Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35. Fragile Heart

Jika ada orang yang bertanya tentang apa penyesalan terbesar yang pernah Mandy lakukan dalam hidup, maka pemandangan di depannya adalah jawabannya.

Ya, tubuh ringkih Mandy tengah berjuang keras dengan sisa-sisa tenaganya untuk bisa bertahan, lebih tepatnya lagi, dia tengah berjuang keras untuk tetap berdiri tegak, sementara peti mati yang berisi jasad cucunya di masukkan secara perlahan ke dalam liang lahat.

Sesak.

Tidak, rasanya lebih dari itu..

Sakit. Pedih. Nyeri dan semua rasa tidak mengenakkan di dunia berkumpul dalam rongga dada nenek tua yang pasti menjadi orang yang paling terpukul disini. Sementara mata tuanya hanya bisa menatap nanar pada gundukan tanah yang mulai di tumpuk di atas peti mati dengan sangat cepat.

Kenapa kau harus pergi secepat ini, Sayang?

Kenapa kau meninggalkan Grandma?

Mandy menghapus air mata yang tidak kunjung berhenti mengalir, padahal sudah tidak terhitung lagi berapa lama ia menangis. Ya, penyesalan memang akan selalu muncul di belakang. Akan selalu seperti itu. Dan ini salah satu contohnya.

Kenapa Grandma sungguh bodoh? Kenapa Grandma membiarkan saja ketika wanita Jalang itu bergerak menyakitimu? Kenapa dengan bodohnya Grandma menyamakanmu dengan wanita jahannam yang paling Grandma benci? Batin Mandy lagi dengan rasa lelah dan sakit yang tidak tertahankan lagi di dalam dadanya.

Dia menyesal. Mandy benar-benar menyesal.

Jika saja Mandy bisa membuat perjanjian dengan iblis untuk membuat cucunya kembali di sampingnya, sudah pasti ia akan melakukan segala cara untuk membuat hal itu dapat terwujud.

Wanita ini rela, bahkan sangat rela untuk melakukan segala upaya seandainya saja hal itu bisa membuat Angel kembali bersamanya. Bernapas di dekatnya, memanggilnya Grandma dan menganggapnya sebagai satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya.

Mandy rindu itu semua, ia sangat merindukan saat-saat Angel memberitahunya tentang segala yang membuatnya tidak senang, tentang segala yang dia inginkan, dan tentang bagaimana ia mengagumi Rafael hingga bagian hatinya yang terdalam. Mandy sangat rindu itu semua, tetapi sayangnya kejadian seperti itu tidak akan bisa dia dapatkan lagi. Angeline telah pergi.

Cucunya telah pergi akibat kesalahannya.

Kesalahannya tidak termaafkan...

Suasana yang sedang mendung seakan sangat mendukung geliat hati orang-orang yang sedang berduka itu. Pelayat yang terlihat seragam dengan baju hitamnya seakan menambah suasana kelam yang telah menggelayuti hati setiap orang.

Setelah upacara pemakaman itu berakhir, dan beberapa pelayat sudah melangkah pulang. Mandy bergerak untuk berjongkok di sisi makam Angel dengan Javier yang menuntunnya. Sementara di hadapannya, putrinya—Ariana, Jason, Evan, Albert, dan Lucas sedang terlihat berdiri dengan wajah menatap makam di bawah mereka.

"Kenapa kau meninggalkan Grandma secepat ini, Sayang? Seharusnya Grandma yang pergi lebih dulu, bukannya dirimu," isak Mandy sembari membelai pusara cucunya dengan tubuh bergetar.

"Kenapa kau meninggalkan Grandma sendirian? Grandma menyayangimu.. benar-benar menyayangimu.. Kenapa kau tidak memiliki perasaan yang sama pada Grandmamu sehingga kau memilih pergi begitu saja?" isak Mandy lagi dengan tubuh yang semakin melemas tidak berdaya.

Javier dengan sigap menangkap tubuh Mandy dan memapahnya berdiri. Wanita itu sempat berontak, tetapi tidak ada hal lain yang sanggup ia lakukan selain mengikuti pergerakan Javier. Dia sudah benar-benar tidak memiliki tenaga. Tenaganya telah terkuras habis karena rasa kehilangannya yang besar atas cucu kesayangannya. Angeline—malaikat kecilnya.

"Jangan begini, Grandma.. Angel tidak akan senang jika ia melihat kondisi Grandma yang seperti ini," ucap Javier sembari memapah Mandy untuk berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari wilayah pemakaman. Lelaki yang mengenakan kaca mata hitamnya itu memapah jalan Mandy dengan hati-hati.

"Angel sangat menyayangi Grandma.. itu yang harus selalu Grandma ingat. Karena dimanapun dia berada sekarang, yang akan selalu ia pikirkan adalah apakah kondisi Grandmanya baik-baik saja? Apakah Grandmanya selalu bahagia? dan apakah Grandmanya menyayanginya sebesar ia menyayangi Grandma..." bujuk Javier yang membuat langkah Mandy terhenti.

Menyakitkan.

Wanita itu memandang kosong ke depan seusai ucapan Javier terucap. Hatinya meringis sakit membayangkan apakah perkataan Javier memang benar atau tidak.

Benarkah itu, Sayang?

Apakah kau masih bisa menyayangi Grandma? Sedangkan, dari atas sana kau bisa melihat apa yang telah Grandma lakukan? Ringis Mandy untuk yang kesekian kali.

"Aku juga sangat kehilangan dia, Grandma.. Uncle Jason dan Aunty Ariana juga. Tetapi kami berusaha menekan emosi kami karena kami yakin, Angel tidak akan suka melihatnya," Javier terus membujuk Mandy sambil sesekali melihat keluarga Stevano yang lain yang kali ini tengah berjalan ke arahnya. Javier tidak menampik, mungkin yang berada di balik kacamata hitam Jason sekarang bukanlah sorot mata kesedihan, tetapi lebih mengarah pada sorot mata amarah. Javier yakin Unclenya hanya menganggap respon Mandy saat ini hanyalah bagian dari actingnya saja.

Berbeda dengan apa yang Javier rasakan. Mandy terlihat tulus.. sangat tulus, hingga membuat Javier sempat tidak mempercayai jika yang terjadi sebelum ini adalah hasil dari konspirasi Mandy.

Dengan tangan terkepal, Mandy menolehkan kepalanya untuk menatap Javier. Matanya bersinar penuh tekad, dan dengan nada suara yang bergetar karena kesedihan yang besar, Mandy mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah Javier pikirkan bisa diucapkan seorang Mandy Jonson.

"Bunuh aku. Karena aku adalah penyebab terbesar atas apa yang terjadi pada cucuku. Aku yang membuat Abigail memiliki kesempatan untuk membunuh cucuku. Karena itu, bunuh aku sekarang." Mandy mencekal tangan Javier keras sebelum melanjutkan perkataannya dengan pandangan menuntut yang lebih terilihat sebagai sorot mata putus asa.

"Aku pengkhianatnya disini. Aku yang telah bekerja sama dengan Abigail. Bunuh aku sekarang.. aku mohon."

"Grandma," Javier tidak bisa berkata apa-apa dan terbebalak tidak percaya melihat Mandy yang tiba-tiba bersimpuh di kakinya. Melihat hal itu, keluarga mereka yang lain segera berlari kecil menghampiri Mandy dan Javier untuk melihat apa yang terjadi.

"Grandma.. Ayo bangun.. Grandma pikir apa yang tengah Grandma laku—"

"Untuk apa aku hidup? Tolong bunuh aku.. karena hanya dengan cara itu aku bisa bertemu dengan cucuku dan meminta maaf padanya." Jason yang baru tiba segera bergerak memapah Mandy masih tidak mau bangkit dari duduk bersimpuhnya.

"Madre.. kami juga merasa kehilangan. Tolong jangan semakin membuat beban di hati kami bertambah melihat Madre yang seperti ini," ucap Ariana dengan nada serak dalam suaranya.

Jujur, wanita itu terlihat sangat kasihan pada ibu angkatnya yang benar-benar terlihat hancur sekarang. Ariana ingin sekali berpikiran jika ini hanya acting Mandy semata. Tetapi sialnya ia tidak bisa.

Mungkin memang benar, hitam tidak selalu hitam. Putih tidak selalu putih. Dunia terlalu rumit untuk sekedar dijabarkan dua warna tadi.

"Kalian hanya merasakan kehilangan.. tapi aku lebih dari itu," Mandy berdiri dan menatap Jason dengan padangan marahnya. Wanita tua itu bisa melihat wajah Jason menegang. Tetapi ia tidak bisa melihat sorot mata yang ditampilkan lelaki itu karena terhalang kaca mata hitam di wajahnya.

Beberapa saat kemudian, Mandy terkekeh mengerikan.

"Jason Austin Stevano. Kau sangat menyayangi putrimu, bukan?" ucap Mandy dengan nada sinis.

"Aku telah membuat nyawa putrimu menghilang. Apa kau tidak mempunyai keinginan untuk membunuhku sekarang?" tambah Mandy lagi dengan postur tubuh yang terkesan memprovokasi.

"Ayo bunuh aku. Matikan aku. Siksa aku hingga aku tidak sanggup bernapas lagi,"

Jason mengepalkan tangannya erat sebelum mengatakan sesuatu pada Evan. "Bawa Grandmamu pulang, ia sudah sangat lelah, pembicaraannya semakin melantur," respon Jason final.

Dan itu membuat pundak Mandy lemas.

Jason tidak akan pernah mengerti. Semua orang tidak akan pernah mengerti.

Karena mereka tidak tahu, dialah yang bertanggung jawab atas semua ini. Terlebih, mereka juga tidak akan pernah tahu, jika satu kata yang Mandy inginkan saat ini, adalah mati.

***

"Dia sangat terpukul, Angel." Perkataan Javier yang terdengar di ujung sambungan telpon membuat Angel menghembuskan napas lelah. Sementara itu tawa kosong terdengar di mulutnya beberapa saat kemudian.

"Hal yang paling aku yakini saat ini, dia sangat bahagia Javier.. dia bahagia jauh di dalam lubuk hatinya," Angel mengatakannya dengan nada perih.

Langkah kaki Angel sekarang memang tengah bergerak memasuki kapal pesiar yang akan membawanya. Bagian bawah dress yang sedang dikenakan Angel bergerak tidak beraturan dikarenakan terpaan angin yang kencang, sementara kaca mata hitam di wajahnya melindungi matanya dari terpaan sinar matahari yang menyengat.

"Dia membenciku, Javier. Grandma membenciku," ujar Angel lagi.

Angel mendengar jika Javier menghembuskan napas berat di ujung sana. Sebelum kemudian nada lelah Javier kembali masuk kedalam gendang telinga Angel. "Dia bahkan tidak mau menyentuh makanannya sejak kemarin Angeline." Penjelasan Javier membuat Angel harus bejuang secara ekstra menahan tangisannya.

"Melihatnya seperti ini, membuatku sangat yakin.. Dia menyayangimu.. Terlepas dari apa yang telah ia lakukan, ia sangat menyayangimu,"

Tidak, Angel. Jangan sampai perkataan Javier membuamu ragu dan kembali. Tidak akan ada alasan yang membuatmu harus kembali..

Tidak ada... Karena Angeline Neiva Stevano sudah tidak ada lagi..

Bahkan actingnya juga tidak akan bisa meluluhkan hatimu lagi..

Kuatkan hatimu, Angel. Tidak lagi, biarkan Grandmamu bahagia dengan caranya sendiri. Tanpa kau harus ada.

"Kumohon jaga dia, Javier." Akhirnya kata-kata itu yang selanjutnya keluar dari bibir Angeline.

"Aku percaya padamu, kau akan bisa menjaga Grandmaku. Tanpa dia tahu, seperti apa yang kau lakukan padaku selama ini," Ucap Angel sembari merapikan untaian rambut yang berantakan tertiup angin.

"Dan terimakasih. Terimakasih telah ada untukku, meskipun tidak ada hal lain selain kesakitan yang pernah aku berikan padamu."

Lagi-lagi, Angel mendengar Javier terkekeh di ujung sambungan. Sebelum lelaki itu kembali berucap.

"Dengan syarat kau jaga dirimu disana, berbahagialah disana. Jangan biarkan dia menyakitimu lagi. Atau aku tidak akan rela dan berakhir dengan menyeretmu kembali," ujar Javier dengan nada bergetarnya. Angel menutup matanya rapat.

"Karena jika kau tidak bahagia, bukankah aku akan sangat rugi? Kau tahu? Memilikimu jauh lebih menyenangkan daripada menjaga nenek tua itu disini," lawak Javier garing. Menggelikan.

Perkataan Javier, pebuatan Javier, dan apa saja yang Angel sadari telah banyak Javier berikan padanya.. membuat Angel tidak bisa menampikkan jika lelaki itu telah sedikit banyak menggetarkan hatinya. Namun tetap saja, Angel tidak bisa. Ia mempunyai seseorang yang lain disini, dan Angel takut jika perasaan yang mulai tumbuh untuk Javier sekarang, tidak lain hanya sebuah cerminan rasa bersalah akibat perbuatan buruknya pada Javier.

Yang kau cintai adalah Rafael, Angel.. Bukan Javier. Hanya Rafael. Dan harus selalu Rafael.

Biarkan dia mendapatkan orang lain yang mencintainya lebih baik...

"Dan ketika aku telah berbahagia, aku harap kau juga merasakan kebahagiaan yang sama, Jav," ucap Angel pelan. Matanya telah tergenangi air mata secara perlahan.

Angel tidak munafik, dia tidak mengelak jika di dalam kepalanya pemikiran akan Javier terus saja berputar.

Bagaimana lelaki itu setelah ini?

Apakah ia masih mencintai dirinya sebesar sebelumnya?

Dan apakah Javier masih bisa tanpanya?

Dan... Apakah Javier tidak terluka?

Pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah terlintas di kepala Angel berputar-putar tanpa mau hilang. Angel berjalan menuju dek kapal, dan mendapati Rafael tengah berjalan ke arahnya dengan senyuman menghiasi wajah lelahnya.

"Cintailah wanita yang bisa mencintaimu sama besarnya, Jav. Carilah wanita yang kau pikir kau bisa menghabiskan hidup dengan bahagia bersamanya," ujar Angel yang diiringi jantung yang mulai berdetak kencang. Angel menyentuh dadanya, kenapa terasa sakit?

"Untuk apa? Toh, ketika aku telah menemukannya.. itu percuma saja. Karena hanya Angeline yang bisa aku cintai hingga sebesar ini." Angel tersenyum miris mendengar nada canda yang dikeluarkan Javier ketika mengucapkan perkataannya. Hal inilah yang sering membuatnya mengira Javier hanya menggoda dan tidak serius dengan segala ucapan yang telah ia lontarkan. Belakangan ini barulah Angel menyadari, inilah gaya Javier.

"Kita akan berlayar sebentar lagi," bisik Rafael sembari mengecup pipi Angel. Lelaki itu telah sampai di belakang Angel dan melingkarkan pelukannya dari belakang.

Angel tersenyum sembari menoleh ke belakang untuk mencium rahang Rafael sekilas.

"Jangan terlalu pesimis, Jav.. Aku yakin kau akan melupakanku begitu saja ketika kau telah menemukan sosok yang aku sebutkan," ucap Angel lagi pada ponselnya. Angel bisa merasakan jika pelukan Rafael di pinggangnya semakin erat.

"Loudspeaker, Baby," bisik Rafael lagi. Angel sempat memutar bola matanya mendengar perintah Rafael, tetapi tak ayal ia melakukan perintah Rafael juga.

"Jangan membuatku memiliki keinginan untuk menculikmu karena ucapan ngawurmu, Angel! Hanya dirimu, tidak jika itu bukan Angel!" sungut Javier.

Angel sudah akan menjawab jika seandainya Rafael tidak memutuskan sambungan Javier dengan sekali sautan.

"El!"

"Aku tidak suka kata-katanya. Terlalu alay," ujar Rafael bersamaan dengan pekikan kaget Angel karena pria bermata hazel itu melemparkan ponselnya ke laut.

"Dia pikir dia siapa? Mengatakan rayuan receh seperti itu pada calon istriku!" sungut Rafael kesal. Angel mengelus dada melihat kelakuan Rafael yang semakin absurd.

"Seperti kau tidak tahu saja bagaimana Javier itu,"

"Aku akan menggigit hidungmu jika kau mengatakan satu saja kalimat yang mengandung nama Javier!" ancam Rafael. Angel berdecih kesal.

"Kau semakin lama semakin mirip anjing saja. Suka menggigit," ejek Angel. Rafael mengangkat bahunya tidak peduli. Sebelum kemudian lelaki itu menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Angeline.

"Aku hanya takut,"

"Takut apa lagi?!" suara Angel naik satu oktaf. Dalam beberapa waktu terakhir ia telah mendengar Rafael mengatakan hal itu berkali-kali.

"Every human have a fragile heart. Baik itu kau, aku dan semua orang. Hati itu tidak pasti, kadang mengarah ke kanan, kadang ke kiri. Aku hanya takut kau berpaling dan menyadari jika hati yang kau miliki bukan mengarah padaku lagi."

Angel akhirnya membalik tubuhnya dan mengalungkan tangannya di leher Rafael. Gadis itu tersenyum menenangkan, sembari menelusuri pahatan wajah Rafael dengan matanya.

"Harusnya aku yang takut, El," ucap Angel dengan nada tenangnya.

"Siapa aku sekarang? Bersama dengaku tidak akan bisa membuatmu diuntungkan sama sekali," perkataan Angel membuat Rafael bingung.

"Jika dulu, ketika aku masih Angeline Neiva Stevano, si pianist berbakat, putri bungsu Jason Stevano.. Kau bisa membuatku menjadi sesuatu yang bisa kau banggakan di hadapan publik. Aku bisa melengkapi namamu yang memang telah bersinar dengan karirmu. Tapi sekarang, aku hanya gadis biasa. Kau tidak akan bisa menggunakanku sebagai kebanggaanmu," tutur Angel panjang lebar.

"Aku bukan bidadari di mata publik lagi. Bidadari bernama Angeline Neiva Stevano sudah mati. Kau tidak bisa mendapatkan keuntungan dengan bersamaku saat ini."

Rafael segera merengkuh Angel kedalam pelukannya.

Tidak mendapatkan keuntungan?

Angeline salah, dengan mendapatkannya, Rafael bahkan telah merasa ia tidak membutukan yang lain lagi. Malah, dengan posisi Angel saat ini, bukankah Rafael yang paling diuntungkan? Saingannya untuk mempertahankan Angel tinggal tersisa Javier saja. Sedangkan lelaki-lelaki bodoh diluar? Mereka telah menganggap Angel-nya tiada. Lima - kosong, untuk kemenangan Rafael.

"Aku lebih suka gadis biasa daripada sosok bidadarimu yang sebelumnya," kekeh Rafael geli. Hal yang aneh bagi Angel karena ia tidak bisa memikirkan sebab kenapa Rafael bisa terkekeh seperti ini.

"Jadi, Angel.. Kau telah mengatakan jika kau akan melakukan apapun yang aku mau, asal aku mengatakan aku mencintaimu,"

"Nah, sekarang aku ingin kau melakukan sesuatu... Don't go and break my fragile heart.. Sekalipun saja, jangan pernah berpikir untuk melakukannya. Karena aku tidak akan membiarkannya."

Kapal itu mulai berjalan, dan bersamaan dengan itu, Rafael mengeluarkan kotak beludru berwarna putih dari saku jasnya. Itu membuat Angel terkesiap, dan Angel semakin tidak percaya lagi melihat Rafael membuka kotak yang ketika dibuka menampilkan sebuah cincin bermata zamrud di hadapannya.

Apa mungkin...

"Karena itu, will you marry me, Angeline not Stevano anymore?" ucap Rafael sembari tersenyum geli kertika melihat Angel sedang  menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

Karena, siapa yang pernah menyangka? Rafael akan melamar Angel di atas Kapal pesiar yang baru mulai berlayar? Hal yang membuat Angel tidak bisa mengkategorikan Rafael sebagai orang yang romantis, atau malah... Ajaib? Mungkin.

------------------------------------------------------

Daasa97
Find Me On IG :
Dyah_ayu28
(17 November 2016)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro