Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Temporary Fix

"Bagaimana kalau konferensi persmu digelar bersamaan dengan ulang tahun Stevano.inc saja, Angel?" ucap Jason ketika acara makan pagi mereka keesokan harinya.

Angel hanya memutar bola mata ketika mendengar ucapan ayahnya. Sementara tangannya bergerak untuk mengambil sepotong roti dan mengoleskannya dengan selai strawberry banyak-banyak.

"Sepertinya itu ide yang bagus, Dad...," celetuk Evan karena adiknya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan menjawab.

Makan pagi kali ini lebih didominasi oleh kesunyian, Ariana yang biasa banyak berkomentar dan berpesan tentang apapun pada putrinya hanya menyendokkan sarapannya tanpa suara, sedangkan Evan sendiri lebih memilih duduk diam dan tidak menyapa adiknya seperti yang biasa ia lakukan. Hal itu semakin membuat keduanya terlihat tengah melakukan kerjasama untuk mendiamkan Angel.

Berbanding terbalik dengan Mandy, Jason dan Javier yang sedari tadi berusaha membawa Angel ke dalam pembicaraan tetapi malah didiamkan oleh gadis itu. Entahlah... Pagi yang aneh.

"Dan bagaimana jika kita menggunakan kesempatan itu juga untuk mengumumkan perjodohan antara Angel dan Rafael pada publik...." ucapan Mandy yang terdengar menggiurkan di telinga Angel membuat gadis itu mengangkat wajah yang kini mulai terhiasi oleh senyuman manisnya.

"Benar juga.. Aku akan mengabari Mr. Lucero nanti...," tanggap Jason setelah melihat perubahan raut wajah putrinya yang memperjelas jika putrinya sangat menyukai ucapan neneknya. Well... apapun bisa dilakukan seorang ayah agar putri kecilnya senang, bukan?

"Kenapa kita tidak menggunakan kesempatan itu untuk mengumumkan rencana pernikahan Angel dan aku saja, Uncle?" tanya Javier yang membuat Angel menatapnya horror.

What the heck?! Apa katanya?!

"Hei! Kau kira aku akan membiarkan adikku menikah dengan mikroba sepertimu?" Sahut Evan kesal sembari melayangkan tatapan mautnya pada Javier. Javier yang tengah duduk di sebelahnya terkekeh pelan ketika menerima tatapan Evan.

"Aww... Maaf...," ucap Javier dengan cengiran khasnya,

"Aku kira kau sudah tidak mempedulikan Angel lagi melihat sedari tadi kau belum menyapa Angel sama sekali." Triple Shit!! Ingin rasanya Evan melempar kuah sop di hadapannya ke wajah Javier yang telah sukses melancarkan sindirannya. Evan tidak tahu, Javier ini termasuk kategori bodoh atau masa bodoh? Demi Tuhan! Apakah Javier tidak menyadari jika keterdiaman Evan pada Angel sejak tadi malam tidak lain hanya untuk membuat adiknya itu berpikir? Berpikir apakah tindakannya sudah benar atau belum?!

"Kau benar-benar mikroba tidak berotak!" ucap Evan dengan kekesalan yang sangat kentara dalam suaranya,

"Apakah kau yakin sudah membedah tubuh mikroba untuk membuktikan mikroba itu mempunyai otak atau tidak? Jangan mengatakan seuatu tanpa diserati bukti ilmiah yang nyata," debat Javier sembari terus memakan makanannya dengan tenang.

"Kau benar-benar menyebalkan!"

"Uncle, apakah kau yakin akan menyerahkan perusahaan untuk dikelola orang bodoh seperti Evan?" tanya Javier pada Jason yang membuat Jason mengangkat sebelah alisnya, Javier memang sengaja tidak merespon ucapan Evan.

Sedangkan Mandy dan Ariana sendiri mulai tidak kuasa menahan tawa mendengar perdebatan yang terjadi di dekatnya. Sungguh! Evan dan Javier terlihat seperti anak TK tiap kali mereka bersama!

"Jangan memanggil kakakku bodoh! Atau isi gelasku akan beralih tumpah ke wajahmu," Ancam Angel sembari mengangkat gelas berisi susu di tangannya.

Javier sudah akan menjawab perkataan Angel ketika sebuah suara dibarengi dengan ketukan tongkat di lantai mulai terdengar, "Siapa yang mengatakan cucuku bodoh? Aha!! Pasti cucu Lucas Leonidas ini, bukan?" tanya Justin yang terlihat baru muncul di ruang makan.

"Dia berkata ingin menikahi Angel, Grandpa...," adu Evan, hal itu membuat Justin yang sedang melangkah ke arah kursinya berhenti dan lebih memilih melayangkan tatapan sangarnya pada Javier.

"Langkahi dulu mayatku, anak muda," Ucapnya dengan nada kesal.

Javier tersenyum jahil sembari menatap kakek Angel dari atas kebawah dengan tatapan menilainya, "Itu mudah Grandpa... Melihatmu sudah sangat tua sekarang... Aku pasti akan segera bisa melakukannya."

"JAVIER!!!" pekik Angel dan Evan bersamanaan. Pekikan keduanya membuat Javier tercengang karena kagum akan kekompakan Angel dan Evan dalam mengeluarkan suaranya. Hebatt!!

Baru setelah itu Javier mulai terkekeh pelan tanpa mempedulikan pandangan mematikan berbodong-bondong di terima terarahkan padanya.

Well, paling tidak dengan begini ia tidak akan melihat Angel murung sepanjang hari hanya karena Evan tidak mau menyapanya sama sekali. Pikir Javier di kepalanya.

Dan senyuman Javier semakin melebar ketika di detik selanjutnya, suasana meja makan keluarga Stevano benar-benar diramaikan oleh percakapan tidak penting seperti biasanya, dan yang paling penting. Malaikatnya tersenyum lebar. Itu sudah cukup untuknya.

***

"Jelaskan, El..." ucap Abigail ketika dirinya dan Rafael telah duduk manis di dalam sebuah caffe. Rafael telah mengenakan setelan kerjanya, dan Abigail yakin Rafael telah benar-benar berusaha meluangkan sebagian waktu berharganya hanya karena panggilan tidak pentingnya. Hal itu membuat hati Abigail mengembang.

"Kami dijodohkan..." ucap Rafael mengawali penjelasannya. Mata hazel Rafael terus mengamati Abigail yang sekarang tengah menatapnya lekat.

Dan lagi-lagi mata biru Abigail serasa dapat menembus dada Rafael yang membuatnya seolah merasakan rasa sesak dalam dadanya.

"Lalu, kau menerimanya?" tanya Abigail dengan nada seraknya. Rafael menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum menganggukkan kepalanya, dan itu membuat Abigail menghembuskan nafasnya panjang sebelum menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi di belakangnya.

"Kenapa?" tanya Abigail lagi, sedangakan jemari Abigail yang berada di bawah meja terkepal, menahan emosinya.

"Aku tidak bisa melawan orangtuaku." Akhirnya ucapan itu yang keluar dari bibir Rafael yang membuat Abigail terkekeh pelan,

"Hanya itu? Bukan yang lain?" tanyanya penuh tuntutan. Sedangkan Rafael sendiri memilih memejamkan matanya karena dia merasa ucapan Abigail yang penuh dengan nada menuduh memang benar adanya.

Alasan terbesar dia menerima perjodohan ini bukan orangtuanya, tetapi kerena Angel. Malikat kecilnya

"Melihat dari ekspressimu saat ini, sepertinya alasannya bukanlah orangtuamu.." ucap Abigail mengambil kesimpulan, sedangkan Rafael hanya bisa menatap Abigail dengan rasa bersalah yang kental di matanya.

"Aku tidak bisa menolak Angel, Abs..." ucap Rafael jujur. Ya, Rafael merasa harus bekata jujur pada gadis sebaik Abigail, atau ia kan mendapatkan sengatan rasa bersalah yang sangat dalam.

Abigail memejamkan matanya cukup lama sebelum kembali menatap Rafael dengan senyuman di wajahnya, senyuman terpaksa. "Aku sudah tahu itu, El... aku tahu dirimu sebenarnya sangat tidak menginginkan perjodohan ini... hanya rasa ingin melindungimu saja yang membuat kau terus mengikuti alur yang Angel perbuat dengan alasan kau tidak ingin menyakitinya," ucap Abigail dengan nada pelannya.

"Apakah aku masih boleh menunggumu, El? Menunggumu hingga Angel menyadari jika perasaan yang ia rasakan padamu hanya sebatas perasaan semu belaka? Jadi, ketika hal itu terjadi dan Angel sudah selesai dengan segala percobaannya terhadapmu, aku bisa kembali padamu..." pertanyaan Abigail membuat dada Rafael sesak, entah karena apa. Tetapi kemudian lelaki itu kembali mengeluarkan suaranya sembari mengangguk pelan,

"Kau tidak boleh hanya menungguku, Abs... kau juga harus tetap ada di sampingku..." ucap Rafael sembari mengelus pipi Abigail pelan, sedangkan mata hazel Rafael tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari mata biru Abigail.

"Maksudmu? Apa tidak apa-apa seperti itu?" tanya Abigail yang kembali di jawab Rafael dengan anggukannnya.

"Angel berkata ia tidak akan melarangku berhubungan denganmu." Ucapan Rafael membuat Abigail tersenyum lebar, di detik selanjutnya jemari Abigail telah menyentuh jemari Rafael yang tengah menyentuh wajahnya.

"Kau tahu El... itu membuatku yakin jika Angel sebenarnya hanya ingin bereksperimen denganmu..." ucap Abigail dengan senyuman manisnya.

"Karena jika dia benar-benar mencintaimu... mana mungkin dia akan membiarkanmu berhubungan dengan wanita lain? Sedangkan dirimu sudah sangat jelas dijodohkan dengannya..." ucap Abigal yang membuat Rafael tersenyum miring,

"Begitu?" Abigail mengangguk mantap menanggapi pertanyaan Rafael.

"Aku juga wanita... jadi aku tahu itu..." ucap Abigail meyakinkan.

"Ahhhh... sepertinya yang perlu kita lakukan hanya menunggu saja..." tambah Abigail lagi dengan wajah lega yang semakin nampak di wajahnya.

Rafael tersenyum miring sebelum mengucapkan apa yang dipikirkan kepalanya, "Kenapa kau sama sekali tidak marah padaku mendengar kabar ini, Abs?" tanya Rafael yang membuat Abigail terkekeh pelan,

"Aku percaya padamu. Lantas untuk apa aku marah padamu?" jawab Abigail dengan kekehan renyahnya.

"Apalagi kau telah mengorbankan waktu kerjamu hanya untuk bertemu denganku. Melihat betapa sibuknya dirimu... bukankah itu membuktikan jika kau benar-benar mencintaiku?" tambah Abigail lagi. Tetapi kali ini perkataan Abigail membuat dada Rafael dipenuhi perasaan yang bergejolak.

Getaran ponsel rafael di kantong jasnya membuat lelaki itu melepaskan pegangannya dari wajah Abigail dan mengeluarkan ponselnya dari saku.

From: Snow~

Aku ada di kantormu Kau dimana? 😭😭

Pesan yang masuk ke ponselnya membuat Rafael menatap Abigail dengan pandangan bersalahnya, ia benar-benar harus kembali ke kantor sekarang.

"Panggilan dari kantor?" tanya Abigail yang membuat Rafael menganggukkan kepalanya. Tidak salah bukan? Angel sedang di kantor dan itu berarti yang diterima Rafael adalah panggilan dari kantor.

"Mau kuantar lebih dulu?" ucapan Rafael membuat Abigail tersenyum miring. Itulah Rafael... bukannya langsung mengatakan padanya jika lelaki itu akan mengantarnya, Rafael malah menawarinya terlebih dahulu. Dasar, tidak peka!

"Tidak, aku tahu kau sibuk.." ucap Abigail yang membuat Rafael mencium keningnya cepat.

"Aku pergi dulu... jaga dirimu.." ucap Rafael sebelum lelaki itu melangkah cepat dan menghilang di pintu keluar caffe. Abigail menyesap kopi di hadapannya dengan pelan sembari terus menatap pintu tempat Rafael menghilang. Sepertinya ia benar-benar harus bersabar menghadapi laki-laki seperti Rafael.

Bukankah akan selalu ada pelangi setelah badai? Semoga.

***

Sementara itu Angel tengah bersidekap dengan malas di dalam ruangan Rafael. Menyebalkan! Ia telah pergi pagi-pagi untuk dapat bertemu dengan Rafael, dan disini... di sarang favoritenya, Rafael ternyata tidak ada.

Tadi sekretaris Rafael mengatakan jika Rafael terlambat hari ini, lalu sekretaris wanita dengan dandanan kakunya itu menyuruh Angel masuk ke dalam ruangan Rafael untuk menunggu atasannya di dalam. Dan Angel tahu kenapa sekretaris Rafael menyuruhnya seperti itu, pasti karena dulu Rafael pernah memarahinya karena sekretaris seusia Ariana itu pernah menyuruh Angel menunggu Rafael di sofa tunggu yang terletak di depan ruangan Rafael ketika saat itu Rafael masih mengadakan meetingnya.

From: El 😇

Lima belas menit lagi, okay? 🙉

Pesan yang baru masuk ke ponselnya membuat Angel tersenyum geli. Dasar, El!!

Tetapi sebuah pemikiran yang masuk ke kepala Angel membuat gadis itu kesal sendiri. Pasti Rafael menemui wanita jalang itu sebelum ini?! Dasar wanita perusak hubungan orang!!

Dengan hati yang dongkol akibat pemikirannya sendiri, Angel berjalan menuju jendela besar di ruangan Rafael. Gadis itu menatap gedung-gedung pencakar langit yang menurutnya terlihat sangat sombong, berusaha menandingi ketinggian langit. Kemudian mata Angel begidik ketika melihat titik-titik kecil bergerak jauh di bawah sana yang Angel yakini adalah deretan mobil-mobil yang berlalu lalang.

Apakah Rafael sering melihat pemandangan yang dilihatnya sekarang? tanya Angel pada benaknya sendiri.

Angel kembali melihat jam di tangannya, masih berlalu empat menit dari tenggang waktu masuknya pesan Rafael ke ponselnya. Tetapi kenapa Angel merasa ini sudah sangat lama? Seasyik itukah Rafael dengan Abigail jika memang sekarang lelaki itu tengah bersama dengannya?

Sialan!! Lagi-lagi Angel merasakan sebuah belati menukik tepat di jantungnya.

Memikirkan jika dia tengah mencintai seseorang lelaki tetapi lelaki itu mencintai wanita lain merupakan suatu hal yang menyakitkan. Apalagi wanita yang Rafael pilih pada akhirnya adalah Abigail. Wanita jalang yang sama sekali tidak pantas untuk pangerannya. Itu menyakitkan!

Ponsel di genggaman Angel kembali bergetar karena sebuah pesan yang kembali masuk,

From: El 😇

Angel, kau masih disana, bukan? Sebentar lagi... okay.. 🙈

Apa ini?! Dada Angel tiba-tiba dipenuhi kemarahan yang sangat besar. Apa maksud Rafael ia harus menunggu lebih lama? Pikir Angel dengan kepalanya yang mulai berasap.

Apa Abigail menahannya?

Apa mereka sedang dalam mode tidak menerima gangguan?

Pikiran buruk di kepala Angel semakin gencar saja berdatangan. Menyebalkan!! Awas kau Abigail!!

Dengan langkah kesal pastinya, Angel berjalan dengan tergesa menuju kursi kebesaran Rafael dan mendudukkan dirinya di atasnya. Angel mulai meremas-meras ujung bawah dress birunya sembari bergumam kesal. Sejenak Angel merasakan penyesalan karena dirinya menyadari jika memang dirinyalah yang membuka kesempatan Rafael untuk terus berhubungan dengan Abigail melalui perkataannya.

Apakah ada baiknya Angel turun sendiri untuk menghadapi Abigail? Tanpa harus mendengarkan perkataan Grandmanya?

Tidak Angel, tidak. Ingatlah yang Grandma katakan padamu untuk selalu menjaga kebersihan tanganmu. Kau tidak boleh gegabah.

Mata Angel kemudian menangkap dua buah pigura di atas meja Rafael, satu pigura menampakkan foto Rafael yang tengah memeluk ibunya, Mommy Kimberly. Sedangkan foto dalam pigura yang satu lagi tidak bisa dilihat Angel karena Rafael menelungkupkannya.

Angel tersenyum sembari meraih potret foto Rafael dan ibunya, jujur... Angel benar-benar menyayangi ibu Rafael yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri... Mommy Kimberly begitu baik padanya dan hobby mereka berdua sama. Belanja.

Mungkin jika Mommy Javier juga tinggal disini pasti mereka telah menjadi klub yang kompak menggesekkan kartu debet ke semua toko yang ada. Pikir Angel geli.

Angel sudah akan meraih pigura yang ditelungkupkan itu ketika ia dikejutkan oleh pintu ruangan Rafael tiba-tiba terdorong dengan kasarnya sehingga menyebabkan suara dentuman yang keras.

"El!! Kau mengagetkanku!!" pekik Angel kesal sembari beranjak untuk berdiri dari duduknya dan berjalan kearah Rafael yang tampilannya benar-benar terlihat seperti orang yang telah berlari maraton. Apa seperti ini gaya berpakaian eksekutif masa kini?

"Kau masih disini?" tanya Rafael sembari menyisir rambut pirangnya ke belakang dengan jemarinya.

Angel berdecih tidak suka mendengar pertanyaan Rafael, "Lalu kau pikir aku hantu?" tanya Angel sembari bergerak kedapan Rafael dan berusaha membereskan penampilan Rafael dengan menyimpulkan dasi Rafael dengan benar terlebih dahulu.

Rafael terkekeh mendengar jawaban Angel, tambahan... ia juga tidak bisa menahan kekehannya karena melihat Angel tengah berusaha menyimpulkan dasinya dengan gestur yang terlihat kesusahan dikarenakan tinggi Rafael yang benar-benar jauh dari jangkauan.

"Menunduklah sedikit... aku tidak bisa meraihmu..." keluh Angel dengan bibir mengerucut.

"Bagaimana jika disana saja?" tanya Rafael sembari menunjuk bagian ruangan Rafael yang memiliki undakan. Sebenarnya bukan undakan, tetapi lantai tempat sofa tempat duduk koleganya disaat mereka berkunjung terletak di lantai dengan tinggi sekitar sepuluh centi lebih tinggi dengan lantai lainnya, membuat terdapat satu undakan terlihat ketika mereka harus kesana.

"Apa aku terlambat?" pertanyaan Rafael membuat Angel yang sedang melangkahkan kakinya kembali melirik jam di tangannya,

"Lebih cepat lima menit malah..." jawab Angel,

"Kau darimana?" tanya Angel lagi setelah gadis itu berdiri di lantai yang lebih tinggi dari Rafael. Sekarang lebih mudah bagi Angel untuk membenarkan dari Rafael yang penampilannya telah luar biasa kacau. Apa lelaki ini telah bertarung melawan angin puting beliung sebelum ini?

"Bertemu Abigail." Ucap Rafael jujur. Angel sempat terdiam ketika mendengar penuturan Rafael, kemudian di detik selanjutnya Angel terlihat sama sekali tidak ingin memprotes apapun yang tengah didengarnya. Kenapa memangnya? Toh sekarang Rafael juga sedang bersamanya.

"Masukkan kemejamu." Ucap Angel setelah kegiatannya dengan dasi Rafael selesai.

"Tumben sekali pagi-pagi kau sudah disini?" tanya Rafael yang membuat Angel mengeluarkan desahan tidak sukanya.

"Kak Evan mengambil cuti hari ini..." jelas Angel. Rafael mengerutkan keningnya, then why?

"Itu bukan masalah jika saja di rumah tidak sedang ada Grandpa dan Javier... kau tahu? Itu sama saja dengan melihat perang dunia ketiga sedang terjadi.." ucapan Angel membuat Rafael terkekeh pelan. Masa sih, separah itu?

"Tapi memang Javier yang sering membuat keributan! Dia itu Korea utara!" ucapan Angel selanjutnya membuat kekehan Rafael berhenti,

"Dia menyebalkan?" tanya Rafael dengan senyuman miringnya. Angel mengangguk kencang sebelum melangkahkan kakinya ke arah jendela besar yang tadi dilihatnya.

"Sangat. Tetapi terkadang aku juga berpikir jika Javier tidaklah semenyebalkan itu..." kata Angel dengan kekehan dalam suaranya.

"Tetapi setiap kali aku melihat wajahnya, yang aku pikirkan memang keinginan untuk melemparnya ke Korea Utara." Tambah Angel lagi masih dengan kekehannya.

"Mobilnya terlihat kecil ya.. dari sini.." ucap Rafael sembari melirik ke arah bawah melalui jendela,

"Tentu saja telihat kecil, tempat ini kan tinggi sekali..." ucap Angel sembari menempelkan telapak tangannya ke kaca.

"Dulu mungkin orang berpikir jika mereka tidak mungkin bisa membangun gedung setinggi ini..." ucap Angel, Rafael menoleh ke arahnya sembari memberikan senyuman mendamaikan di wajahnya.

"Tapi ternyata setelah bertahun-tahun setelahnya... gedung seperti ini banyak terdapat di mana-mana, kan..." ucap Rafael menanggapi ucapan Angel,

"Kau benar... karena itu... I won't give up on you, El..." Mata biru Angel menatap Rafael lekat ketika mengatakannya. Dan Rafael dapat menangkap kesungguhan yang besar dalam tatapan Angel.

"Eh?"

"Jika ada orang yang bisa membuat suatu hal yang tidak mungkin menjadi mungkin... aku juga tidak akan menyerah untuk merubah persepsimu yang hanya menganggapku sebagai adikmu, menjadi wanita yang paling kau cintai di hidupmu." Ucap Angel yang membuat Rafael menatapnya dengan tatapan lekatnya.

Rafael menghembuskan nafasnya sebelum membalas ucapan Angel, "Kalau begitu jangan menyerah..." ucap Rafael dengan nada serak dalam suaranya. Dan ucapan Rafael memang berefek untuk membuat Angel tersenyum dan menyurukkan dirinya ke tubuh Rafael untuk memeluknya erat,

"Karena kau yang mengatakannya... aku benar-benar tidak akan pernah menyerah, El... Aku berjanji..." ucap Angel sembari menghirup dalam-dalam aroma parfum rafael yang berbau kayu-kayuan.

Rafael mengepalkan jemarinya erat begitu Angel memeluknya, berusaha menahan segala emosi di dalam benaknya. Dan beberapa saat selanjutnya, Rafael lebih memilih untuk membuka kepalannya untuk mengelus punggung Angel yang kini tertutup oleh rambut panjangnya yang memiliki tekstur lembut seperti rambut bayi.

"Apalagi kau telah mengorbankan waktu kerjamu hanya untuk bertemu denganku. Melihat betapa sibuknya dirimu... bukankah itu membuktikan jika kau benar-benar mencintaiku?" ucapan Abigail yang sebenarnya telah berputar berkali-kali di pikiran Rafael sejak wanita itu mengucapkannya sangat mengganggu Rafael. Apalagi dengan posisinya dan Angel yang seperti ini. Hal itu mau tidak mau semakin membuat benak Rafael bergejolak.

Karena apa?

Tentu saja karena Rafael sangat menyadari akan apa saja yang telah ia korbankan tiap kali Angel hendak bertemu dengannya.

Bukan hanya waktu seperti yang telah dikatakan Abigail padanya tadi, tetapi juga uang milyaran dollar yang tidak jadi ia dapatkan karena Rafael lebih memilih walk out dari rapat kerjasamanya saat itu.

Tetapi kemudian pikiran Rafael menangkap hal lain. Bisa saja itu hanya karena disebabkan cinta seorang kakak kepada adiknya, bukan?

Karena... jika Rafael memang benar-benar mencintai Angel, mana mungkin hatinya bisa terisi oleh Abigail?

Pasti seperti itu. Batin Rafael dalam hati. Lebih tepatnya untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri.

Dan Rafael tidak mau memikirkannya lagi. It's temporary Fix!

------------------------------------------------------

💗Daasa97

(30 Mei 2016)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro