari ransel Gavin.

"Berhenti atau kutembak."

Gavin menahan pistol yang digenggam [Name]. "Ja-jangan lakukan itu."

Selain Gavin sang pemilik Evol, [Name] juga mengetahui apabila terus dibiarkan akan terlibat masalah lebih pelik lagi.

"Sedan ini mahal lho, Nona produser," kata youtuber itu tersenyum ngeri.

"Kau menyusun prank, tapi tidak akan terlibat secara langsung. Ini pelanggaran dari kontrak."

Arah syuting menjadi sangat mencekam. Pria kaya raya itu turun dan menyerahkan cincin rubi itu.

"Kalian lebih serius daripada perkiraanku. Baiklah, aku mengaku salah."

• • •

Misi yang bisa diselesaikan dengan prank tersebut berjalan sukses. [Name] dan Gavin tinggal berdua setelah seluruh staf telah berberes. Masih menjadi sejumlah pertimbangan bila acara tersebut akan ditayangkan.

[Name] terus menghela napas beberapa kali.

Demi apa pun, ia harus lebih bijak lagi.

"Ada apa?" Gavin berjalan di sebelah gadis itu.

"Maafkan aku, Gavin. Ini adalah tawaran kerja sama konten terburuk yang pernah kuterima. Aku bodoh sekali!"

Gavin menepuk puncak kepala [Name]. "Jangan terlalu dipikirkan. Aku juga yang terlalu naif meyakini bocah tadi."

"Bisa saja kau kecelakaan saat itu! Aku takut, terlalu takut untuk membayangkan hal itu terjadi." [Name] sudah terisak, merasakan kekesalan pada diri sendiri sejadi-jadinya.

Gavin tersenyum kecil. "Jarang bisa melihatmu begitu kesal. Toh, semua baik-baik saja."

"Apa kau tidak marah denganku?"

"Tidak. Tapi aku sadar kalau sebagai manusia juga punya kekurangan. Kalau tidak ada kau ... aku juga tidak tahu nasibku jadi apa."

[Name] tertegun sejenak, lalu menepuk pelan kepala Gavin yang mendarat di bahu.

"Kau tidak sendirian, Gavin. Terima kasih karena selalu bersamaku."

| fin |

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro