Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. New Friend

"Revia bisakah aku memesan minuman?"

"Baik tunggu sebentar!" seruku sambil melihat pak Billy.

"Revia, berapa total semuanya?"

"Apakah rotiku sudah siap?"

"Rei, kau tahu total berapa yang biasa kau habiskan, aku sama sekali tidak menambah harganya. Pesanan akan sampai sebentar lagi, mohon menunggu," kata Revia yang terus berjalan kesana-kemari untuk meletakkan pesanan minuman di beberapa meja. "Terima kasih telah menunggu," kata Revia yang meletakkan dua gelas di sebuah meja yang ditempati oleh dua gadis.

"Terima kasih atas kerja kerasmu Revia," kata salah satu gadis dengan senyuman yang juga di balas senyuman oleh revia.

Sementara itu Ethan mengambil piring-piring dan gelas kotor yang sudah ditumpuk oleh pelanggan saat Ethan mendekati meja itu. Dengan lincahnya, ia berhasil membawa banyak piring kotor ke tempat cuci.

bel pintu kembali berbunyi, Revia langsung melihat ke arah pintu. "Selamat datang ... bukankah kau yang kemarin?" tanya Revia yang melihat anak kecil yang kemarin ia berikan roti berdiri di dekat pintunya.

"Aku kesini untuk--"

"Revia."

"Revia!"

"Ah, kau bisa menunggu di kursi dalam ya. Ini akan cepat selesai, kau mau menunggu?" tanya Revia yang dibalas anggukan oleh anak kecil itu.

Revia kembali melayani pelanggan-pelanggannya, sedangkan anak laki-laki itu duduk di kursi yang ia lihat paling dekat. Ternyata ia duduk di samping tumpukan piring kotor, mata anak laki-laki itu melirik ke tumpukan piring kotor itu dan bergantian melihat Revia yang tak berhenti bergerak. Tiba-tiba Ethan datang dengan mulut yang mengigit piring kotor. Setelah menaruh piring kotor itu Ethan mendekati anak laki-laki itu yang mengelus kepala Ethan perlahan.

Setelah beberapa saat akhirnya Revia menghembuskan nafas lega. Semua pelanggannya kini telah pulang ke rumah mereka masing-masing karena waktu buka toko telah berakhir. Langkahnya berjalan menuju ke belakang dan menemukan anak laki-laki itu sedang bermain dengan Ethan dengan tempat piring kotor yang sudah bersih.

Anak laki-laki itu melihat Revia yang terdiam di tempatnya dan menyadari arah pandang Revia. "Oh, aku tadi membersihkan sedikit piring-piring kotor," katanya tenang.

"Sedikit?" tanya Revia pelan. Padahal ia bisa menghitung bahwa piring kotor yang dihasilkan bisa membuatnya tidur larut. Tiba-tiba saja Revia menghampiri anak itu dan menggenggam kedua tangan anak itu. "Tolong bekerjalah denganku!!"

"Ap-apa?"

"Aku rasa aku sangaaaaat membutuhkan seseorang yang bisa membantuku dalam bekerja. hanya dengan mencuci piring sudah sangat membantuku. Nanti kau bisa mengambil roti yang kau inginkan! Jika habis aku bisa membuatnya lagi untukmu!!" seru Revia dengan mata yang berbinar-binar.

"Berapa pun?" tanya anak laki-laki itu pelan.

"Em, kau bisa mengambil sebanyak-banyaknya jika masih ada yang tersisa di hari yang bersangkutan. Aku rasa itu sama sekali tidak merugikanku. Apa kau memerlukan uang juga?" tanya Revia.

"Untuk sekarang kami hanya memerlukan sesuatu yang bisa membuat kami kenyang!" seru anak kecil itu.

Revia tersenyum lembut. "Kalau begitu, datanglah padaku jika ada masalah. Oh, kita sudah sepakat ya?"

"Sepakat!"

Mereka saling bersalaman dengan senyuman di wajah mereka. Sebelum pulang, Revia memberikan beberapa roti untuk anak laki-laki itu, Taka.

....

Esoknya Taka mulai bekerja dengan Revia. Kadang kala Taka bekerja untuk mencuci piring ataupun menerima dan mengantarkan pesanan. Karena asisten kecilnya, Revia bisa bernafas lega setiap harinya.

Suatu hari ada yang mendekati Revia dengan wajah panik. Dari langkahnya yang terburu-buru sudah membuat Revia bingung.

"Revia! Gawat!!" seru lelaki yang berlari ke arahnya yang berada di belakang etalase.

"Ada apa pak Rom? Tenangkan dulu nafas anda," kata Revia. Walaupun mencoba menenangkan, pikirannya terus mencari tahu apakah ia telah melakukan kesalahan.

"Akan datang tamu penting!!" seru pak Rom setelah mencanangkan nafasnya sedikit.

"Siapa?"

Pak Rom menggeleng. "Kau akan tahu nantinya. Yang penting ingat ini, dia sangat-sangat penting!" kata pak Rom yang menatap Revia dengan tajam.

"Oke?" Revia masih bingung apa yang dimaksud oleh pak Rom.

Tak lama pak Rom pamit untuk pergi ke tempat lainnya. Revia yang masih bingung di datangi oleh Taka.

"Ada apa?" tanya Taka.

"Katanya akan ada tamu penting. Pak Rom tak menjelaskan lebih jauh, tapi tak ada salahnya kita bersiap lebih," kata Revia sembari tersenyum lalu berjalan ke belakang untuk mulai mempersiapkan beberapa hal.

Ia mengeluarkan roti yang baru selesai masak dan gelas-gelas yang ditata agar lebih gampang mengambilnya. Taka membantu membersihkan lantai dan setiap meja. Revia mengeluarkan beberapa vas yang sedikit besar dan meletakkan di beberapa sudut dengan bunga yang masih segar. Taplak meja juga di ganti dengan yang baru untuk mengganti suasana. Karena Revia menyukai sesuatu yang alami, sebagian besar hiasan yang dipasang adalah tumbuhan dan warna-warna pastel atau coklat.

Revia menatap puas dengan perubahan mendadak yang ia, Taka dan Ethan lakukan. Mereka menatap sekeliling dengan tatapan bangga.

"Apakah tamu penting itu akan menyukai hal ini?" tanya Taka dengan suara yang bingung.

"Entahlah. Semoga saja dia, atau mereka, menyukainya," kata Revia dengan senyum manisnya.

Tiba-tiba terdengar langkah yang buru-buru membuka pintu. "Revia! Bersiaplah! Mereka sudah datang!" seru pak Tom dengan wajah panik lalu kembali keluar.

Revia langsung membenahi dirinya dengan cepat, sedangkan Taka hanya melirik Revia pelan. Karena tahu sifat cuek Taka, Revia yang mengambil alih membenahi pakaian dan rambut Taka. Walaupun merasa aneh, Taka membiarkan Revia melakukannya.

Tak lama lonceng di pintu toko berbunyi dan menjadi perhatian kedua orang itu. Terlihat ada lelaki yang memakai pakaian yang lebih mewah dari pada yang lainnya. Bahkan salah satunya mengenakan mahkota di atas kepalanya.

Buru-buru Revia menunduk hormat. "Hormat bagi anda, Yang Mulia," kata Revia, begitu pula Taka yang ikut menunduk walaupun sebenarnya masih merasa bingung.

"Inikah toko roti yang terkenal itu?" tanya pria yang mengenakan mahkota di atas kepalanya sambil melihat sekeliling.

"Toko saya tidaklah sehebat itu, Yang Mulia. Anda terlalu memuji," kata Revia yang masih menundukkan kepalanya.

"Tidak, tidak. Toko roti milikmu sudah kabarnya sampai di istana," kata sang Raja dengan senyuman merkah di wajahnya.

Revia menatap sang raja dengan tatapan tak percaya. Detik kemudian ia kembali menunduk. "Terima kasih atas kebesaran hati Yang Mulia." Revia benar-benar kehabisan kata-kata.

"Baiklah, ayo kita nikmati hidangan yang ada di toko ini. Wanginya sangat menggugah selera," kata sang raja.

Revia menuntun sang raja dan laki-laki yang ada di belakangnya menuju suatu meja. Taka yang memberikan buku menu kepada kedua orang itu, sekaligus Taka mengingat-ingat apa saja yang di pesan, dikarenakan ia buta huruf.

Disamping mereka sibuk, pikiran Revia terus mencoba mencari jawaban ataupun clue siapa nama sang raja atau pun lelaki yang kemungkinan besar adalah pangeran itu. Sayangnya tak banyak yang menyebutkan nama kedua orang penting di negeri ini.

Walau pun begitu pikirannya harus berhenti karena kedua orang itu telah selesai memesan. Revia, dibantu Taka mulai menyiapkan makanan dan minuman yang cukup banyak, dipastikan bukan hanya kedua orang itu saja yang akan menikmati hidangan. Tanpa di sadari oleh keduanya, Ethan ternyata sudah mendekati sang pangeran dan bermain bersamanya.

Revia menyadari hal itu saat mengantarkan pesanan ke meja raja dan pangeran. Senyum Revia mengembang melihat Ethan merasa senang. Walau Revia tidak tahu ada yang terpana melihat senyumannya.

"Dengar-dengar kau baru pindah kemari. Apa benar?" tanya sang raja saat Revia meletakan pesanan di atas meja.

"Itu benar Yang Mulia," kata Revia yang telah selesai menyusun piring.

"Lalu anak itu?" tanya sang Raja.

Revia melirik ke mana arah mata sang raja. "Dia yang membantuku membuka toko ini Yang Mulia," kata Revia sembari tersenyum manis.

Raja itu tersenyum dan masih melihat Taka yang kini gugup. Melihat gelagat Taka, sang Raja tertawa pelan.

Setelah sedikit berbincang-bincang, sang Raja bangkit dan menyudahi kunjungannya.

Pangeran mendekati Revia. "Apakah aku boleh datang lagi?" bisik pangeran.

Revia tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, jika anda tidak keberatan."

Setelah pelanggan yang ada di tempat itu keluar, Revia dan Taka langsung menghela nafas lega.

.
.
.
.
.
.

Benar-benar deh, ini chapie yang paling ngekrik sepanjang cerita ini. Wkwkwk.

Berikan jejak kalian, maka itu bisa menjadi semangat saya dalam melanjutkan cerita. Terima kasih sudah mampir~

-(13/05/2019)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro