24. Run And Hide
Rafael tidak mempercayai ia bisa disini, di tengah ballroom sebuah hotel mewah dengan banyak pengusaha-pengusaha dan orang-orang penting yang mengenakan pakaian mahal mereka. Sebenarnya situasi seperti itu sudah sering dirasakan Rafael, kecuali situasi dimana acara yang dihadirinya kali ini adalah pertunangan Angeline Neiva Stevano. Sial.
Mata hazel Rafael mendapati sosok Angel yang saat ini sedang bergelayut manja pada lengan Javier, dan itu sukses membuat Rafael merasa jika ini semua hanya mimpi, pasalnya tidak mungkin seorang Angel bertingkah demikian. Angel mungkin memang selalu bertingkah manja seperti itu jika ada kesempatan, tapi itu hanya kepadanya.. bukan kepada Javier maupun lelaki lain. Itu benar-benar membuat benak Rafael panas.
Langsung saja Rafael menghampiri pasangan itu dengan langkah cepatnya, dan semakin ia mendekati Angeline, ia benar-benar merasa kesal melihat Angel yang sangat cantik dengan gaun berwarna peachnya harus bersisian dengan lelaki menyebalkan bernama Javier, bukan dirinya.
"Angel.." Panggil Rafael yang membuat gadis bermata biru itu menoleh, tetapi yang dilakukan Angel hanya tersenyum miring sembari mengangkat alisnya, bukan menghampirinya seperti biasa atau paling tidak bergelayut pada lengannya.
"Ah... Iya, Raf? Senang melihatmu datang.." ucap Angel dengan nada datar dan senyuman profesionalnya. Itu membuat dahi Rafael mengerut melihat hal yang sama sekali tidak biasa ini, dan sungguh, Rafael merasakan emosi mulai terkumpul di kepalanya mendengar dengan panggilan apa Angeline memanggilnya,
"Kau tidak ingin berdansa bersamaku?" tanya Rafael berusaha mengabaikan segalanya. Tidak mungkin ia mengatakan semua hal yang mengganggunya disini, di tempat yag mana Javier sedang menatapnya dengan tatapan seolah-olah dia sedang berbangga dengan hasil apa yang telah ia capai. Sialan! Sialan! Sialan!
Respon yang diberikan Angel beberapa saat kemudian sungguh-sungguh membuat emosi Rafael menggelegar, "Ini acara pertunanganku dengan Javier, Raf... Aku tidak mau Javier berdansa dengan wanita lain di malam pertunangan kami, karena itu sudah seharusnya pula aku melakukan hal yang sama. Aku harap kau mau mengerti.." Angel mengatakannya sembari menatap Javier dengan senyuman memujanya, hal yang biasa Angel tampakkan hanya untuknya!
Melihat ini mau tidak mau menerbitkan rasa sakit yang sangat besar dalam benak Rafael,
Rafael mengepalkan tangannya erat. Ingin rasanya ia menarik tubuh Angel secepat mungkin dan menyiram kepala gadis itu dengan air dingin agar Angel tersadar dari igauannya.
Tetapi tidak.
Yang bisa dilakukan Rafael hanyalah diam. Diam dan melihat, sebenarnya ada apa dengan ini semua?
"Kami permisi, Tuan Rafael yang terhormat. Masih banyak tamu yang harus kami temui," ucap Javier dengan gayanya yang menyiratkan jika lelaki itu telah merasa dirinya menang. Dan dengan senyuman miringnya, Javier telah menuntun Angel untuk pergi dari hadapan Rafael.
"Angel!" panggilan Rafael mengehentikan langkah Javier dan Angeline.
Angel menoleh dan tersenyum pada Rafael dengan senyuman yang di buat-buat. Rafael bisa melihat itu. Membuat Rafael merasa jika saat ini ia sangat sanggup jika diminta menumbalkan nyawanya pada iblis agar semua yang ada di depannya kembali seperti semula. Ada apa ini sebenarnya?
"Ada apa Raf?" tanya Angel dengan tatapan malasnya, lagi-lagi perlakuan Angel membuat Rafael terkesiap.
Angel tidak pernah menatapnya seperi itu, dia selalu menatapnya seolah-olah kehadirannya adalah yang paling gadis ini inginkan. Rafael merasa jika dirinya benar-benar sedang bermimpi sekarang, mimpi buruk... karena saat ini, detik ini, Rafael merasa kehilangan hal yang sangat berharga yang pernah ia miliki,
"Angel, apa aku telah melakukan kesalahan padamu? Kenapa aku merasa sikapmu berubah saat ini?" ucap Rafael parau, terlebih ketika mata hazel Rafael melihat cincin berlian yang telah melingkar di jari manis Angel. Fakta itu membuat Rafael dipenuhi perasaan tidak terima yang membuncah dalam benaknya. Itu tempatnya.
Tetapi Rafael kemudian menyadari jika kebodohannyalah yang membuat ia kehilangan posisi itu.
Andai saja... andai saja ia bisa mengetahui apa yang terjadi dengan lebih cepat... Tetapi nampaknya Tuhan berkata lain, Rafael masih belum menemukan informasi apapun tentang Abigail.
"Kau ridak melakukan kesalahan apapun, Raf. Hanya saja aku yang terlambat menyadari, jika yang aku butuhkan dan aku cintai hanya Javier saja. Sedangkan kau? Aku rasa seharusnya kau menjadi orang yang harus aku hindari, karena kaulah yang membuatku tidak berpikir jernih sebelum ini... Kakak.."
"Dan satu lagi... Sepertinya aku mulai bosan bermain peran entah itu kakak adik, atau pangeran dan putri denganmu... Aku telah menemukan pangeranku sendiri, dan orang itu sudah ada di sebelahku," jawab Angel sembari tergelak pelan dan beranjak perhi untuk mengajak Javier turun ke lantai dansa. Meninggalkan Rafael dengan luka menganga di dalam hatinya.
Ternyata ucapan Abigail benar,
Angel tidak mencintainya. Selama ini gadis kecil itu hanya bermain-main akibat rasa penasarannya.
"Fuck!"
Dan Rafael tidak bisa menahan umpatannya. Rasanya menyakitkan, seperti jantungmu ditarik paksa dari tempatnya berdetak.
Sangat menyakitkan.
***
Angel bisa saja tersenyum cerah pada semua orang yang sengaja mengucapkan selamat padanya dan Javier, tetapi hati Angel terasa benar-benar ngilu tatkala langkahnya semakin menjauh dari tempat Rafael.
Angel tidak buta, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana raut wajah kecewa Rafael yang ditujukan padanya tadi. Angel tahu, meskipun Rafael sama sekali tidak memiliki perasaan cinta untuknya seperti yang Angel harapkan, namun lelaki itu memiliki kasih sayang untuknya yang tak kalah besar, mengatakan jika dirinya sudah bosan padanya, sudah barang tentu menjadi hal yang menyakiti hati Rafael.
Ya. Hati El, orang yang akan selalu Angel cintai dari dulu hingga nanti. Dan menyakiti hatinya sama dengan menyakiti hati Angel sendiri.
"Kau benar-benar pintar untuk mencari cara membuat hati orang sakit dengan berbagai macam strategi yang kau pakai, My Angel. Dan aku tidak tahu kenapa dari semua wanita yang ada di dunia, hanya kau yang aku inginkan.." Ucap Javier to the point ketika dirinya dan Angel telah menari di lantai dansa dengan lagu bertempo lambat,
"Kenapa kau berkata seperti itu, Javier?" bisik Angel seolah berpura-pura bodoh dengan apa yang telah Javier ucapkan.
"Bukankah jika aku melukai hati Rafael ataupun tidak, itu sama sekali bukan urusanmu Javier? Yang terpenting aku mencintaimu dan kau bahagia, bukan? Dan lagi, bukankah itu yang kau inginkan? Aku memmbenci dan membalas Rafael karena telah menyakiti hatiku sangat dalam?" ucap Angel yang dibalas Javier dengan decihan tidak suka. Tetapi walau bagaimanapun, Javier bergerak untuk merengkuh Angel lebih merapat ke tubuhnya.
Ya, Javier telah belajar banyak, dia tidak akan membuang kesempatan yang ia miliki begitu saja. apapun alasannya.
"Bukan Rafael yang aku maksud sekarang, dan kau juga jangan berpura-pura bodoh... Aku tahu kau sangat pintar.." bisik Javier sembai menyandarkan dagunya di pundak Angel.
Ketika Javier melihat ke belakang tubuh Angel, yang ia temukan adalah Rafael yang sedang menatap mereka berdua dengan tatapan sakitnya, sakit dan tanpa daya.
Menarik,
Akhirnya Javier bisa melihat Rafael berada di posisi di mana dulu ia sering berada.
"Jelas-jelas kau melakukan ini semua untuk menyakiti hatiku. Kau tentu sangat tahu, melihat orang yang kau cintai berpura-pura mencintaimu, rasa pedihnya melebihi apapun.." bisik Javier sembari mengecup leher Angel, sengaja untuk menunjukkan pada Rafael siapa pemilik gadis yang saat ini sedang berdansa dengannya. Dan sepertinya berhasil.
"Pikiranmu terlalu berlebihan, sayang... bagaimana mungkin aku seperti itu?" jawab Angel manja, Gadis itu memilih mengajak Javier keluar dari lantai dansa dengan alasan dia sudah lelah,
"Aku ke Grandma dulu..." ucap Angel pada akhirnya. Javier mengangguk, merespon ucapan Angel. Dan ketika Javier telah mengantarkan Angel ke salah satu meja dimana Mandy duduk di salah satu kursinya, Javier melangkah pamit untuk menemui temannnya.
***
"Kenapa kau hanya diam sedari tadi? Ada yang ingin kau katakan pada Grandma?" tanya Mandy yang dijawab gelengan lemah oleh Angel. Gadis itu lebih memilih untuk menyesap wine di gelasnya sedkit demi sedikit untuk meredakan kegusarannya,
"Kau berbohong... Sekarang katakan, kenapa kau tidak bersama Rafael tadi? Ya.. Grandma tau jika ini memang pertunanganmu dengan Javier... Tapi bukankah kau masih bisa memperjuangkan apa yang kau inginkan? Semuanya masih belum berakhir.." bujuk Mandy dengan tujuan cucunya kembali menjadi cucu yang ia kenal. Bersemangat meskipun memiliki rasa manja yang besar.
"Aku tidak pantas untuknya.. aku hanya pantas untuk bajingan seperti Javier.." ungkap Angel pada akhirnya. Grandmanya mendelik tidak terima,
"Bagaimana mungkin?! Kau ini cucu Alexa, kau harus mendapatkan apapun yang kau mau.. Kau sempurna, dan dengan kesempurnaanmu kau berhak mendapatkan apapun yang dirimu mau.." ucap Mandy sembari mengelus rambut coklat keemasan Angel. Wanita paruh baya itu agak memelankan suaranya, menyadari jika Ariana dan Justin sedang duduk di meja yang tidak jauh dari meja mereka berdua.
Angel menghembuskan napas berat sebelum mesepon dengan senyuman miringnya, dan itu membuat Mandy memang merasakan sedang ada yang tidak beres disini.
"Jangan pernah berpikir untuk menyerah dengan apa yang sedang kau inginkan Angeline, aku pikir wine yang sedang kau minum sekarang telah memperngaruhi pemikiranmu. Besok pagi, Grandma yakin kau akan menyesal dan mengingkari apa yang sedang kau ucapkan saat ini..." nasihat Mandy yang dibalas anggukan oleh Angel.
Kau sempurna, dan dengan kesempurnaanmu kau berhak mendapatkan apapun yang dirimu mau..
Angel memang diam setelah itu, tetapi perkataan Mandy terus melayang-layang di kepalanya dan itu membuatnya tersiksa.
Memang itu yang selalu Angel pikirkan selama ini, dia telah merasa menjadi gadis yang sempurna.. wajah cantik, keluarga terpandang, memiliki bakat yang terlihat hebat... Dan itu membuatnya berpikir jika dirinya benar-benar akan menjadi pasangan yang sempurna untuk Rafael.
Tetapi keyakinannya runtuh begitu otaknya mengatakan jika yang sebenarnya bukan seperti itu.
Perbuatan Javier tadi siang membuat sekelebat bayangan yang sudah tidak pernah muncul di kepala Angel mencuat keluar begitu saja. Apa yang telah Javier lakukan padanya membuat Angel menyadari jika ia tidak sesempurna itu.
Dia kotor. Sangat kotor. Dia tidak pantas untuk Rafael.
Dan ini semua karena Javier... Dan sekarang Angel bisa mengerti, seberapapun ia mencoba, rasa bencinya pada Javier tidak pernah hilang. Itu karena mungkin karena otaknya melupakan, tetapi hatinya mengingat...
Javier yang telah menghancurkan hidupnya, paling tidak hanya Javier yang bisa ia salahkan sekarang.
"Kenapa kau kemari? Aku tidak mau bertenu denganmu!" pekik Angel yang saat itu berusia sembilan tahun pada Javier. Itu karena sebelumnya Javier membuatnya jengkel dengan berkata Rafael tidak akan kembali setelah memutuskan akan melanjutkan SHSnya di luar negeri. Angel tahu itu tidak benar, Rafael akan selalu ada disampingnya, tidak seperti Javier yang selalu merasa dirinya yang paling mengerti Angel, tetapi yang paling sering juga pergi disaat Angel membutuhkan. Dasar bajingan!
"Aku ingin menjemputmu... selain itu, ini... aku membawakan minum untukmu, aku yakin kau pasti kehausan," ujar Javier sembari menyodorkan botol minum pada Angel.
"Aku tidak mau pulang bersamamu. Aku akan pulang dengan Rafael," bantah Angel dengan menjulurkan lidahnya. Javier sendiri langsung merengut mendengar perkataan yang terlontar dari bibir Angel. Padahal siapa yang menyangka jika saat ini Angel sedang berbohong, Rafael sedang mengurus sesuatu untuk studynya hingga tidak akan mungkin bisa datang ke sekolah musik mereka hari ini,
"Tidak! Kau pulang bersamaku! Aku hanya bisa berada di New York selama tiga hari saja! Kau tidak bisa menyia-nyiakan waktuku yang sedikit untuk bermain dengan yang lain!" ucap Javier kesal. Tetapi memang dasar Angel, semakin ia disuruh, sudah pasti ia akan menentang dengan keras.
"Tidak mau! Aku dengan Rafael, lebih baik kau pergi saja dulu.. hush!" usir Angel pada Javier,
"Kalau aku tidak mau pergi?" Seringai Javier dengan konyolnya, Angel bangkit dari duduknya di bangku taman yang terletak di depan sekolah musiknya, dan mendongak untuk menantang Javier yang tentu saja lebih tinggi darinya,
"Aku akan pastikan Daddy mengirimmu pulang lebih cepat dari seharusnya!" ancam Angel. Javier merengut tidak suka. Uncle Jasonnya bukanlah orang yang main-main jika itu menyangkut keinginan putri semata wayangnya.
Rasa kesal Javier seketika bangkit, sejak Angel mengenal Rafael, dia semakin gencar saja memusuhinya hingga ke akar-akar. Membuat Javier menyadari, jika saat ini bukan hanya Evan yang menjadi saingannya untuk lebih dekat dengan Angel, tetapi Rafael juga. Sialan!
Dan lebih sialan lagi ketika Javier menyadari dia yang paling lemah disini. Dia tinggal di Valencia, sangat jauh dari Angeline.
"Baiklah, aku akan pulang lebih dulu.. kau pulanglah dengan Rafael bodoh itu!" putus Javier akhirnya yang menbuat Angel langsung merencanakan untuk menelpon sopir keluarganya setelah Javier pergi,
"Tetapi sekarang minum susumu dulu, Mommyku yang membuatkannya untukmu.." ucap Javier lagi dengan senyumnya.
Lelaki itu menyodorkan botol yang telah ia buka terlebih dahulu ke arah Angel dan itu sukses membuat Angel tersenyum miring, ia ingin menggoda Javier,
Dengan gerakan cepat, Angel mengambil botol susu itu dari tangan Javier dan menumpahkannya sedikit di kaos hitam Javier,
"Angeline!!" pekik Javier marah,
Angel menjulurkan lidahnya sebelum mengatai Javier, "Sekarang pergilah, atau aku akan menumpahkan semua isi botol ini ke wajahmu..." goda Angel sebelum berlari meninggalkan Javier yang saat ini tengah mengumpat-umpat di belakangnya.
Angel terus berlari ke lorong-lorong sekolah yang cukup sepi dengan cekikikan, dengan pemikiran Javier sedang mengejarnya sembari mencak-mencak di belakang. Sete;ah dirasa cukup jauh, Angel mencoba menoleh ke belakang sembari terus berlari, tetapi Javier tidak ada.
Apakah Javier menganggapi permintaan Angel untuk pergi dengan serus lagi? Seperti setahun yang lalu? Disaat konser pertama Angel?
Dan saat itulah Angel merasa dirinya menabrak sesuatu, ketika dia berbalik, yang dilihatnya adalah lelaki seusia ayahnya dengan tinggi menjulang yang terlihat marah. Dan ups, tidak hanya menabrak kelihatannya... tetapi Angel juga menumpahkan susu di tangannya pada baju milik lelaki bermata abu-abu itu,
"Apa yang kau lakukan, anak manis?" Angel melangkah ke belakang takut-takut melihat ekspressi yang sedang ditampilkan pria itu. Lelaki itu terlihat mengerikan, dengan kaos berwarna biru donkernya dan juga celana jeans hitamnya.
"Maafkan aku paman, aku tidak sengaja..." ucap Angel takut-takut. Sesekali Angel menoleh ke belakang untuk mencari keberadaan Javier. Tetapi ternyata anak lelaki itu tidak ada batang hidungnya. Lebih parahnya lagi lorong ini benar-benar sepi, mungkin karena hari sudah sangatlah petang.
"Kau tahu? Apa hukuman bagi anak yang menumpahkan susunya?" lelaki itu semakin mendekat, dan ketika Angel sudah akan berlari, pria itu lebih sigap dengan mengangkat Angel terlebih dahulu sembari mendekap mulut Angel dengan tangan besarnya, sukses untuk meredam semua teriakan yang ingin dikeluarkan Angel,
"Kita lihat hukuman apa yang pantas untukmu, anak manis.. Kau pasti menyukainya, hukuman itu sangatlah menyenangkan..."
Kembali ke masa kini, Angel menutup matanya rapat-rapat dengan peluh yang telah membasahi keningnya. Kenangan yang telah lama terkubur itu telah benar-benar muncul dalam kepalanya, memutar berulang-ulang laksana film rusak.
Angel ingat kata-kata terakhir yang pria itu katakan soal hukuman, Angel ingat betul bagaimana ia dibawa masuk ke dalam ruang kelas berisi lemari besar dengan violin di dalamnya yang saat itu sangatlah temaram, dan Angel ingat betul apa saja yang pria laknat itu lakukan padanya, termasuk ingatan tentang usahanya memanggil Javier dengan harapan lelaki itu masuk untuk mencarinya. Tapi dia tidak pernah datang. Javier selalu menghilang disaat ia dibutuhkan.
Angel memijit kepalanya yang mendadak pening.
Demi Tuhan, kejadian itu sangatlah mengerikan, dan mengingatnya kembali membuat Angel benar-benar ingin mati. Karena ia tahu, ssedikitpun ia pasti tidak akan memiliki nyali untuk besanding dengan Rafael lagi... Ia terlalu kotor.. ia terlalu nista. Angel merasa bisa menemukan lagi perbedaan antara dirinya dan Abigail saat ini. Sama-sama cacat!
"Angel, kau tidak apa-apa?" suara lelaki yang sangat dikenalnya membuat Angel membuka mata setelah menutup matanya cukup lama. Dan ketika ia melihat Rafael telah berdiri di hdapannya dengan tatapan khawatir, Angel benar-benar ingin menangis saat itu juga.
Jangan Angel... tidak boleh. Kau tidak boleh menangis.
"Tenang saja, Raf... Aku tidak apa-apa.. kehadiranmu yang membuatku malah jauh dari kata tidak apa-apa.." jawab Angel dengan seyuman mengejeknya. Anggap saja itu sebagai awal bagi Angel sebelum berlari dan bersembunyi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Daasa97
(5 Oktober 2016)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro