Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1

"Seperti biasa, kerja bagus, Sasuke," ucap seseorang lelaki paruh baya dengan wajah yang mulai keriput seraya menampilkan seulas senyum tipis pada lelaki muda di hadapannya.

Sasuke, si lelaki muda itu tak berkata apapun. Ia hanya tersenyum tipis sebagai reaksi pada sang atasan.

Jikalau ia masih berada di kepolisian, tentunya ia akan dianggap tidak sopan jika bereaksi begini. Namun setelah ia dipindahkan ke divisi khusus, tak seorangpun peduli bagaimana ia bereaksi selama ia tidak membangkang dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

"Target selanjutnya Keisuke Yoshimura, salah satu dosen di universitas yang sangat mendukung oposisi. Eksekusi akan dilakukan minggu depan. Aktifkan pager-mu, informasi akan diberikan di sana."

"Baiklah," Sasuke menyahut pada akhirnya.

"Ini bayaranmu untuk pekerjaan kali ini," ujar lelaki itu seraya menyerahkan sebuah amplop cokelat tebal berisi uang.

Sasuke melirik uang itu sekilas sebelum memasukkannya ke dalam tas kerja serta mengucapkan terima kasih.

"Kutunggu kabar baik darimu."

"Hn."

Sasuke melangkah pergi meninggalkan ruangan sang atasan sesudahnya. Ia segera berjalan menuju elevator dan menekan tombol. Jemarinya mengetuk-ngetuk dinding, sedikit tak sabar menunggu angka yang bergerak.

Secara resmi, gedung ini sendiri merupakan kantor pusat kepolisian yang cukup megah. Namun tak banyak orang yang tahu bahwa sesungguhnya kantor ini bukan hanya berkaitan dengan kepolisian, melainkan divisi khusus yang berada di dalam kepolisian.

Dulu, ketika masih naif, Sasuke berpikir untuk menjadi polisi dengan pangkat tinggi sehingga dapat bekerja di kantor ini. Dengan begitu dia bisa menangkap banyak penjahat. Karena itulah sejak  semasa sekolah ia berlatih fisik gila-gilaan dan belajar sekeras mungkin agar bisa lolos di akademi kepolisian.

Namun setelah ia menjadi polisi, ia tersadar bahwa profesi tersebut tak seindah yang ia bayangkan. Usahanya selama ini malah menuntunnya untuk menjauhi cahaya dan mendekati kegelapan.

Ketika pintu terbuka, ia mendapati seseorang yang tampaknya berpangkat cukup tinggi. Lelaki yang tampaknya berusia tiga puluhan itu menatapnya, dan ia terdiam sesaaat sebelum menunjukkan sikap hormat secara refleks.

Lelaki itu berhenti melangkah dan menatap Sasuke sekilas sebelum berkata, "Ah, aku mengingatmu. Uchiha Sasuke ... yang dulu di akademi, kan?"

Sasuke mengangkat kepalanya dan menatap lelaki itu. Ia tidak begitu mengingatnya, namun merasa tak asing.

"Senang bertemu dengan anda," ucap Sasuke dengan maksud sedikit berbasa-basi meski sebetulnya ia ingin melarikan diri. Pintu elevator bahkan sudah tertutup dan ia terpaksa harus menunggu lagi.

Lelaki itu tersenyum dan kembali menatap wajah Sasuke, "Tentu saja aku mengenalimu, walau kau mungkin tidak. Kau sering dibicarakan di akademi karena bakat dan kemampuan fisikmu."

Sasuke hanya terdiam. Di situasi seperti ini ia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Ia sudah sering mendengar pujian semacam ini.

Lagi-lagi lelaki itu menatap Sasuke dari ujung kaki hingga kepala. Lelaki itu berada di lantai ini dan tidak berseragam, maka sudah bisa ditebak di bagian apa lelaki itu berada saat ini. "Wah kau sekarang berada di divisi khusus, ya?"

"Ya," Sasuke mengangguk. Secara resmi, profesinya memang merupakan polisi yang bekerja di divisi khusus yang menangani kriminalitas tingkat berat. Polisi pada umumnya dilarang membawa senjata api sekalipun melakukan konfrontasi dengan pelaku kriminal, tetapi tidak dengan divisi khusus. Hukum yang aneh, namun begitulah adanya.

Setidaknya, ia masih diperbolehkan mengatakan bahwa ia berada di kepolisian, tepatnya di divisi khusus. Begitulah kamuflase yang disiapkan pemerintah baginya.

"Bagus, bagus. Selamat bekerja," ucap lelaki berusia tiga puluhan itu begitu tersadar bahwa ia sudah berbincang terlalu lama hingga membuat sang lawan bicara ketinggalan elevator.

"Oke, selamat bekerja," balas Sasuke seraya kembali menekan tombol.

Lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Sasuke yang kembali menunggu elevator. Kali ini elevator berhenti lebih cepat dan tak ada seorangpun sehingga ia langsung masuk ke dalam  serta menekan tombol, kemudian pintu tertutup.

Ketika berada sendirian di dalam elevator, ia merasa seolah kembali ke dunianya. Elevator itu mengeluarkan suara seraya bergerak turun dan Sasuke menyandarkan tubuhnya sejenak pada besi yang terasa dingin dan keras.

Ketika pintu terbuka, ia berjalan keluar dengan kepala sedikit tertunduk. Ia tak berharap berpapasan dengan siapapun yang dikenalnya dan harus berbasa-basi.

Hanya satu hal yang berada di benaknya sekarang. Ia harus segera pergi ke tempat biasa, menuangkan ide yang telah membanjiri benaknya dalam guratan tinta di atas berlembar-lembar kertas.

.
.

Perempuan muda itu tengah mengelap meja yang baru saja selesai digunakan oleh pelanggan yang berkunjung ketika pintu mendadak terbuka. Ia mengangkat kepalanya sejenak sebelum cepat-cepat berkata sambil menundukkan kepala dengan suara keras, "Selamat datang."

Lelaki berambut hitam dengan tubuh jangkung itu hanya mengangguk seraya berjalan menuju meja kasir. Matanya memperhatikan menu yang tertulis di papan sejenak seraya menunggu perempuan muda yang kini cepat-cepat menyelesaikan kegiatannya serta menuju meja kasir.

"Ice americano tanpa gula?" tanya Sakura, sang pelayan berambut merah muda itu.

Ia berucap secara refleks karena sudah hafal pesanan lelaki muda itu di luar kepala. Namun ketika ia mendapati reaksi keterkejutan yang terpatri jelas di wajah lelaki itu, mendadak ia merasa tidak enak karena sudah bersikap tidak sopan.

"Astaga, maaf," ujar Sakura dengan sedikit berseru. Kepalanya tertunduk tanpa berani menatap lelaki muda itu.

Lelaki bermata hitam itu menatapnya sesaat dan membuat jantungnya berdebar. Ia merasa khawatir, bagaimana kalau lelaki itu merasa marah dan mengeluhkan sikapnya? Ia tak ingin kehilangan pekerjaan saat ini juga.

Di luar dugaan, reaksi lelaki itu tidak seburuk dugaannya. Lelaki itu hanya berkata, "Oh, kau ingat pesananku?"

Diam-diam Sakura menarik napas lega dan ia tersenyum, "Tentu saja. Minuman pesanan anda selalu sama setiap kali berkunjung."

"Kali ini iced americano dan egg sandwich," sahut lelaki muda itu.

Sakura segera menuliskan pesanan di atas nota rangkap dua dengan cepat, kemudian memberikan salah satunya pada lelaki itu.

"Totalnya 700 yen."

Lelaki itu segera mengeluarkan selembar uang bergambar wajah Natsume Soseki dari dompetnya serta berkata, "Simpan kembaliannya untukmu."

Seketika Sakura terkejut dan ia segera menolak, "Tapi kembaliannya 300 yen--"

Ucapan perempuan itu segera terputus ketika sang lawan bicara memotongnya, "Jangan salah paham, aku tak bermaksud menghinamu. Aku hanya sedang tidak ingin menyimpan terlalu banyak uang koin."

Perempuan muda itu merasa canggung. Terkadang di saat tertentu lelaki ini akan menolak menerima kembalian, kebiasaan yang sangat tidak lazim di budaya negeri ini. Umumnya, kebanyakan pelayan merasa terhina ketika seseorang memberikan tips, karena itulah lelaki itu mencoba menjelaskan.

"Aduh, jangan begitu. Rasanya tidak enak. Bagaimana kalau menambah 100 yen lagi untuk untuk segelas iced americano?"

"Tidak."

Sakura masih merasa canggung, namun sesudahnya ia segera menundukkan kepala lebih dalam dan mengucapkan terima kasih sesudahnya. Ia segera merobek rangkap lainnya dengan cepat dan memberikannya pada koki di dapur.

Diam-diam, matanya menatap ke arah kursi di bagian paling pojok, tempat favorit lelaki itu. Entah mengapa, setiap lelaki itu berkunjung pasti akan memilih meja di sudut sebagai tempat duduknya, dengan posisi bersebalah dengan tembok berpelitur kayu.

Kali ini pun lelaki itu mengeluarkan beberapa lembar kertas di atas meja serta mengeluarkan pena, kemudian menulis di sana. Mulanya ia tak memperhatikan lelaki itu, namun karena lelaki itu sering datang dan selalu memesan minuman yang sama serta duduk di tempat yang sama, ditambah dengan sikapnya yang agak unik serta perawakannya yang agak tidak lazim dibandingkan orang Jepang pada umumnya membuatnya mengenali pria itu tanpa sadar.

Rata-rata pria Jepang memiliki tinggi 170 cm atau bahkan kurang, tetapi pria ini tampak lebih jangkung sehingga terlihat mencolok. Namun wajah lelaki itu jelas seperti orang Jepang kebanyakan dengan rambut hitam yang tampak kontras dengan kulit putihnya.

Ia tak begitu peduli dengan para tamu di kissaten (kedai teh sekaligus kedai kopi gaya Jepang yang juga menyajikan hidangan Barat) tempatnya bekerja, tetapi ia mulai bertanya-tanya dengan profesi pria ini. Meski lelaki itu tampak sederhana, ia duga kondisi finansialnya cukup baik.

Terdengar suara peralatan makan yang diletakkan perlahan dan ia mengambil nampan dengan sigap serta meletakkan piring dan gelas berisi kopi ke dalam nampan.

Dengan langkah perlahan, ia membawa nampan berisi hidangan itu. Napasnya sedikit tertahan, ia merasa khawatir akan menjatuhkan isinya tanpa sengaja.

"Permisi, pesanan anda," ucap Sakura untuk menarik atensi sang lelaki. Kemudian ia meletakkan nampan di atas meja dan meletakkan piring berisi sandwich sebelum meletakkan gelas bening berisi iced americano.

"Hn."

Tatapan perempuan berambut merah muda itu tanpa sengaja menatap secarik kertas yang telah terisi seperempatnya. Kata-kata itu menarik dan tampak seperti sebuah cerita.

Apa yang ia ucapkan kemudian membuatnya menyesal. Mulutnya dengan lancang berujar, "Wah, menulis novel?"

Lelaki itu terhenyak sesaat dan pandangannya bergulir pada perempuan berambut merah muda itu. Ia menatap dengan tajam dan membuat perempuan itu terkejut setengah mati.

Seketika Sakura meringis. Mengapa ia mengucapkan hal itu pada pelanggan? Meski tulisan lelaki itu tampak menarik dan secara kebetulan ia menyukai novel, bukan berarti ia boleh bicara sembarangan. Lelaki itu pelanggan, bukan temannya. Seharusnya ia menyadari itu.

Sakura berharap setengah mati agar lelaki itu tidak mendengar ucapannya dengan jelas. Ia segera berkata, "Kalau begitu saya permisi dulu."

"Ya, aku menulis novel," sahut lelaki bertubuh jangkung itu, membuat Sakura terhenyak.

"Uh ... maaf. Saya tidak bermaksud lancang membaca tulisan anda. Kalau bisa, tolong jangan laporkan pada atasan saya" ujar Sakura dengan perasaan sangat bersalah. Nada suaranya memelas dan ia setengah memohon.

Lelaki itu menatap wajah wanita muda yang terlihat sangat memelas. Sedikit rasa iba muncul di benaknya, terlebih suasana hatinya sedang sedikit baik dan tidak biasanya ia tak keberatan berbincang dengan orang asing meski topik yang disukainya sekalipun.

"Kau tertarik dengan tulisanku?"

"Err ... itu ..." Sakura terdiam dan menyentuh belakang kepalanya. Bagaimana ia harus menjawab? Oh Tuhan, mengapa ia tidak berpikir dahulu sebelum  berbicara begini?

"Maaf, sebenarnya saya menyukai novel. Karena berpikir anda sepertinya menyukai hal yang sama, saya refleks berkomentar begitu," jelas Sakura pada lelaki itu.

Lelaki itu masih tak melepaskan pandangannya dan membuat Sakura meneguk ludah karena gugup. Ia merasa khawatir kalau pelanggan datang dan melihatnya berbincang terlalu lama dengan pelanggan lain, terlebih rekannya tidak masuk sehingga hari ini ia sendirian.

"Karya siapa yang kau baca?"

"Uhh ... itu, tidak banyak, sih. Namun baru-baru ini aku membaca Hot Silk. Lalu sesudahnya aku mulai menyukai karya Matsumoto Seicho. Aku menyesal baru mengetahuinya sekarang."

Seulas senyum tipis terpatri di wajah lelaki muda itu, tak mengira bahwa ia menemukan seseorang yang menyukai hal yang sama dengannya.

"Aku juga membaca itu."

Sakura begitu terkejut, tak mengira kesalahannya malah mempertemukannya dengan seseorang yang juga memiliki selera yang sama.

"Err ... kalau boleh tahu, siapa namamu?"

Lelaki muda itu terdiam beberapa detik. Haruskah ia menyebutkan nama aslinya? Ia hampir membuka mulut untuk menyebutkan nama aslinya sebelum mendadak teringat akan pekerjaannya semalam.

"Namaku Keisuke," sahut lelaki itu seraya menatap sang lawan bicara dengan tatapan yang tampak meyakinkan.

"Aku Sakura. Senang bertemu denganmu, Keisuke."

Perempuan itu tersenyum ramah, tak mengira bahwa perkenalannya dengan lelaki itu merupakan awal mula dari relasi mereka.

-TBC-

----------
Author's Note :

----------
Sebetulnya karya ini tidak sepenuhnya didasari pada kondisi nyata di Jepang pada tahun 80-an meski saya sedikit googling untuk beberapa hal, misalnya novel yang ada pada tahun tersebut maupun teknologi yang ada.

Namun mengenai aturan yang melarang polisi membasa senjata api, saya mendapat refrensi dari salah satu drama mengenai polisi yang pernah saya tonton beberapa tahun lalu. Di karya ini, kemungkinan besar akan ada plot hole maupun inkonsistensi karakter.

Oh ya, saat ini juga sedang diadakan kontes fanfiksi. Berikut ini informasinya :

EVENT SASUSAKU

APRIL : BACK TO THE PAST

_________________

KETENTUAN KATEGORI FANFIKSI:

° Karya dipublikasikan melaui platform Wattpad.

° Rated K-M

° Genre bebas

° Publikasi karya dalam rentang waktu 1 s/d 31 Mei 2020.

° Karakter utama merupakan SasuSaku(Sara), penggunaan alternative pair hanya sebagai slight.

° Mencantumkan disclaimer.

° Panjang jumlah kata adalah minimal 2k words. oneshot ataupun multi chapter diperbolehkan namun diwajibkan selesai dalam periode pengumpulan karya.

° Setting diperbolehkan AU maupun canon.

° Cerita sesuai dengan tema yang telah ditentukan, serta menggunakan salah satu kata di bawah sebagai berikut:

— Anggara

— Barakat

— Binara

— Bedegap

— Berik

— Cicik

— Derana

— Dukan

— Embara

— Gerha

— Hantai

— Inca

— Jebah

— Kapar

— Kunarpa

— Lengit

— Manikam

— Meloka

— Mengapikan

— Muas

— Nyalar

— Overste

— Paduk

— Pengeng

— Pusu

— Rampuh

— Sampu

— Susung

— Telebang

— Tetibar

— Uai

— Uba

— Wolanda

— Yaksa

— Zendeling

* peserta dapat menggunakan KBBI untuk keterangan lebih lanjut.

° Karya diperbolehkan AU maupun canon.

KETENTUAN KATEGORI FANART:

° Kontestan mengirim karya melalui panitia melalui email.

° Bertemakan masa lalu

° Memenuhi ketentuan dalam rentang waktu yang telah ditetapkan.

° Karya merupakan orisinil, dilarang plagiat/tracing dalam bentuk apapun. Bagi gambar redraw atau memakai referensi pose dari pihak lain, kontestan harus memberi keterangan.

KETENTUAN PENGIRIMAN KARYA :

#Untuk Kategori Fanfik :

° Kontestan mengirimkan karya pada platform Wattpad dengan mencantumkan hastag : #SasuSakuEvent #AprilBackToThePast  pada bagian summary

° Mengirim karya dengan menandai penyelenggara event, yaitu:

-Ria Isn't Jellyfish (@_prominensa)

-Yue Aoi (@Yue_aoi)

-Wulan Octafiani (@vendeus)

° Kontestan dapat mengirimkan karya sebanyak-banyaknya sebelum rentan waktu yang telah ditentukan, termasuk untuk kategori multi chapter.

#Untuk Kategori Fanart :

° Kontestan mengirimkan karya dengan melalui email pada alamat [email protected] dengan format sebagai berikut,

Subjek : Event SasuSaku April Back To The Past

(Nama Pena)

#(judul jika ada)

KETERANGAN:

— Kontestan mengikutsertakan karya dengan memenuhi setiap ketentuan dalam rentang waktu yang telah ditetapkan.

— Akan dipilih 1 pemenang beruntung di setiap kategori.

— Pengumuman pemenang pada tanggal 20 Juni 2020.

REWARD:

1 buah doujin SasuSaku atau merchandise SasuSaku untuk masing-masing kategori bagi pemenang yang beruntung.

Hadiah merupakan donatur dari @Uchihamelia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro