Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Reason May Hates February

Februari menjadi bulan paling dihindari May setiap tahunnya, semua itu berawal karena kesalahan “Hari Si Cupid”. Kesalahan yang dilakukan oleh orang itu bermula sekitar dua tahun lalu, tepatnya saat May masih berada di kelas 10 SMA. 

May sama sekali tidak ingat sejak kapan tepatnya ia jatuh cinta pada ketua kelasnya sendiri. Lelaki muda dengan rambut hitam sekelam malam, warna matanya yang seperti cokelat Belgia, bulu matanya yang lentik, dan senyuman manis yang membuat May terpesona. Sayangnya, si ketua kelas tidak tahu mengenai isi hati May, dan hanya mendekatinya sebagai seorang teman.

Meski berkali-kali memberikan kode pada ketua kelasnya itu, tetap saja tidak berhasil. Sahabat May, April, sampai menuduh bahwa si lelaki memang tidak peka. Padahal, sahabat-sahabat May yang tahu rahasia ini terus berusaha untuk menjadi makcomblang yang baik. Berbagai cara mereka lakukan supaya May dan ketua kelas bisa memiliki momen berdua, tetapi tidak membuahkan hasil.

Tibalah bulan Februari yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, karena di bulan inilah momen spesial seperti menyatakan perasaan pada crush terjadi. Masih May ingat dengan jelas kejadian kala itu, dan sepertinya ingatan itu akan sulit terlupakan.

May yang saat itu berusia 16 tahun sedang duduk di kantin bersama lima sahabatnya. Tangan kirinya memegang teh kemasan kotak seraya menyeruputnya pelan, sedangkan tangan kanan menggulir layar ponsel. Mata abu-abunya memperhatikan berbagai sampul cerita Wattpad yang nangkring di posisi top 10 genre fantasi, lalu top 20, top 30, dan terus sampai ia muak.

May menaruh ponselnya di meja, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin yang ramai. Sebetulnya, bukan kedai-kedai yang ia perhatikan, tetapi mata birunya itu tengah mencari seseorang yang mungkin saja ada di sana. Namun, sosok yang dicarinya tidak terlihat, membuat May berhenti memperhatikan sekeliling dan fokus mendengarkan cerita April.

May baru saja mendengar setengah cerita April—bahkan ia sendiri tidak tahu awalan kisahnya, tiba-tiba terpotong oleh suara keras seseorang. Tentu saja hal itu membuat seisi kantin menoleh pada si pemilik suara. May bisa melihat jika orang itu rupanya Hari. Di tangan lelaki itu ada banyak brosur mencurigakan.

“Jasa hari valentine! Ingin mengirimkan hadiah atau surat cinta ke gebetan, tapi malu? Gunakan jasa Hari Si Cupid!” seru Hari sambil membagikan brosur pada para siswa.

Seketika saja mata May berbinar, kemudian tangan kanannya terangkat tinggi. “Hari, aku mau!”

Mendengar namanya dipanggil, Hari langsung menghampiri meja May. Lelaki berambut pirang bob itu tersenyum senang, dan dengan cekatan membagikan brosur mengenai jasa hari valentine pada May serta sahabatnya.

“Ini brosurnya. Penjelasan mengenai jasaku sudah ada semua di sana, termasuk harga juga. Kalau kalian tertarik untuk menggunakan jasaku, silakan hubungi nomor telepon yang ada di brosur. Oke?” ucap Hari sembari mengacungkan jempol kanan dan tersenyum ala iklan pasta gigi.

Belum sempat May dan sahabat-sahabatnya mengucapkan terima kasih, Hari sudah pergi ke meja lain. Lelaki itu makin cekatan saja ketika banyak siswa tertarik dan penasaran. Lagi pula, siapa, sih, yang tidak butuh jasa menguntungkan itu? Terlebih lagi bagi mereka yang malu-malu untuk mengungkapkan isi hatinya pada sang gebetan.

May memperhatikan isi brosur di tangannya. Brosur itu didominasi warna merah muda, gambar hati, juga karakter imut di sudutnya. Tulisan di brosur tersebut cukup jelas serta singkat, tawarannya pun berupa jasa mengirimkan surat cinta atau hadiah, dan sesi curhat. Di pilihan mengirimkan surat atau hadiah, ada beberapa opsi seperti nama pengirim ditulis jelas atau anonim.

“Sepertinya cocok, nih, buat May.” April meletakan brosurnya di meja, lalu mengetuknya tepat di atas tulisan “Jasa mengirimkan surat cinta atau hadiah”.

Nove mengangguk setuju. “Betul itu. kau harus coba pakai jasa Hari, siapa tahu August membalas perasaanmu.”

Days, July, dan Dece pun menyetujui usulan itu, bahkan menghasut May agar tidak ragu-ragu lagi. Pada akhirnya, berkat hasutan lima sahabatnya itu May memutuskan untuk menghubungi Hari Si Cupid dan menyewa jasanya.

~o0o~

Sebuah amplop merah muda sudah May serahkan pada Hari Si Cupid tepat satu hari sebelum valentine tiba. Meski amplop itu tampak polos, tetapi isinya merupakan curahan hati May untuk August. Di amplop itu juga tidak ada nama pengirimnya, karena gadis itu malu. Sebelumnya, Hari Si Cupid juga bilang jika August membalas suratnya, maka ia akan memberikan surat balasan pada May.

Selama hari valentine, May terus saja waswas. Ia takut jika suratnya tidak disampaikan, atau lebih parahnya lagi tertukar dengan milik orang lain. Jadi, gadis itu memutuskan untuk mengajak anggota kelompoknya latihan di kelas, sesekali ia memperhatikan August yang duduk di pojok depan dekat pintu masuk. Beruntungnya, hari ini semua murid kelas May berdiam di kelas karena tengah mempersiapkan diri untuk tugas presentasi kelompok.

Sesuai dugaan May, Hari Si Cupid datang membawa tas seperti tukang pos. Kedatangannya membuat gaduh seisi kelas, beberapa murid laki-laki bersahut-sahutan menanyakan surat atau hadiah untuk mereka. Beberapa murid perempuan berpura-pura tidak acuh, sisanya penasaran setengah mati.

Murid di kelas May yang mendapat surat cinta terbanyak rupanya sahabat May sendiri sekaligus wakil ketua kelas, Days. Semua murid laki-laki bersorak, bahkan bercanda kalau surat-surat itu dari mereka. Kemudian murid laki-laki yang mendapat hadiah paling banyak rupanya August. Sampai-sampai para murid kembali gaduh karena pasangan ketua kelas dan wakilnya memenangkan nominasi dadakan.

Setelah Hari Si Cupid pergi, mereka semua mengerumuni Days dan August dengan wajah-wajah penasaran. Setidaknya, begitulah kejadian di hari valentine yang mana May tak mendapat satu pun surat cinta maupun hadiah. Akan tetapi, bukan itu yang membuat harinya buruk. May melihat lelaki itu memberikan semua hadiah makanan pada teman-teman satu circle-nya, dan entah apa yang dilakukannya dengan surat-surat cinta itu.

~o0o~

Besoknya, besoknya lagi, dan terus hingga satu minggu kemudian, May sama sekali tidak mendapat surat balasan. Gadis itu sudah yakin kalau August membuang semuanya, sebab Hari Si Cupid saja bilang tidak ada surat balasan apa pun.

Mendadak saja May murung, meski dihibur temannya pun gadis itu tetap belum bisa menerima kenyataan kalau dirinya kemungkinan ditolak. Demi menghilangkan bad mood May, Days mengajaknya ke kantin, dan hal inilah yang menjadi penyesalan terbesar May.

Saat tengah asyik mendengarkan kata-kata mutiara Days, August menghampiri meja mereka. Tentu saja May langsung tersedak matcha yang sedang diminumnya, lalu memalingkan wajah untuk menyembunyikan wajah yang semerah pantat babon.

“May, kau baik-baik saja?” tanya Days seraya bangkit dan menepuk punggung sahabatnya.

Belum sempat Days duduk, August berkata, “Days, aku ingin bicara.”

“Bicara apa? Urusan kelas Bahasa Asing lagi?” Days tetap tak mengalihkan pandangannya dari May yang masih menunduk malu.

“Bukan,” ujar August. “Aku cuman ingin bilang kalau aku sudah menerima suratmu.”

Sontak saja May langsung mendongak sembari terbelalak, sedangkan Days hanya mengernyit. Amplop merah muda polos sama persis seperti milik May ditunjukan lelaki itu. Tetapi kenapa August mengira itu dari Days?

Days menggeleng cepat. “Maaf, August. Aku tidak pernah mengirim surat untukmu. Sepertinya kau salah orang. Itu surat anonim, kan?”

Ekspresi kebingungan tersirat di wajah August.

“Ah, atau Hari Si Cupid salah mengirimkan suratmu,” celetuk May dengan senyum terpaksa.

“Sok tahu sekali,” pungkas August yang otomatis menusuk hati May. “Lagi pula di dalam suratnya ada inisialmu, Days.”

Karena yakin bahwa surat di tangan August bukanlah miliknya, Days meminta surat itu. Kertas binder dengan gambar domba di setiap ujungnya cukup familiar bagi Days, ditambah lagi tulisan sambung rapi, serta doodle di bagian akhir surat, tidak lupa ada inisial DS19 yang menandakan bahwa inisial itu memang milik Days.

“Itu darimu, kan?” tanya August sekali lagi.

May sudah keringat dingin, sebisa mungkin ia menahan ekspresi agar tidak terlihat tampak murung. Dalam hatinya ia juga berdoa kalau surat itu bukanlah milik sahabatnya. Namun, jawaban Days membuat hati May terasa ditusuk ratusan jarum.

“Iya, ini memang dariku. Tapi—“

“Nah, kan, berarti dugaanku benar. Days, selama ini aku juga menyimpan perasaan padamu. Aku senang kau yang mengungkapkan isi hatimu duluan,” sela August.

Days terkejut, lebih terkejut lagi May. Wajah gadis itu langsung pucat, seolah darah sudah tidak mengaliri kepalanya. Rasanya saat itu juga May ingin menghilang dari sana atau mengulang waktu supaya tidak menyaksikan momen menyakitkan. Namun, apa daya nasi sudah jadi bubur.

“Tu-tunggu dulu!” seru Days panik begitu menyadari raut sahabatnya berubah.

Sayangnya, August tidak mau mendengarkan dan terus saja melontarkan kalimat-kalimat manis. Hingga akhirnya kalimat tebakan May terlontar juga. 

“Days, maukah kau jadi kekasihku?”

May tiba-tiba saja ingin membenturkan kepala ke meja, untung saja kewarasannya masih bisa menahan. Akan tetapi, mata gadis itu sudah berkaca-kaca. Tanpa bisa bersuara, ia memalingkan wajah.

“August, kau salah paham!” ucap Days. “Surat itu bukan untukmu. Hari Si Cupid salah mengirimkan surat!”

“A-apa?” Dalam sekejap air muka August berubah, sedangkan May menatap Days dengan wajah tercengang.

“Hari sialan! Mana dia? Aku ingin pengembalian dana karena salah kirim!” seru Days seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin. “Gara-gara dia jadi timbul salah paham, kan. Mana aku sudah buat patah hati anak orang lain. Hari, aku mau refund!”

Selesai

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro