Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

EXTRA PART I : Rafael - Past And Present

"Karena itu, will you marry me, Angeline not Stevano anymore?"

Rafael tersenyum ketika mengatakannya. Keyakinannya naik bersamaan dengan senyuman Angeline yang ia sunggingkan bersamaan dengan raut wajah tidak percaya.

Rafael yakin, Angel akan menerimanya. Dan lelaki itu tidak akan melepaskan cintanya lagi.

"Katakan iya, please," bujuk Rafael. Mata hazelnya menatap Angel penuh permohonan sementara bibirnya seakan menunjukkan senyum keyakinan yang kentara.

"Aku, tentu saja aku ma--" nada-nada riang Angeline berhenti begitu saja bersamaan dengan senyumannya yang menghilang dalam waktu beberapa detik saja. Rafael merengut, ada yang tidak beres disini.

Keyakinan akan terdapatnya hal yang tidak beres itu semakin bertambah seiring pandangan yang Angel buang darinya.

"Angel," panggil Rafael yang membuat Angel menatapnya nyalang. Tatapan kosong gadis itu membuat Rafael menatapnya tidak mengerti, dan airmata yang tiba-tiba keluar dari mata Angel membuat Rafael seketika panik tanpa bisa ia kendalikan lagi.

"Jika aku bersamamu. Bagaimana dengan Javier, El?"

Apa?

Sebilah pisau tak kasat mata terasa menghunjam dada Rafael begitu lelaki itu mendengarnya. Namun tak sampai disitu, karena Angel kembali mengeluarkan perkataan yang sanggup membuat tubuh Rafael menegang.

Untuk apa Angel memikirkan Lelaki sialan itu? Pikir Rafael dengan kekalutan yang sudah di atas ubun-ubun.

"Jika aku menerimamu sekarang.. Apa yang akan dia lakukan? Bersedih atas itu, atau berpura-pura tersenyum untuk senyumanku? Apa yang akan Javier rasakan, El? Apa?" isak Angel sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Aku... Aku tidak bisa mengorbankan Javier lagi. Aku tidak bisa mengabaikan perasaannya setelah aku mengetahui seperti apa sosok Javier yang sebenarnya."

"Kasih sayangnya tulus.. Sangat tulus.. Bagaimana mungkin aku bisa mengabaikannya?" suara Angel agak teredam oleh tangan yang menutupi wajahnya. Rafael hanya bisa menatap gadis itu dengan pandangan nanar.

Sementara Rafael terus terdiam memikirkan berbagai kemungkinan dalam kepalanya.

Apa ketakutannya Rafael telah benar-benar menjadi kenyataan saat ini?

Hati manusia, hati Angel, terlalu rapuh untuk dibelokkan dengan kasih sayang dan perhatian yang orang lain berikan. Dan Javier telah memberikan itu semua. Apa sekaranglah saatnya bagi Rafael untuk kalah?

"Angel... Apa kau mencintainya?" tanya Rafael parau. Dan di detik selanjutnya Rafael langsung menyesali tentang apa yang telah keluar dari mulutnya.

Itu kesalahan.

Benar-benar kesalahan.

Karena yang terjadi selanjutnya adalah tangisan Angel menjadi semakin kencang, dan pertanyaan Rafael ternyata adalah pertanyaan yang mampu menyibak perasaan yang selama ini telah coba Angel ingkari. Perasaan yang telah coba Angel tutup sejak lama.. Yang dimulai dari hari dimana Javier tidak hadir di konser musik pertama Angel dulu sekali.

"Maafkan aku," lirih Angel sembari menatap Rafael nanar. Mendengar itu, dada Rafael serasa dipukul godam yang sangat besar.

"Maafkan aku, El.. Aku mencintainya.."

Suara itu, perkataan Angel membuat Rafael bisa mendengar sobekan hatinya jauh di dalam relung dada terdalamnya.

Kau bodoh, El.. Apa yang telah kau lakukan selama ini?!!

Kenapa kau sungguh bodoh! sehingga kebodohanmu membuatnya membuka hati untuk lelaki lain lagi?

Kenapa, El?!

"Aku mencintaimu, tetapi aku tidak bisa mengambil keputusan untuk bisa bersamamu karena aku juga mencintai Javier. Aku tahu, aku menghancurkan janji yang telah aku ucapkan padamu.. Aku--"

"Cukup Angeline, cukup." Rafael memotong ucapan Angel dengan senyumannya yang tidak sampai ke matanya. Rafael hancur, Angel bisa melihatnya.

"Jangan bicara lagi jika itu membuatmu menangis. Jangan berpikir lagi jika itu membuatmu bersedih," ucap Rafael sembari bergerak menutup kotak beludru yang tadinya menunjukkan cincin keluarga Lucero di dalamnya.

Sudah berakhir, El...

"Aku mengatakan lamaranku bukan untuk melihatmu bersedih, apalagi menangis," ujar Rafael lagi sembari mengusap air mata Angel menggunakan salah satu ibu jarinya. Tidak seharusnya Angel menangis, itu tidak boleh.

Rafael mengeratkan gerahamnya di waktu bersamaan. Berusaha menahan geliat marah dan kesedihan yang saat ini sedang ia rasakan.
Mendapat penolakan tentu saja membuat Rafael merasakan rasa sakit yang luar biasa, tetapi melihat gadis yang ia cintai menangis di hadannya, dengan alasan yang bisa Rafael simpulkan karena rasa bersalah atas penolakan yang dia berikan, membuat dada Rafael terasa lebih sakit lagi.

"Jika memang kau mencintainya.." lidah Rafael terasa pahit ketika ia mengucapkan hal ini. "Maka tidak apa-apa. Yang terpenting..." mata Angel memandang Rafael tidak mengerti di saat lelaki itu menarih kotak beludru yang ia pegang ke atas telapak tangan Angeline.

"Yang terpenting aku mencintaimu. Tidak akan ada yang bisa menggantikanmu, dan aku bahagia kau mengetahui apa yang aku rasakan tentangmu."

Angel menggeleng-gelengkan kepalanya sembari berusaha mengembalikan kotak cincin yang Rafael berikan padanya. Namun Rafael menolak, lelaki itu malah menggenggam erat tangan Angel agar gadis itu tidak melepaskan kotak cincin di tangannya.

"El...."

"Tidak masalah jika kau tidak menerimaku lagi," desis Rafael sembari menatap mata Angel lekat.

"Tidak masalah kau memilih bersama lelaki beruntung itu setelah ini." deru napas Rafael terasa menerpa wajah Angel. Membuat Angel menyadari tentang betapa dekatnya wajah mereka sekarang.

"Tetapi tetap simpan cincin ini. Karena tidak akan ada yang berhak menyimpan cincin turunan keluargaku selain Angeline yang aku cintai," bisik Rafael sembari mengecup pelipis Angel dan meninggalkan gadis itu dengan perasaan yang kembali gamang untuk kesekian kali.

***

My Snow calling...

Getaran di ponselnya membuat Rafael yang sedang terfokus dalam rapat yang sedang ia hadari melirik ke atas meja. Ketika matanya membaca siapa yang tengah memanggilnya sekarang, tanpa ba bi bu lagi Rafael segera bangkit dari duduknya tanpa mempedulikan mata-mata yang tengah menatapnya bingung.

"Iya, Angel? Ada apa?" tanya Rafael begitu ia telah keluar dari ruang rapat.

Telah delapan bulan berlalu sejak kejadian penolakan di atas Kapal yang Rafael sumpahi tidak akan pernah ia naiki lagi.

Memang beginilah Rafael, bukannya bergerak menjauh dari Angel mengingat gadis itu telah bersama Javier sekarang, Rafael tetap memilih memperhatikan dan menjaga Angel sama, atau lebih besar dari apa yang pernah Rafael lakukan dahulu. Bahkan tak ayal, dalam satu minggu, bisa dua kali ia pergi ke Barcelona untuk melihat bagaimana Angel-nya. Ralat, Angel-nya Javier.

"Kau dimana?" tanya gadis di seberang telepon yang jika mau dicerna akal, tidak rasional sama sekali. Pasalnya pertanyaan yang diajukan Angel seakan menyiratkan jika mereka sedang berada di kota saja, padahal yang benar, mereka sedang berada di benua yang berbeda. Tapi mendengar nada serak yang terdengar di seberang sambungan sana, membuat Rafael menyadari jika Angelnya sedang tidak baik-baik saja.

"Angel, kau kenapa? Kau sakit?!" tanya Rafael panik. Hal itu membuat isakan terdengar di ujung sambungan.

"Baby? Ada apa? Katakan padaku? Ada apa?!" Rafael berteriak gusar karena hanya isakan Angel yang menjawab pertanyaannya.

Jika saja Rafael bisa berpikir tenang, tentu saja ia bisa menyadari jika Angel sudah cengeng dari sononya, dan mendapati gadis itu tengah menangis saat ini adalah hal yang wajar-wajar saja.

"Kemarilah, El.."

Hanya satu kalimat berisi dua kata, sanggup membuat Rafael lagi-lagi meninggalkan rapat penting bernilai milyaran dollar untuk kesekian kalinya. Lelaki itu bahkan membentak sekretarisnya dan memecatnya tidak tanggung-tanggung, karena menurut Rafael, sekretarisnya telah sangat lancang dan berani menasehatinya untuk tetap tinggal hingga rapat usai.

Ya, anggap saja Rafael gila ketika melakukan itu semua. Karena ketika telah ia sampai di Barcelona, yang Rafael dapati, alasan kenapa Angel menelponnya sembari menangis, adalah lebih dikarenakan masalah kecil Angel saja.

Saat itu Angel sedang merajuk kepada Javier karena tim bola kesukaannya--Barcelona, dikalahkan telak oleh tim favorite Javier dengan skor 5-2. Karena itu dia memghubungi Rafael. Hal yang membuat Rafael bertanya-tanya, sejak kapan Angel suka sepak bola?

Rafael kesal. Sangat kesal.

Tetapi bukan itu yang membuat Rafael kesal sekali.

Dia rela.. Rafael benar-benar rela jika itu menyangkut Angeline, namun pemandangan di hadapannya sekarang benar-benar membuat hati Rafael panas.

Bayangkan, setelah penerbangan berjam-jam, Angel bukan duduk di sampingnya dan menemaninya, tetapi malah duduk di sebelah Javier dengan kepala yang disandarkan pada dada lelaki itu tadi. Dan dengan nada suara mengejeknya, Javier berkata,

"Untuk apa kau kemari? Penerbangan 8 jam mu tentu saja cukup untuk membuat Angel berbaikan denganku lagi," kekehnya senang.

***

Kembali di masa sekarang, Rafael benar-benar teringat dengan pengalaman ngenesnya dimasa lalu ketika putranya--Andres mengatakan keinginan yang pastinya bisa mengingatkan Rafael pada luka lamanya. Atau lebih tepatnya, memang digunakan seseorang untuk mengganggunya. Semua orang pasti sudah bisa menebak siapa orang itu.

"Dad, setelah ini aku ingin naik kapal pesiar. Lalu ke Barcelona! Daddy Javier menyuruhku mencari hati Daddy yang katanya jatuh disana," ucap Andres dengan raut wajah bak warrior. Sangat menyebalkan bagi Rafael.

Rafael menggeram dan menjawab Andres dengan raut wajah yang sudah menggelap. "Ya, nanti.. Setelah roda kapal pesiar kita diganti," sungut Rafael sembari melangkah keluar dari kamar Andres sebal, sementara anak kecil itu sedang berusaha mencerna ucapan Daddynya.

"Dad," panggil Andres lagi ketika Rafael telah sampai di ambang pintu.

"Aku sayang Daddy," ucapan Andres membuat Rafael berbalik sembari tersenyum. Hilang sudah rasa sebal dalam hatinya. Andres memang putranya, walaupun Javier menularinya dengan virus sablengnya, Andres tetaplah putra yang menyayanginya.

"Karena itu, ayo cepat kita cari hati Daddy yang jatuh!" Brukk!!

Perkataan Andres sukses membuat Rafael yang pada awalnya terbang ke awang-awang menjadi tersungkur ke jurang. Dan itu juga cukup membuat Rafael bisa mengambil kesimpulan, jika terdapat tiga hal yang pantas ia nobatkan sebagai mimpi buruk dalam kehidupan indahnya..

Satu, kapal pesiar.

Dua, Barcelona.

Dan Tiga, Javier Leonidas--sesosok Zombie yang telah memakan otak putranya--Andres Evander Lucero.

Dan Rafael hanya bisa berdoa, semoga Andres tidak semakin menyebalkan seiring bertambahnya usianya.

------------------------------------------------------

Terimakasih sudah membaca 😄

Btw, baca dan masukin workku yang baru Drowning ke perpus dan reading list kalian dong.. 😆😆

Daasa97
(22 November 2016)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro