Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. One Call Away

"Stop!! Focus, Angel! Focus! Kau tahu telah berapa nada yang kau lewatkan?" ucapan tegas Helena menghentikan jemari Angel yang menari-nari di atas tuts piano.

Angel hanya bisa menundukkan wajahnya karena memang benar apa yang diucapkan Helena -wanita berusia lima puluh tahunan yang menjadi kini menyandang gelar sebagai mentornya. Dulunya Helena adalah seorang pianis kenamaan dunia, jadi sudah pasti, nada yang tidak pas bisa langsung tertangkap oleh pendengarannya yang masih tajam meskipun usianya sudah menua.

"Konser yang akan kau gelar empat hari lagi bukanlah konser main-main. Dan uang yang digunakan untuk membeli ticket konsermu bisa digunakan untuk memberi makan seratus anak yatim. Jadi tolonglah, jangan kecewakan para penggemarmu...," nasehat Helena lagi. Yang sukses membuat Angel menggigit bibir bawahnya.

Semuanya benar, seharusya ia bisa melakukan lebih baik daripada ini. Seharusnya seorang Angel Neiva Stevano bisa membuat semua orang terpikat pada alunan melody yang dibawakannya. Tetapi kenapa? Semakin mendekati konser besar pertamanya, semakin hilang keterampilan yang dimilikinya. Rasanya ia benar-benar ingin menangis kencang saat ini, menumpahkan segala rasa takut di hatinya.

"Kau mungkin memiliki masalah?" tanya wanita paruh baya itu sembari mendekat kearah Angel dan berdiri di sampingnya. Tangannya meraih jemari Angel yang masih terkulai lemas di atas tuts pianonya. Sepertinya Helena telah sadar dengan apa yang ia lakukan barusan, karena Helena adalah salah satu dari sekian orang yang mengerti jika untuk menghadapi Angel tidak bisa dengan emosi apalagi sentakan.

"Angel?" tanya Helena lagi. Kali ini wanita itu memilih untuk menyeret sebuah kursi untuk duduk di sebelah Angel.

"Aku tahu ini konser besar pertamamu dan kau pastinya akan sangat gugup...," ucap Helena pelan. Berusaha memberikan pengertian pada Angel dengan cara baik-baik.

"Tapi sebisa mungkin kontrol dirimu. Dan maafkan aku jika cara mengajarku terlalu keras untukmu...," tambah Helena yang langsung membuat Angel menggeleng keras.

"Tidak, cara mengajarmu bagus. Aku saja yang terlalu payah...," ucap Angel sembari menatap Helena dengan mata biru terangnya.

"Aku--"

"Tidak Angel, kau tidak payah. Kau murid terbaik yang aku miliki. Tapi mungkin kita harus mengambil waktu beristirahat menjelang konsermu, aku pikir kau membutuhkan sedikit waktu untuk merilekskan diri...," ucap Helena sembari menepuk punggung Angel dan berdiri.

"Lebih baik, hari-hari menjelang konser kau gunakan saja untuk bersantai. Kau mungkin sering mengadakan konser, tetapi tidak sebesar konser kali ini. Mungkin hal itu yang membuatmu sangat gugup hingga membuatmu melupakan semua teknikmu...," ucap Helena lagi,

"Tapi jika aku tidak berlatih bukankah hasilnya akan semakin buruk?" ucap Angel tidak terima. Bagaimana jika dia melupakan semua nadanya jika ia tidak berlatih? Demi Tuhan... Angel tidak mau itu terjadi. Bisa-bisa nama besar yang telah dibangunnya dari bawah bisa lenyap begitu saja.

"Kau pianis yang hebat. Kau hanya gugup.. percaya padaku, saat kegugupanmu hilang kau akan baik-baik saja.." ucap Helena sembari mengambil tasnya di atas meja yang terletak sudut ruangan.

"Aku pulang dulu... Ingat pesanku, kau hanya butuh rileks Angel..." ucap Helena sebelum melangkah keluar dari gedung studio. Meninggalkan Angel yang tetap duduk termenung di depan grand piano putihnya.

"Pianis hebat? Jika saja aku tidak menyandang nama Stevano, aku yakin kau akan mengatakan aku sangat-sangat tidak berbakat," Kekeh Angel menertawakan dirinya sendiri sepeninggal Helena.

Angel tahu siapa dirinya.

Semua orang selalu memujinya, semua orang selalu mengatakan dirinya berbakat dalam banyak hal. Tetapi Angel sama sekali tidak yakin ucapan semua orang itu tulus atau tidak. Nama besar keluarganya yang sudah jelas diketahui semua orang membuat Angel merasakan keraguan.

Apa dia bisa sampai disini karena bakatnya? Atau karena nama ayahnya? Angel tidak tahu.

Tetapi sepertinya alasan nomor dualah yang paling masuk akal. Memikirkan itu membuat Angel menangis dalam diam.

Aku memang payah! Rutuknya pada dirinya sendiri.

***

"Mereka menyukaimu.." ucap Abigail sembari memasang senyum senangnya pada Rafael. Mereka tengah berada di Angel Orphanage saat ini, dan melihat Rafael yang tampak girang bermain dengan anak-anak panti membuat Abigail tidak bisa melepaskan pandangannya dari sosok tubuh dengan setelan kerja yang masih melekat di badannya.

"Aku tidak pernah berpikir akan sangat menyenangkan bermain dengan anak-anak ini. Biasanya aku hanya menyerahkan dana pada pengurus panti dan pergi," Ucap Rafael sembari melangkah kearah Abigail, meninggalkan anak-anak kecil yang kembali asik dengan mainannya.

"Kenapa kau tidak mencoba untuk bermain bersama mereka sedari dulu?" tanya Abigail sembari menggandeng tangan Rafael. Matanya menelusuri wajah tampan Rafael. Garis rahangnya yang kokoh, alisnya yang tebal, dan mata hazelnya yang mempesona membuatnya terlihat seperti sebuah wujud yang keluar dari lukisan dewa yunani. Dan Abigail merasa beruntung karena menjadi seseorang yang mengisi hati Rafael. Dia sampai bertanya-tanya tentang apa kebaikan yang pernah dilakukannya di masa lalu hingga membuatnya mendapatkan seorang Rafael.

"Entahlah, aku terlalu malas untuk itu... menurutku mereka menyusahkan..." ucap Rafael sembari menarik Abigail agar lebih merapat kearahnya.

"Tetapi kau mampu membuatku mau melakukan hal yang menurutku menyusahkan. Aku sampai bergegas keluar dari kantorku begitu waktu makan siang tiba ketika kau menelponku dan mengajakku kemari. Dan lihatlah, sampai jam makan siangku berakhir satu jam yang lalu, kau dengan suksesnya membuatku masih tidak ingin beranjak dari sini." lanjut Rafael yang membuat wajah Abigail merona. Benarkah ia seistimewa itu bagi Rafael?

"Dan semakin cantik melihatmu merona seperti ini.." bisik Rafael, tentunya untuk mengoda Abigail. Karena merasa sedang di goda, Abigail langsung mencubit pinggang Rafael, yang malah membuat laki-laki itu tertawa lepas.

"El?"

"Eum?" tanya Rafael begitu Abigail menghentikan cubitannya dan menatapnya dengan tatapan serius.

"Kenapa kau memilih aku yang seperti ini? Aku yakin sangat banyak gadis-gadis cantik dari keluarga kaya dan terpandang tengah menunggu giliran untuk kau pilih," Ucapan Abigail membuat Rafael menatapnya dengan tatapan tidak suka.

Apa sebenarnya maksud Abigail ketika menanyakan hal itu padanya?

"Aku tidak peduli tentang mereka yang tengah menunggu giliran. Karena begitu aku sampai pada seorang gadis bernama Abigail, aku pastikan mereka tidak akan pernah mendapatkan gilirannya. Karena kau, dengan kesederhanaanmu membuatku tetap stuck disini. Kau membuatku tidak akan bisa beranjak meninggalkanmu, Abs..."

"Kau membuatku terdengar seperti Cnderella..." ucap Abigail sembari menyikut pinggang Rafael dengan tangannya, berusaha mengenyahkan rasa malu yang menyerang dirinya. Rafael sendiri hanya terkekeh pelan mendengar ucapan gadisnya. Ada-ada saja dia...

Suara dering ponsel membuat Rafael melepaskan gandengan Abigail. Rafael sangat tahu jika itu nada dering ponselnya.

Rafael segera merogoh saku bagian dalam jasnya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Keningnya mengernyit melihat nama Evans- kakak Angel terpampang disana.

"Halo.." ucap Rafael begitu ponsel itu tertempel di telinganya,

"Halo Raf, apa Angel sedang bersamamu?" pertanyaan Evans yang terdengar sarat kekhawatiran membuat kening Rafael berkerut.

"Tidak, memangnya kenapa?" tanya Rafael dengan perasaan yang mulai ditumbuhi rasa tidak enak.

"Dia berjanji untuk berbelanja dengan Mom jam dua tadi. Tapi hingga sekarang dia masih belum pulang, telpon kami juga tidak dia angkat," Jelas Evans yang semakin membuat Rafael gelisah. Pasalnya dia sangat mengenal Angel, dan gadis itu akan selalu menepati janjinya sebisa mungkin. Tidak biasanya Angel tidak tepat waktu seperti ini. Apalagi tanpa kabar... Kau dimana Princess?

"Aku akan mencarinya, aku akan memberitahumu jika sudah menemukannya." Ucap Rafael langsung sebelum mematikan sambungannya setelah mendengar kata terimakasih dari Evans.

"Ada apa?" tanya Abigail yang tampaknya memperhatikannya sedari tadi. Melihat raut wajah Rafael, Abigail bisa langsung menebak jika kekasihnya itu sedang dalam masalah.

"Aku ada urusan penting. Kau tidak apa-apa kan pulang sendiri?" tanya Rafael sembari menatap Abigail meminta pengertian.

"Atau.. kau ikut denganku saja?" tambahnya karena Abigail tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Abigail tersenyum sembari menggeleng pelan, "Tidak, kau pergi saja... aku masih ingin disini.." ucapnya tanpa terdengar nada marah sama sekali. Benar-benar wanita yang pengertian.

Rafael segera mencium kening wanita itu sebelum melangkah cepat menuju pintu keluar. Di pikirannya hanya satu. Menemukan Angel.

***

"Angel..." erang Rafael ketika mobilnya telah merangsek keluar dari halaman panti. Rafael mengeluarkan ponsel dari saku jasnya sebelum menyambungkannya dengan headset. Dengan segera satu tangannya bergerak di atas ponsel untuk memanggil Angel sedangkan tangannya yang lain masih sibuk mengemudi.

Bayangan jika saat ini Angel tengah mengalami kecelakaan lalu lintas, atau bertemu dengan orang-orang jahat dan dia tidak bisa menolongnya membuat pikiran Rafael kalut sendiri. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sampai mati jika sampai terjadi apa-apa dengan Princess cantiknya.

Angel, kau dimana?

Pandangan Rafael terus menyusuri jalan berharap ia bisa menemukan Angel disana. Sedangkan tangannya yang satu tidak berhenti untuk terus menekan tombol dial yang akan menghubungkannya dengan Angel tiap kali sambungannya terputus karena Angel tidak mengangkatnya.

"Halo..." suara jawaban yang terdengar di telinganya membuat Rafael tanpa sadar menginjak rem mobilnya. Pria itu sama sekali tidak mempedulikan bel dari mobil di belakangnya yang tampak kesal karena tindakan Rafael bisa berpotensi menimbulkan tabrakan beruntun di jalan raya. Masa bodoh! Pikir Rafael, mereka semua tidak tahu seberapa cemas ia disini.

"Angel, kau dimana?!" ucap Rafael dengan agak menyentak setelah ia meminggirkan mobilnya. Dia sangat khawatir, dan mendengar suara Angel di seberang sana, mau tidak mau membuat Rafael ingin mengeluarkan semua beban dalam hatinya.

Angel! Kau membuatku gila!

"El..." suara Angel yang terdengar lirih di seberang sana membuat Rafael terpaku. Apa yang terjadi dengan malaikatnya?

Segera setelah Angel mengucapkan dimana ia saat ini, Rafael melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal yang mungkin bisa untuk membunuh orang dengan sekali tabrakan.

Yang ada di pikirannya hanya satu. Angel membutuhkannya.

Angel membutuhkannya, dan dia akan datang. Ralat, dia harus segera datang.

***

Jantung Rafael serasa berhenti berdetak melihat Angel tengah merunduk di depan grand pianonya.

Dalam sudut pandangnya saat ini, Rafael merasa jika Angel sangatlah rapuh. Seakan gadis itu akan hancur berkepin-keping dengan satu sentuhan.

"Angel..." panggil Rafael.

Angel segera menolehkan kepalanya mendengar seseorang memanggil namanya, dan di detik selanjutnya mata biru Angel dan mata hazel Rafael telah saling menatap lekat.

Angel menatap Rafael dengan rasa sakit yang tercetak jelas di dalam bola matanya, dan ternyata rasa sakit yang ditunjukkan Angel sukses membuat Rafael merasakan hal yang sama. Membuat mata Hazel Rafael menampilkan rasa yang sama, kesakitan.

Rafael tidak buta untuk melihat mata sembab Angel. Dan itu sudah cukup menjelaskan pada Rafael jika sesuatu telah membuat gadis itu menangis. Dan Rafael sangat tidak suka itu.

Ia tidak akan suka dengan apapun yang membuat malaikat kecilnya menangis. Rafael tidak rela.

Angel memutuskan kontak mata mereka dengan mengalihkan pandangnnya, dia tidak sanggup lagi menatap mata Rafael yang seakan menelanjangi pikirannya. Matanya kembali terfokus pada tangannya yang tengah menempel di atas tuts tuts piano tanpa berani menyentuhnya.

Dia takut merusak nada-nada indah itu dengan jemarinya....

"Piano itu tercipta untuk dimainkan, bukan hanya dipandangi." Angel tersentak kaget mendengar ucapan Rafael yang entah sejak kapan telah berada si sampingnya.

"Kau tahu Angel... permainanmu selalu membuatku tenang, meskipun aku tidak bisa menggapai mimpiku untuk menjadi seorang pianist... melihatmu bermain di hadapan orang banyak, membuatku merasakan kebahagiaan yang sama besarnya." Ucap Rafael lagi yang membuat Angel menatapnya dengan tatapan tidak mengerti.

Sebenarnya apa maksud Rafael? Tidakkah ia ingin menanyakan apa yang terjadi padanya hingga ia seperti ini? Kenapa lelaki itu malah menceritakan sesuatu yang Angel tidak mengerti?

"Kalau biasanya aku mendengarkanmu bermain... sekarang aku mau kau yang mendengarkanku..." ucap Rafael sembari menaruh jemarinya di atas tuts piano itu. Angel dengan segera menarik tangannya dan menggeser duduknya agar Rafael bisa bermain dengan lebih leluasa.

Sebenarnya Angel merasa lega, karena Rafael sama sekali tidak mempertanyakan kenapa ia seperti ini. Ia tidak ingin terlihat konyol di mata orang yang dia cintai.

"Jadi Angel, aku memang bukan pianist professional... tetapi permainanku tidak akan kalah denganmu, aku yakin itu.." ucap Rafael sembari terkekeh pelan. Sayangnya kekehannya belum bisa membuat Angel turut tertawa bersamanya.

Baik Rafael! Ayo mulai...

Rafael mulai menekan tuts tuts piano di depannya, dan semuanya tidak lepas dari pengamatan Angel. Dan di detik selanjutnya Angel terkesiap menyadari jika Rafael tidak sekedar hanya bermain piano. Tetapi pria itu juga mengeluarkan suara dari mulutnya yang terlihat indah jika di padu padankan dengan dentingan pianonya.

I'm only one call away

I'll be there to save the day

Superman got nothing on me

I'm only one call away

Rafael memandang Angel lekat ketika menyanyikan lirik pertama, seolah-olah ia ingin mengatakan pada Angel jika kata-kata ini memang ditujukan padanya.

Call me, baby, if you need a friend

I just wanna give you love

C'mon, c'mon, c'mon

Reaching out to you, so take a chance

No matter where you go, know you're not alone

Rafael benar-benar serius akan hal ini. Ia benar-benar akan segera datang ketika Angel membutuhkannya. Ia tidak akan membiarkan Angel-nya sendirian dalam menghadapi masalahnya. Rafael akan selalu berada di sisinya, dia ingin mengatakan pada Angel jika semuanya akan baik-baik saja.

I'm only one call away

I'll be there to save the day

Superman got nothing on me

I'm only one call away

Dan sepertinya Angel mengerti maksudnya. Karena gadis itu langsung tersenyum sembari menyandarkan kepalanya di bahu Rafael sembari melingkarkan lengannya di pinggang lelaki yang selalu mengisi benaknya sejak empat belas tahun belakangan. Sebenarnya tingkahnya membuat Rafael agak kesulitan bergerak.

Tapi tak apa, yang penting Angel tenang bukan?

Come along with me and don't be scared

I just wanna set you free

C'mon, c'mon, c'mon

You and me can make it up, be wild

For now, we can stay here for a while

Cause you know, I just wanna see your smile

No matter where you go, know you're not alone

Lagi-lagi lirik yang dinyanyikan Rafael mengungkapkan apa kata hatinya. Karena yang diinginkannya hanyalah melihat senyuman Angel. Senyuman yang akan selalu menjadi penyemangat dalam harinya. Senyuman yang selalu menyertainya sejak ia berusia lima belas tahun. Senyuman yang selalu membuatnya ingin melidungi adik kecil yang saat ini tengah memeluknya erat.

I'm only one call away

I'll be there to save the day

Superman got nothing on me

I'm only one call away

When you're weak I'll be strong

I'm gonna keep holding on

Now don't you worry, it won't be long

Darling, if you feel like hope is gone

Just run into my arms

Rafael sama sekali tidak suka dengan sikap Angel yang seperti ini. Angel yang menghilang ketika masalah menerpanya. Padahal Rafael selalu ada.

Tidak tahukah dia jika Rafael sangat bersedia menjadi kekuatannya disaat Angel lemah? Rafael tidak akan pernah melepaskan genggamannya ketika Angel membutuhkannya. Dan ketika harapan terakhir menghilang sekalipun, Rafael tetap akan selalu ada.

Angel hanya tinggal berlari ke lengannya, dan dia akan selalu memeluknya.

I'm only one call away

I'll be there to save the day

Superman got nothing on me

I'm only one,

I'm only one call away

I'll be there to save the day

Superman got nothing on me

I'm only one call away

I'm only one call away

Mata Angel telah berkaca-kaca ketika Rafael menyelesaikan nada-nada terakhirnya. Gadis itu melepas pelukannya dan menatap lelaki itu dengan pandangan yang tidak akan bisa Rafael artikan.

Rafael benar-benar sukses membuat Angel tidak akan pernah bisa melepaskannya. Karena sadar atau tidak, Rafael telah berhasil membuat rasa ketergantungan Angel padanya semakin besar. Sikap Rafael membuat Angel berjanji jika ia harus mendapatkan lelaki ini untuknya, untuk dirinya sendiri. Tanpa ada wanita pengganggu lainnya. Angel harus benar-benar bisa mendapatkan Rafael!

"Jadi, kau mau menceritakan apa masalahmu padaku?" suara Rafael bahkan terdengar seperti alunan nada yang memanjakan telinga Angel, membuat gadis itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya antusias. Seakan-akan telah terhipnotis dengan pesona Rafael. Dan memang benar.

"Anak pintar..." ucap Rafael sembari membawa Angel kedalam pelukannya. Dan di detik selanjutnya ia telah mendengarkan cerita Angel dengan seksama. Bahkan lelaki itu mengelus punggung Angel tiap kali merasa gadis itu tertekan dan ingin menangis.

Rafael akhirnya bisa mengehembuskan nafasnya lega ketika akhirnya Angel tertidur di pelukannya setelah aksi cerita dan nasehat Rafael yang berlangsung lama.

Paling tidak Angel tidak menyimpan bebannya seorang diri. Pikir Rafael.

Karena miris baginya melihat Angel menanggung bebannya dalam hati. Gadis itu tampak rapuh, seolah jika dunia ingin memakannya, maka hanya dengan sekali telan, Angel akan langsung menghilang.

Tidak, Rafael tidak akan membiarkan itu terjadi.

Karena Angel adalah hal yang sangat berharga baginya. Angel adalah adiknya, dan Rafael akan selalu melindunginya. Sekuat tenaga.

-----------------------------------------------------

Daasa97
Find Me On IG:
Dyah_ayu28

(25 April 2016)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro