Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27. Closer

"Kau tidak perlu mendengarkan ucapan Mommymu! Setanpun tahu jika yang kau cintai adalah Rafael! Putriku sangat bodoh ketika mengatakan hal tidak jelas seperti itu padamu!"

Angeline tidak menggubris ucapan Grandmanya yang menggebu-gebu. Gadis itu hanya terdiam duduk di atas ranjangnya dengan kedua kaki bergelantungan, sementara mata birunya menerawang pada sesuatu yang jauh. Melihat itu Mandy segera duduk di samping cucunya dengan tangan keriput yang bergerak meraih tangan Angeline.

"Sayang.. sudahlah, jangan dipikirkan.. apapun alasannya, ibumu tidak boleh berkata ancaman yang seperti itu padamu... kau cucu grandma yang sangat cantik, sudah seharusnya kau mendapat apa yang kau mau.. bukan mendapat orang yang mau denganmu.." bujuk Mandy sembari meremas tangan Angel, memberi kekuatan. Sementara mata nenek tua itu terus menatap wajah Angeline yang tentu saja dapat mengingatkan semua orang akan sosok Alexa Stevano, mendiang istri dari Justin Stevano. Angel memang benar-benar terlihat sebagai duplikat Alexa tanpa cela. Kecuali sikapnya.

"Tapi aku yakin Mommy melakukan itu bukan untuk menghancurkanku, Grandma... Mommy melakukannya karena dia sangat menyayangiku, dan karena Mommy menganggap Javier adalah hal paling baik untukku, dia memutuskan jika bersama Javierlah tempatku untuk berhenti dan bahagia," respon Angel setelah sekian lama. Mata biru Angel menatap wajah Mandy penuh dengan rasa lelah yang nyata, dan yang bisa wanita tua itu lakukan hanyalah membelai wajah itu dengan sayang.

Tidak, seharusnya tidak begini.

"Tapi Grandma tahu kau tidak akan bahagia dengan itu Angel. Tanyakan pada dirimu sendiri, apa kau akan bahagia dengan keputusan yang Ariana ambil. Apa kau benar-benar sanggup melupakan Rafael? Apa kau sangguh mengalihkan hatimu dari Rafael ke Javier?"

Mata biru Angel megeluarkan tatapan tidak yakin, dan ini Mandy gunakan untuk meyakinkan cucunya tentang apa yang menurutnya seharusnya Angel lakukan. Dengan sigap, kedua tangan keriput Mandy telah beralih menangkup pipi Angel. Memastikan jika kali ini cucunya benar-benar menatap dan mendengarkan apa yang dia ucapkan,

"Kau mencintai Rafael, sayang.. Hanya Rafael, bukan Javier... jangan membuat dirimu sulit dengan mengingkari ini. Javier memang mencintaimu, Grandma akui itu. Tapi tidak akan pernah ada kebahagiaan yang sempurna kecuali mendapatkan orang yang sangat kau cintai.. tidak ada...."

Ya, tdak ada... batin Angel dalam hati, kebahagiaannya tidak akan lengkap jika itu bukan Rafael,

"Tapi.. aku tidak pantas untuk Rafael, Grandma.." ucap Angel dengan mata yang menatap Mandy nanar. Bayangan masa lalunya berkelebat di pikiran Angel tentang lelaki tua sialan yang telah menghancurkannya. Membuat seorang Angeline Neiva Stevano menjadi kotor! Angel benci lelaki itu!

Sementara itu Mandy segera merespon perkataan Angel dengan gelengan kepalanya. Huh? Memangnya apa yang sedang Angel katakan?! Lelucon macam apa itu?

"Lalu seperti apa wanita yang pantas untuk Rafael? Seperti apa?" tanya Mandy dengan nada yang mulai tidak sabar.

Seperti apa?

Angel melepaskan pegangan Mandy di wajahnya sebelum bergerak turun dari atas ranjang. Dengan langkah pelan Angel berjalan menuju jendela kamarnya dengan kaki telanjang. Dan Angel tidak terkejut lagi ketika ia menengok dari jendela kamarnya, pemandangan yang Angel dapati adalah Javier yang telah berdiri di balkon kamar samping kamar Angel dengan pandangan mata mengarah pada balkon kamar Angel sendiri. Dasar Javier.

Angel tersenyum miris. Mau tidak mau ia mengakui ucapan Mommynaya yang mengatakan Javier sangat mencintainya tanpa syarat, dan berbeda dengan sebelumnya, dimana Angel akan membiarkan rasa jengkel dan marah melingkupi dirinya begitu ia melihat Javier. Kali ini Angel berusaha mengikhlaskan semuanya dan memaksakan senyum terbit di wajahnya ketika ia menatap Javier.

Bukankah tidak ada ibu yang ingin menjerumuskan anaknya? Paling tidak, hal ini yang akan menjadi pegangan Angel untuk menggapai cinta yang tidak ia harapkan.

Lagipula. Siapa dia hingga mampu mengharapkan Rafael yang ternyata sangat tidak pantas Angel sendiri?

"Aku tidak tau seperti apa wanita yang pantas untuk Rafael, Grandma.. dan aku tidak mau tahu.. yang jelas wanita itu bukan jalang seperti Abigail.." dan bukan wanita kotor sepertiku.. tambah Angel dalam hati,

"Tetapi yang jelas.. aku lelah Grandma.. aku pikir sekarang memang waktu yang tepat untuk aku berhenti... dan jika Mommy berpikir Javier adalah tempat peristirahatan terakhir yang sesuai dan dapat membahagiakanku.. aku akan berusaha menerimanya.. meskipun tidak akan pernah ada cinta yang aku berikan padanya," ucap Angel dengan tangan kanan memegang cincin pertunangan di jari manisnya.

"Karena ini keinginan Mommy.. Aku sudah tidak bisa membuat Mommy khawatir dengan segala yang menyangkut aku dan Rafael. Aku tahu Mommy sudah sangat lelah sekarang.. kurasa Grandma yang paling tahu atas itu" tambah Angel menguatkan hatinya,

Mandy telah berdiri di depan Angel ketika gadis itu telah selesai berkata-kata. Dan pandangan yang sedang Mandy lemparkan saat ini bisa Angel tangkap sebagai pandangan kecewa dan marah. Bisa dimaklumi, karena selama ini memang Grandmanya yang telah sangat keras membantu Angel dalam menggapai mimpi bernama Rafael.

"Sejak kapan hati cucuku menjadi rapuh begini, Angeline!" bentak Grandma Angel yang membuat Angel terlonjak kaget. Grandmanya tidak pernah membentaknya, tidak pernah.

"Grandma.."

"Sejak kapan seorang Angeline Neiva Stevano memiliki hati rapuh yang membuatnya berhenti berusaha mendapat apa yang ia inginkan hanya dikarenakan perasaan orang lain!" sentak Mandy lagi. Angel meremas bagian bawah roknya takut-takut. Mandy benar-benar terlihat marah saat ini, dan itu membuat mata Angel langsung memanas.

"Kejar Rafael jika memang dia yang kau mau! Aku yang akan memastikan kau mendapatkan lelaki plin-plan itu!" sentak Mandy lagi. Angel lebih memilih untuk memejamkan matanya.

"Aku tidak bisa lagi, Grandma.. maafkan aku.. tetapi Angelmu memang telah menyerah kali ini.."

"Angel!!"

"Maafkan aku Grandma.. Maaf telah membuat usahamu selama ini sia-sia.. aku menyayangimu.. sangat menyayangimu.. tapi untuk kali ini aku harus membuktikan jika aku menyadari kasih sayang Mommy padaku. Aku memilih untuk memilih Javier karena Mommy telah memilihnya.. Maafkan aku.."

Angel telah terisak ketika mengucapkan akhir kalimatnya. Membuat Mandy segera meraih Angel kedalam pelukannya sembari mengelus punggungnya. Wanita itu tersenyum miring,

"Kau mulai bodoh, Angel. Dan Grandmamu yang akan mengembalikan kepintaranmu. Kau tidak seharusnya bersikap seperti ini." ucap Mandy dengan pandangan mata menatap Javier di luar dengan kebencian yang kentara.

Sialan! Javier benar-benar sialan!!

***

Rafael ingin sekali membanting ponselnya setelah sambungan telpon yang berkali-kali ia coba berakhir sia-sia. Sialan! Angel benar-benar mengacuhkannya!

Rafael menggeram sembari memandangi berkas-berkas di hadapannya. Tangannya mengepal menyadari jika selama ini Abigail benar-benar telah membodohinya. Wanita itu tidak sepolos kelihatannya, wanita itu benar-benar sialan membuat Rafael meragukan Angel-nya!

Nyatanya, para penabrak itu bisa dikatakan sebagai antek-antek Abigail dalam bisnis malamnya, dan untuk penembak? Huh! Kau bisa mendapatkan orang seperti itu menjadi bawahanmu jika kau menjadi pemilik club malam terbesar, bung! Rafael benar-benar merasa tertipu!

"Masih tidak bisa menghubungi Angel, Rafael?" pertanyaan Abigail membua Rafael mendongakkan kepalanya. Dapat Rafael lihat jika saat ini Abigail telah melenggang ke arahnya dengan dandanannya yang tidak biasa. Atau bisa jadi ini memang dandanan asli wanita itu sendiri.

Gaun berwarna merah menyala dengan bagian punggung terbuka menjadi style Abigail kali ini. Rambut coklatnya yang tergerai lurus saat ini berwarna pirang dengan aksen curly di bagian bawahnya. Dan hal yang paling mencolok dari itu semua.. Rafael tidak melihat mata Angel dalam mata Abigail lagi.. tidak ada warna biru yang selama ini menenangkan dirinya, yang tertinggal hanya warna mata abu-abu dengan pandangan lembut yang dibuat-buat.

"Kau!!" Rafael tidak bisa berkata-kata selain berdiri dan menunjuk Abigail dengan kebencian yang kentara. Di detik kemudian Rafael telah menarik tanggannya dan menumpukannya di atas meja kerja dengan posisi tangan yang mengepal.

"Kenapa, El? Kau terkejut jika kekasihmu bisa menjadi hal yang lebih memukau dengan yang pernah kau lihat selama ini?" tanya Abigail sembari melenggang duduk di sofa ruangan Rafael dengan kaki yang menyilang, memperlihatkan paha putihnya.

"Ah.. Sayang.. disaat CEO dari Bluemoon mengundangku untuk kali pertama ke kantornya, sudah semestinya bukan.. aku berpenampilan dengan sebaik-baiknya?" Abigail tersenyum miring, dan senyuman itu sudah cukup untuk meledakkan kemarahan Rafael.

Rafael salah jika Abigail akan menampakkan dirinya dengan wujudnya selama ini ketika Rafael memintanya datang ke tempat kerjanya dengan alasan ingin membicarakan hal penting dengannya. Abigail tidak sebodoh itu, dia telah memperhitungkan semuanya. Abigail tidak mungkin tetap datang dengan dandanan seperti Angel-rambut coklat dan mata biru tapi dengan penampilan polos bak gembel saat ia tahu Rafael akan menyerukan kebenaran yang ia ketahui di saat yang sama. Semua telah diperhitungkan, dan kejadian sekarang ini termasuk salah satunya.

"Dan bagaimana, El? Bukankah wanita berambut pirang dengan mata abu-abu lebih terlihat menggairahkan dibanding dengan adikmu itu?" tanya Abigail lagi yang langsung membuat Rafael melintasi ruangannya dan mendekati wanita iblis di hadapannya.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan Abs?! Kau sengaja melakukan kerja sama dengan Leonidas untuk membuat Angel menjauh dariku?! Aku tidak pernah mengira jika kau adalah wanita picik macam itu!" bentak Rafael yang membuat Abigail tertawa geli.

Semua sudah jelas dalam pandangan Rafael, yang menutupi semua fakta dari matanya selama ini adalah Leonidas, hal itu termasuk dengan informasi yang diterima Rafael, dimana keluarga Leonidaslah yang telah memberikan beasiswa pada Abigail sehingga wanita iblis ini dapat bersekolah disekolah musik yang sama dengan yang ditempati Rafael dan Angeline. Semua itu bullshit!!

"Kenapa kau berkata seperti itu, El... kau menyakiti hatiku.." ucap Abigail dengan nada suara sedih yang di buat-buat,

"Aku tidak berusaha membuat Angel menjauh darimu.. aku hanya berusaha terlihat olehmu dengan cara menjadi sosok Angel yang kau perhatikan selalu.." ucap Abigail dengan senyum manisnya.

"Dan sekarang aku telah berhasil.. kau telah menatapku, kau mengetahui siapa Abigail itu... aku tidak hanya sekedar menjadi angin lewat bagimu, dan yang terpenting.. aku bisa menjadi pendampingmu walaupun itu sebagai sosok pengganti wanita sialan yang tidak akan pernah lagi mau kembali padamu.."

"Kau gila Abs!!"

"Dan kau baru menyadarinya? Wow! Selamat, El.. Javier melakukan hal yang lebih baik daripada dirimu.." kekeh Abigail. Rafael semakin meledak mendengar semua ucapan Abigail.

"Kalian benar-benar bekerja sama, bukan?!" geram Rafael.

Abigail bangkit dari dudukya, dan dengan jemari yang telah dipasangi kuteks berwarna merah, Abigail mengelus pipi Rafael yang langsung Rafael tepis setelahnya,

"Kami tidak bekerja sama seperti yang kau tuduhkan, El.. kami hanya mengambil kesempatan yang ada di hadapan kami dengan sebaik-baiknya.." jelas Abigail dengan nadanya yang biasa,

"Aku mengambil kesempatan ketika kau masih mengingkari perasaan yang kau punya akan adikmu. Dan Javier mengambil kesempatan ketika ia melihat terdapat peluang di depan matanya untuk mendapat orang yang ia cinta." Abigail tersenyum lagi. Mengabaikan Rafael yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan berapi-api.

"Jika kau mau berpikir, El.. tidak ada yang salah dengan itu.. perjuanganku sampai disisimu juga bukan merupakan perjuangan yang singkat.. kau tahu? selama ini aku telah selalu memperhatikan dirimu, sejak kita bersekolah di sekolah musik yang sama.. tentang apa yang menjadi kesukaanmu, tentang apa yang sangat kau kagumi.. dan semua informasi akan hal itu membuatku mengambil satu kesimpulan; Angeline. Dia yang akan selalu dapat menarik perhatianmu.."

Rafael mendengus,

"Kenapa aku merasa saat ini kau sedang membongkar semua rahasia yang kau miliki? Apa rencanamu selanjutnya?!"

"Rencanaku telah selesai, El.. Kau sudah melihat aku. Dan kau juga telah mengetahui jika aku adalah sosok yang tepat untuk bisa menjadi Angel untukmu.." Abigail menjeda ucapannya, "Kau tahu, El? Aku akan dengan senang hati berubah menjadi sosok Angel jika kau memintanya.. dan aku tahu jika kau memang membutuhkan itu baik cepat atau lambat.."

Rafael bedecih dengan mata hazel yang menatap Abigail jijik, "Kenapa aku harus menggunakanmu disaat aku tau jika aku bisa mendapatkan Angel yang sesungguhnya?" tanya Rafael.

Abigail menggelang-gelengkan kepalanya dengan padangan seolah sedang mengasihani Rafael,

"Terlambat Rafael.. kau sudah sangat terlambat.. karena saat ini, Angel telah memilih Javier. Dia telah lelah denganmu, dan kau tahu itu."

Ucapan Abigail menohok dada Rafael.

Itu memang benar. Angel telah menunjukkan jika dia saat ini telah memilih Javier sialan itu lebih dari dirinya. Dan itu disebabkan Leonidas dan Abigail! Dasar manusia terkutuk!

"Jadi, EL.. tidak ada pilihan lain untukmu mendapatkan sosok Angel selain bersamaku, bukan? Paling tidak aku telah mampu membuatmu berkata jika kau mencintaiku di masa lalu.." ucap Abigail penuh percaya diri.

Rafael mengepalkan telapak tangannya hingga urat-uratnya terlihat. Dia menggeram sebelum mengucapkan pada Abigail perkataan yang mengandung kemarahan yang di sembunyikan di balik nada suaranya,

"Kau dan sekutu sialanmu itu jangan besar kepala dulu. Aku akan pastikan jika aku akan bisa meraih Angel dan menaruhnya di sisiku. Dan tidak akan ada orang... termasuk kau dan Javier sialan itu setelahnya. Pegang kata-kataku." Geram Rafael sembari meningalkan Abigail dengan langkah lebarnya.

Rafael segera masuk ke dalam lift setelah keluar dari ruangannya dengan raut wajah yang bisa menakutkan orang yang melihatnya. Dia benar-benar marah. Rafael sangat marah!

Tetapi sebuah ingatan tampaknya mampu membuat Rafael meredakan sedikit kemarahannya. Dia masih memilki kesempatan.

"Bagaimana jika aku mencintaimu?" tanya Rafael pada saat itu,

"Maka aku akan meninggalkan semua yang aku punya hanya untuk bersamamu, El.. dan aku akan melakukan apapun yang kau mau.." itu benar, Angel mengatakan hal seperti itu padanya.

"Kau berjanji?"

Dan bagian terpentingnya adalah Rafael mengingat apa respon yang Angel berikan padanya. Gadis itu meangguk, dan perkataan yang dia ucapkan masih sangat Rafael ingat jelas, "Iya, aku berjanji..".

Sekeluarnya dari lift, langkah Rafael berhenti di lobby kantor. Pria itu mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan pada seseorang sebelum kembali melangkah dengan tegap keluar dari kantornya. Kali ini dengan keyakinan kuat.. Angeline akan kembali padanya!

To : Snow~

Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu.

Sekarang... tepati 'janji'mu.

***

Abigail masuk kedalam mobilnya dengan senyuman yang terus terukir di wajahnya. Senyum puas dan bahagia.

Sebelum melajukan mobilnya, Abigail meraih ponselnya terlebih dahulu dan mendial seseorang yang ia yakini akan sangat suka dengan hasil yang ia dapatkan hari ini.

"Seperti yang kau inginkan. Dan aku hanya memilki satu tugas terakhir sekarang. Dan dia akan hancur."

Abigail menutup panggilannya dengan senyum yang semakin terukir lebar. Iya, dia akan akan hancur.

Anak manja itu akan hancur. Dan itu tidak lama dari sekarang.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Numpang promosi juga ya... Vapor punya greek-lady tersayang.. wkwkw

Daasa97

(21 Oktober 2016)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro