21. Nothing But Trouble
Rafael menghembuskan napasnya lega begitu ia masih melihat Angel begitu ia membuka pintu ruangannya. Dengan langkah cepat, Rafael segera menghampiri Angel yang sepertinya tidak sadar dengan kehadirannya.
Angel seperti biasa, terlihat berdiri di depan kaca jendela besar dengan padangan yang terlihat mengarah ke bawah sedangkan salah satu tangannya menyentuh permukaan jendela. Hal itu membuat Rafael tersenyum ketika menghampiri gadis yang mengenakan dress berwarna soft pink dengan panjang selutut itu,
"Apa yang kau pikirkan, Angeline...?" tanya Rafael pelan dengan tangan yang ia masukkan kedalam saku celana. Angel terlihat terlonjak sebentar sebelum menyunggingkan senyumnya begitu menyadari siapa orang yang sedang berdiri di sampingnya saat ini,
"Aku tidak sedang memikirkan sesuatu, aku hanya sedang menunggumu..." jawab Angel sembari memposisikan dirinya untuk menyandar pada lengan Rafael, "Kau sangat lama," tambah Angel lagi yang terdengar sangat manja pada pendengaran Rafael. Rafael terkekeh pelan, dia yakin Angel tidak akan semanja ini pada orang selain dirinya. Lelaki itu mengulurkan tangan untuk meraih pingggang Angel agar gadis itu lebih merapat padanya kemudian,
"Aku pikir saking lamanya kau datang... Javier yang akan kemari dan menyeretku pulang," keluh Angel pada Rafael yang membuat lelaki itu mengerutkan keningnya,
"Menyeretmu?" ulang Rafael, lelaki itu seakan terlihat tidak suka dengan apa yang baru saja Angel katakan,
"Lupakan... mungkin dia bukan menyeretku... tapi menggendongku paksa!" Angel mengucapkannya dengan nada kesal yang kentara. Javier benar-benar menyebalkan, dan disaat lelaki bermata biru itu tidak terlihat di depan Angel, rasa kesal Angel selalu muncul begitu saja.
"Jangan memikirkan Javier saat kau bersamaku.. karena aku yang akan memastikan bahwa dia tidak akan berhasil menyentuhmu ketika kau bersamaku.." desis Rafael yang membuat Angel melepas pelukan lelaki itu dan mengalungkan kedua tangannya di leher Rafael kemudian,
"Kau tahu, El... mungkin jika aku tidak mengenalmu... aku pasti akan merasa jika kau mencintaiku.." Angel mengucapkannya sembari tersenyum. Mengabaikan rasa sakit di dalam benaknya ketika harus memikirkan dengan apa yang disebut dengan perasaan.
Rafael memang mencintainya. Tetapi bukan seperti apa yang Angel inginkan... Angel sangat tahu.
"Bagaimana jika aku mencintaimu?" pertanyaan Rafael membuat Angel terkekeh pelan.
"Maka aku akan meninggalkan semua yang aku punya hanya untuk bersamamu, El.. dan aku akan melakukan apapun yang kau mau..." jawab Angel sembari menyandarkan kepalanya pada dada bidang Rafael,
"Kau berjanji?" tanya Rafael lagi yang langsung dijawab Angel dengan anggukan keras kepalanya,
"Iya, aku berjanji..." jawab Angel sembari tersenyum pahit.
Menyesakkan. Hanya rasa itu yang Angel rasakan sekarang.
Entah kenapa. Setelah semua yang terjadi belakangan ini, ia merasa tidak akan pernah bisa memenuhi janji yang telah ia ucapkan sekarang karena syarat yang bisa membuatnya menjalankan janji itu hanya bisa terjadi di dalam angannya saja. Angel memang masih sangat yakin jika ia pasti akan mendapatkan Rafael dan menyingkirkan siapapun wanita yang akan menghalangi keinginannya. Tetapi mendapatkan cinta Rafael? Tidak lagi. Keyakinan Angel atas ini berangsur menghilang melihat betapa marahnya Rafael ketika Abigail nyaris tertabrak.
Lelaki ini sangat mencintai wanita jalang itu. Dan Angel yakin, jika saja saat itu dirinya sedang tidak berada di Valencia, pasti amukan Rafael akan ia terima di depan wajahnya, bukan hanya di seberang telpon yang mana membuat Angel bisa bersikap soh tidak acuh.
Angel tidak tahu kenapa beberapa hari setelahnya Rafael muncul di mansion kakeknya dengan pandangan dan gelagat yang membuat Angel menarik kesimpulan Rafael tidak marah lagi, atau yang paling tepat, lelaki ini tidak 'menuduh'nya lagi. Bisa jadi itu karena Abigail telah baik-baik saja, atau ternyata Rafael tidak ingin merusak hubungan kakak adik mereka selama ini.
Namun masih terdapat satu titik harapan terakhir sebenarnya di dalam hati Angel... Mengetahui jika bukan Rafael yang memutuskan perjodohan mereka dan Rafael menjelaskan hal itu padanya.. Bagian kecil dari hati Angel seakan meneriakkan hal bodoh pada Angel, hal bodoh yang menyebutkan jika Rafael mencintainya. Mencintai Angeline Neiva Stevano.
"Kau dan Javier menjadi sensasi beberapa hari belakangan ini..." Angel hanya bisa tersenyum mendengar Rafael mengalihkan alur pembicaraan mereka. Rupanya Rafael mengerti jika pembicaraan dengan topik seputar 'perasaan' benar-benar tidak disukai Angel sekarang,
"Javier memang konyol! Dia seakan-akan ingin seluruh dunia tau jika kami dijodohkan.." keluh Angel sembari berjalan ke arah meja kerja Rafael. Rafael mengikuti Angel di belakangnya,
"Tapi di berita itu, Javier mengatakan jika kalian berdua saling mencintai..." ucap Rafael lagi. Dan entah benar atau tidak, Angel seperti merasakan kekesalan dalam setiap ucapan Rafael,
"Javier memang suka membual. Karena itu aku tidak suka padanya."
Angel terkesiap karena setelah ia mengucapkan kalimat terakhirnya, ia merasakan sepasang tangan merengkuhnya dari belakang. Rafael memeluknya, Dan suara detak jantung Rafael yang terasa berdetak dengan irama yang sama dengan Angel saat ini, sungguh-sungguh menciptakan sensasi yang menyenangkan bagi Angel sendiri,
"El," panggil Angel karena setelah sekian lama Rafael hanya diam dengan wajah yang tenggelam dalam lekukan leher Angel,
"Biarkan seperti ini, Snow... Aku benar-benar lelah sekarang... Aku ingin memeluk seseorang.." jawab Rafael dengan suara yang tidak jelas. Angel terkekeh menyembunyikan rasa gugupnya akibat perlakuan Rafael yang tidak biasa,
"Sebelum kemari, memangnya kau kemana?" tanya Angel kemudian, "Kenapa ketika aku kemari, sebagian besar aku mendapati jika kau tidak sedang di kantormu?" lanjut Angel lagi dengan jemari yang mengelus lembut jemari Rafael yang saling bertaut di depan perutnya,
"Aku menemui Abigail," Miris. Lagi-lagi nama wanita itu yang keluar dari bibir Rafael. Membuat Angel ingin sekali melenyapkan wanita jalang itu dengan pestisida palung beracun di dunia.
Dengan gerakan pelan, Angel melepaskan pelukan Rafael dan berbalik untuk menatap lelaki yang kini tengah menatapnya dengan tatapan tidak terbaca,
"Angel, jawab jujur pertanyaanku... Apakah orang yang berusaha menabrak Abigail saat itu adalah dirimu?" tanya Rafael. Angel menghela napasnya lelah sebelum tersenyum miring,
"Aku tidak menyukainya... dia mengambilmu, jadi apa tidak boleh aku melakukan hal itu padanya?" tanya Angel retoris.
"Sekarang pertanyaanku, apa memang kau yang menyuruh orang menabraknya?" tanya Rafael lagi yang menekankan kata menabrak kepada Angel,
Angel mengangkat bahu, "Aku pikir iya, tapi bisa juga tidak... Aku memang menyuruh Grandmaku menjauhkan Abigail darimu dan Javier.. Jika ternyata cara itu yang dipilih Grandma.. Aku juga tidak tahu..." ucap Angel enteng tanpa mau melihat raut wajah Rafael yang sudah pasti tidak mengenakkan untuk dilihat saat ini,
"Dan Javier?" ulang Rafael, Angel tidak terlalu memperhatikan sehingga ia diam saja. Malah dengan gayanya yang biasa, Angel telah duduk di atas kursi kebesaran Rafael tanpa ijin seperti apa yang sering ia lakukan selama ini.
"Wow! Foto apa ini, El?" ucap Angel antusias begitu matanya melihat pigura yang dipajang Rafael di atas meja kerjanya.
Angel meraih pigura itu tanpa mempedulikan Rafael yang saat ini tengah mengatupkan rahangnya. Angel terlihat tersenyum melihat sosoknya dan Rafael terlihat masih sangat kecil di dalam potret itu, namun tak lama setelahnya, senyuman dalam wajah Angel memudar begitu melihat hal lain dalam potret yang sedang di pegangnya. Tubuh Angel perlahan bergetar, dan dengan gerakan pelan, Angel menaruh pigura itu di atas meja kerja Rafael lagi dengan posisi menelungkup,
Angel benar-benar takut. Sangat takut.
"Kenapa kau juga menginginkan Javier menjauhi Abigail, Angel? Kau menyukainya?" pertanyaan yang Rafael serukan dengan nada serak benar-benar tidak dapat di cerna oleh Angel. Dengan tubuh yang lemas karena gemetar sebenarnya, Angel beranjak berdiri dengan susah dan langusng memeluk Rafael seerat ia bisa,
"El, jangan tinggalkan aku... Apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan aku..." jawaban Angel yang sangat aneh atas pertanyaannya membuat dahi Rafael mengernyit sebelum membalas pelukan Angel.
Apa Angel baru saja mengatakan, jika Rafael tidak boleh meninggalkannya Angel, disaat Angel juga tengah merasakan perasaan yang sama seperti yang Angel rasakan padanya, pada Javier?
"Kenapa aku harus meninggalkanmu?" tanya Rafael sembari mengeratkan pelukannya. Disaat yang sama Rafael benar-benar bertekad dalam hati untuk segera menyelesaikan hal-hal janggal di hadapannya sebelum meng-klaim Angel sebagai miliknya lagi. Bukan Javier dan bukan orang lain.
Rafael tidak akan membiarkan hal bodoh kembali terulang untuk kedua kali.
***
"Untuk apa kau mengajakku bicara lagi, Jav? Kau ingin mengatakan jika kau ingin menggantikan posisi Rafael jika pada akhirnya lelaki itu memilih Angeline?" tanya Abigail sembari tersenyum mengejek. Javier yang sedang duduk di hadapannya dengan rokok yang menyalan mengeluarkan seringaiannya,
"Kau salah, Abs. Aku malah ingin menarik penawaranku dulu... Setelah kupikir matang-matang, memiliki Angeline lebih baik daripada menampung mantan dari lelaki yang sangat Angeline harapkan." Ucap Javier yang membuat Abigail menatapnya tidak suka,
"Well.. syukurlah kalau begitu, Jav... Kau tahu, kau sama sekali tidak akan pernah bisa menggantikan Rafael. Dia lebih baik daripada dirimu dan aku mencinta—"
"Jangan mengucapkan statement yang mengatakan kau mencintai seseorang sementara kau sama sekali tidak tau dengan apa yang dimaksud cinta itu, Abs.." ucap Javier yang membuat raut wajah Abigail memerah. Apa maksud perkataan lelaki menyebalkan ini?!
"Apa kau bilang?"
"Aku hanya ingin mengatakan, sesorang yang tidak mempunyai hari sepertimu, mengatakan jika kau tengah mencintai seseorang... bukankah itu merupakan hal yang menggelikan?" ucap Javier smebari terkekeh geli. Abigail semakin tidak sabar menghadapi lelaki di hadapannya yang terkesan tengah melecehkannya saat ini,
"Apa kau ingin mengatakan jika saat ini kau tengah sakit hati karena disaat Rafael kembali padaku, Angeline tidak kunjung mau menerimau, Jav?" balas Abigail balik.
Javier tersenyum menyadari jika sedikit demi sedikit, Abigail mulai masuk ke dalam perangkapnya. Wanita ini dengan sedikit dorongan mulai menunjukkan perangainya.
"Hatiku memang sakit, Abs... benar-benar sakit ketika harus dihadapkan dengan hal itu. Tetapi mungkin rasa sakitku setimpal dengan apa yang aku terima setelahnya, karena Angeline akan terus bersamaku dengan wujudku yang memang seperti ini, tidak tertutupi apapun... Sedangkan dirimu?" pancing Javier, dan sepertinya pancingannya mengena,
"Apa yang sedang ingin kau coba katakan, Jav? Cepatlah, waktuku tidak banyak.. aku harus segera bekerja setelah ini.." ucap Abigail sembari menengok jam butut di tangan kirinya.
Dalam hati, Abigail terus mengutuk keputusannya untuk tetap di dalam caffe setelah Rafael pergi tadi. Lebih bodoh lagi, ia mengiyakan ucapan Javier yang mengatakan ingin berbicara berdua dengannya. Ini kesalahan.
"Bekerja di apotik bututmu? Di dalam pantimu? Atau mengurus club malammu?"
Jleb. Wajah Abigail langsung pias mendengar ucapan yang Javier katakan dengan nada entengnya. Namun Abigail terus menekan dirinya untuk tetap tenang. Semua akan baik-baik saja.
"Club malam apa maksudmu?" tanya Abigail berpura-pura tidak mengerti, Javier mematikan rokoknya dan bergerak menyilangkan tangannya di tas meja, Menatap Abigail dengan tatapan tertariknya,
"Aku ingin bertanya sesuatu yang sangat penting menurutku, Abs... Apa Rafael benar-benar menganggapmu anak baik yang selalu tertidur di bawah jam sepuluh malam? Sehingga meskipun di saat itu kau selalu sangat sulit untuk dihubungi, dia akan memaklumi begitu saja tanpa mau mempertanyakan?" Fix. Saat ini Abigail merasa tidak ada gunanya ia menyembunyikan semua ini dari Javier.
Benar seperti yang ia dengar dari orang itu, Javier sudah tau.
"Baik. Aku menyerah, kau sudah tau segalanya tentangku.. Lalu apa maumu?" ucap Abigail yang membuat Javier terkekeh geli.
"Well.. well... wel.. Aku tidak pernah menduga kau akan berkata jujur secepat ini Abs.." kekeh Javier menyebalkan, itu membuat Abigail mengatapnya dengan kebencian yang besar. Sialan lelaki ini!
"Lalu apa yang akan kau lakukan? Memberitahu Rafael?" tanya Abigail dingin. Javier menggelang cepat,
"Itu tidak menguntungkan bagiku..." ucap Javier dengan nada tidak suka,
"Seorang Rafael Marquez Lucero menyadari jika kekasih yang ia anggap polos adalah pemilik tempat hiburan malam terbesar di negara ini, benar-benar bukan hal yang menarik," Javier tersenyum sinis, sementara Abigail membuang pandangannya dari Javier,
"Lalu? Sekali lagi aku tanyakan... Apa maumu?" ucap Abigail geram, sementara Javier langsung beranjak bangkit dari duduknya sekarang. Sudah cukup acara berbasa-basi dengan Abigail. Javier harus menjemput Angel-nya dari bajingan tengik itu,
"Teruslah bermain dengan dramamu. Jangan sampai Rafael tau dan buat dia tetap bersamamu. Aku akan tutup mulut akan itu, dan aku pikir, Angeline cukup sebagai bayaran atas aksi tutup mulutku. Karena dia akan bersamaku jika kau behasil membuat Rafael tetap bersamamu," Ujar Javier dengan penekanan di setiap katanya sebelum meninggalkan Abigail termenung sendirian di mejanya.
Tutup mulut?
Abigail tersenyum sinis mendengar ucapan yang baru saja Javier keluarkan. Menarik.
Dengan cepat, Abigail segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang yang saat ini sedang duduk tidak jauh dari tempatnya berada saat ini,
"Dia tau tentang aku, tetapi tidak dengan kita. Pengalihan isu yang cukup bagus." Ucap Abigail dengan senyuman sinis yang terukir di wajahnya. Semuanya sempurna!
Kesadaran Javier, bahkan fakta jika Rafael juga sedang 'curiga' padanya, benar-benar merupakan hal yang baik.
Semuanya sesuai, benar-benar sesuai dengan apa yang Abigail mau.
Dasar orang-orang bodoh!
Tetapi tenang saja, semua orang bodoh itu akan mengetahi siapa Angeline Stevano akibat rasa penasaran mereka sendiri. Itu pasti!
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Daasa97
(29 September 2016)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro