Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Friendship With(out) Love part 10

Ruang makan di villa Fiona sangat besar, ada puluhan kursi yang di susun rapih. Keluarga besar Fiona memberikan sambutan dan ucapan terima kasih atas kesediaan kami hadir dalam acara pernikahan Fiona. Aku merasa terharu bahkan sedikit meneteskan air mata saat Fiona mengucapkan terima kasih kepada keluarganya, betapa dia bahagia hari ini karena dapat berkumpul dengan keluarga serta sahabat dan merayakan hari besarnya yang akan berlangsung besok.

Mataku berkeliling mencari keberadaan Abi. Tadi saat makan malam akan dimulai, aku sudah mencarinya ke kamarnya -yang bersebelahan dengan kamarku- , namun dia tidak ada disana. Kupikir mungkin dia turun lebih dulu. Adrian yang duduk di sampingku menyikut lenganku pelan, aku mengikuti arah tatapan matanya. Entah mengapa aku tidak begitu terkejut melihat Abi dan Sofie berjalan bersama, yang membuatku agak heran adalah mereka berpegangan tangan. Kalau aku tidak salah ingat, mereka kebetulan bertemu tadi sore, dan sekarang sudah BERGANDENGAN TANGAN??!!

Emosiku mulai naik, namun aku jelas tidak punya alasan untuk marah, Abi bukan pacarku, jadi dia bebas jalan atau bahkan tidur dengan orang lain.

"Aku tidak tahu kalau sahabatmu dekat dengan sepupuku.."

Adrian bergumam pelan di sampingku.

"Aku juga baru tahu..ternyata Sofie mantan pacar Abi saat SMP dulu.."

Aku berpura-pura acuh pada topik ini.

"Woo..jadi ada yang cinta lama bersemi kembali?"

Aku tidak menjawab, hanya tersenyum tipis.

Tiba-tiba Adrian mengangkat satu alisnya sambil memperhatikanku yang sedang mengaduk-aduk cream soupku.

"Apa?" Tanyaku.

"Kau tidak cemburu kan, Lady?"

Adrian memang sama dengan Fiona, mereka sering menebak perasaan seseorang dari gesturenya. Sebenarnya itu bukan hal yang sulit, karena bahasa tubuh seseorang saat marah, senang, sedih itu relatif hampir sama, yang membedakan adalah kemampuan masing-masing orang untuk menutupinya.

"Tentu saja tidak! Abi dan aku tidak ada hubungan apa-apa. Aku malah senang melihat dia dengan Sofie. Mereka..serasi."

Kantong muntah, please...

"Ya..mereka sangat cocok. Apalagi belakangan ini omku -orangtua Sofie- sedang sibuk menjodohkannya dengan berbagai pria. Akan sangat bagus jika dia sudah punya calon sendiri, agar sepupuku itu bisa cepat menikah.."

Rahangku hampir terjatuh di meja mendengar kata-kata adrian. Ya terserah sih si Sofie ini mau di jodohin sama siapa aja, asal jangan dengan Abi-ku..

"Aku ingin mengambil minum, kau ingin sesuatu?"

Aku menggelengkan kepala. Nafsu makanku hilang sudah. Rasanya aku ingin muntah tiap mendengar nama Sofie.

***

Aku membuka mata dan melihat matahari perlahan mulai naik. Kuingat lagi kejadian semalam saat makan malam bersama, Abi dan aku bahkan hanya saling menyapa dengan cara yang paling formal yang pernah kami lakukan. Itu karena Sofie yang tidak beranjak dari samping Abi. Wanita itu terus menggenggam tangan Abi, dan sahabatku juga terlihat seperti seorang yang sedang jatuh cinta.

Poor me.

Untung ada Adrian yang menemaniku sepanjang malam. Dia berbaik hati mengajakku ngobrol meskipun aku sendiri tidak mengerti apa yang dibicarakannya, pikiranku terlalu sibuk kepada pria yang mungkin hanya berjarak beberapa meter dariku.

Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku, dan membuyarkan lamunanku.

"Gwenny..kau sudah bangun?"

Itu suara Abi. Aku segera bangkit dan membuka pintu. Abi tersenyum padaku, harum bodywash dan cologne khas abi menyapa hidungku. Abi terlihat tampan berbalut kemeja batik lengan panjang yang di dominasi warna biru khusus di jahit untuknya dan celana pantalon hitam. Tiba-tiba aku merasa malu, dia sudah begitu tampan dan rapih, sedangkan aku bahkan belum menggosok gigi.

"Sudah.." Aku berdehem karena suaraku terdengar serak. "Udara dingin disini membuatku tidur lebih nyenyak dari biasanya.."

Dia tersenyum. Ini hanya aku, atau memang dia terlihat semakin hari semakin menarik.

"Kau mandi dulu ya, aku menunggumu di bawah..akad nikahnya mulai satu jam lagi."

Aku mengangguk dan menutup pintu saat dia pergi.

Godaannya semakin berat, harus bagaimana aku ini. Aku bahkan tidak tahan berada dekat dengan Abi. Jantungku seakan mau melompat keluar dari tubuhku, dan darahku mengalir lebih cepat. Aku harus berbuat sesuatu.

Hmm..mungkin yang harus aku lakukan sekarang adalah memaksa Abi melihatku sebagai seorang wanita, dan bukan sahabat kecilnya. Membuat Abi menatapku dan bukan menatap wanita sok manis itu di luar sana.

Okay. Di mulai dari make up dan baju yang akan kupakai saat pernikahan Fiona. Sedikit menggoda toh tidak ada salahnya kan? Abi pasti suka wanita seksi dan dewasa. Bukan seperti penampilanku sehari-hari yang cuek.

Koper yang sejak tadi tergeletak di lantai akhirnya kubuka. Aku membawa beberapa gaun untuk pernikahan Fiona. Gaun panjang berwarna tosca jelas bukan pilihan. Terlalu sopan. Yang warna biru, kurasa tidak, aku ingin terlihat menggoda tapi aku bukan penggoda yang dengan sengaja memperlihatkan belahan dadaku kan?

Hmm yang mana ya? Tiba-tiba mataku berbinar melihat gaun halter neck berwarna salem. Gaunnya panjang, namun memiliki belahan sampai di paha. Aku ingat, Fiona memberikan gaun ini sebagai kado di ulang tahunku ke 26 namun aku tidak pernah memakainya karena kuanggap terlalu terbuka.

Jam berapa ini? Astaga setengah sembilan, pernikahan Fiona dimulai jam 9. Aku bergegas ke kamar mandi dan mandi secara kilat kemudian berpakaian. Untuk acara akad nikah tentu saja aku mengenakan pakaian yang pantas dan sopan. Kain batik solo dan kebaya modern berwarna gading menjadi pilihanku. Rambutku ku bentuk sanggul kecil yang manis dan kemudian sedikit bermake up.

Ruang bawah tempat akad nikah sudah ramai, sedangkan halaman di luar sedang di dekorasi untuk acara nanti malam. Tangan hangat menyentuh bahuku membuat aku menoleh kepadanya.

"Teh..untukmu.."

Abi mengulurkan secangkir teh yang kusambut ucapan terima kasih. Syukurlah dia sendiri dan tidak ada Sofie di sampingnya.

"Kau ingin makan sesuatu?"

Aku menggeleng. Perutku belum lapar. "Nanti saja."

Abi menghelaku ke kursi yang berada di samping jendela.

Kami berbincang akrab seperti biasanya. Aku terlalu asyik bicara dengan Abi sampai aku tidak menyadari Sofie berdiri di depan kami. Dia tampak anggun dengan kebaya warna gold. Senyum manisnya di tujukan kepada pria yang duduk di sebelahku.

"Abi..bisakah kau membantuku sebentar?"

Dia seperti tidak menyadari keberadaanku, atau dia memang sengaja melakukannya? Abi mengerutkan kening kemudian melirikku. Aku tahu, dia adalah pria paling sopan yang pernah kukenal, dia meminta izin untuk pergi.

Aku mengangguk meskipun aku sama sekali tidak rela. Tapi aku menyadari, nanti malam setelah pesta usai kami akan kembali ke Jakarta dan say goodbye to Sofie.

Abi berdiri dan dengan cepat Sofie menggamit lengannya lalu berjalan menjauh.

Aaaargggh..ganjen banget sih tu perempuan!!

------------------------------------------

readers..kalo ada 25 vote (gak muluk-muluk), aku posting part 11 malem ini juga..

trimikisi yang udh mau mampir apalagi kalo comment dan kasi bintang kecilnya ;)

love.vy.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: