Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13. Treat You Better (PRIVATE)

"Apa yang kau maksud dengan berjuang adalah dengan cara mencelakakan wanita yang sedang bersamaku? Kalau iya, selamat... rencanamu gagal." Ucap Rafael dingin sementara raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan jika ia sedang diliputi amarah.

Ya. Rafael sangat marah.

Jemari tangannya mengepal, sedangkan jemarinya yang lain mencengkram ponselnya erat. Seakan cengkramannya bisa membuat ponsel canggih itu menjadi remahan.

Rafael sangat marah, lebih tepatnya kecewa. Kepalanya tidak habis memikirkan bagaimana bisa gadis kecil yang selalu menjadi kesayangnnya melakukan tindakan yang menunjukkan jika nyawa manusia bukanlah hal yang besar bagi Angel.

"Apa maksudmu, El?" pertanyaan yang diajukan dengan nada biasa saja di seberang sana membuat geraham Rafael semakin mengeras.

Angel berpura-pura tidak tahu apapun. Padahal semua ini sudah jelas di mata Rafael.

Jangan berpikir Rafael jika menyalahkan Angel begitu saja dengan apa yang hampir terjadi dengan Abigail. Itu tidak akan terjadi, Rafael mempercayainya, Rafael menyayangi Angel... Jadi bagaimana mungkin terlintas di kepala Rafael tentang Angel yang melakukan hal demikian?

Tetapi kenyaataan yang Rafael temui menghantamnya keras.

Saat itu Rafael melihatnya sendiri, mobil jeep yang sedang melaju ke arah Abigail pada awalnya berjalan lambat. Tetapi ketika wanita itu memutuskan untuk menyebrang di depannya, laju mobil itu meningkat. Beruntung Rafael dapat menarik Abigail tepat waktu, meskipun itu membuat Rafael terserempet dan kakinya harus di gips untuk sementara waktu.

Tetapi bukan itu pokok permasalahannya.

Karena merasa janggal dengan apa yang terjadi, Rafael segera melaporkan hal itu kepada kepolisian. Dan hanya dengan hitungan jam pengemudi yang mengemudikan mobil laknat itu akhirnya dapat ditangkap. Pada awalnya pengemudi yang ternyata pria berandalan berusia sekitar tiga puluh tahun itu tidak mau mau membuka mulut, tetapi setelah di desak agak lama, pria itu mengaku. Seseorang membayarnya.

Dan dengan bukti berupa email yang dikirim pembayar itu, kepolisian mengetahui jika pelaku dibalik itu semua adalah orang dengan domain email Stevano.inc. Lebih tepatnya, orang yang membayar bajingan itu adalah suruhan Jason Stevano atau bisa saja Angeline Stevano.

"Kau bertanya apa yang aku maksud, Angel?! Kau atau Daddymu membayar orang untuk menabrak Abigail! Apa kau sadar dengan apa yang telah kau perbuat! hah!" sentak Rafael pada akhirnya.

Lelaki itu berjalan tertatih memasuki mobilnya. Sungguh! Angel benar-benar membuatnya gila! Seharusnya Rafael membiarkan ketika polisi hendak menangkap orang di balik layar itu, tetapi tidak. Rasa sayangnya pada Angel membutakan matanya. Rafael merasa berubah menjadi orang yang jahat ketika harus menutup kasus itu dengan memberikan sogokan ke sana-sini. Ya, mana mungkin seorang Rafael bisa membiarkan sebuah kabar miring melekat pada tubuh Angel.

Dan karena itu, Rafael tidak menyesal ketika harus berubah menjadi orang jahat dengan menutupi kebenaran. Yang ia sesali adalah Angel sendiri. Gadis itu membuatnya kecewa.

Rafael tahu jika Angel adalah gadis yang amat manja, tetapi Rafael tidak pernah membayangkan jika Angel dapat semurah itu dalam menghargai nyawa seseorang. Sekali lagi, Angel telah memabuat Rafael sangat kecewa.

"Oh, itu..." ucap Angel enteng,

"Jadi.. Apa sekarang aku tidak sempurna lagi dimatamu, El? Apa kau sekarang menyadari jika yang harusnya kau pilih adalah Abigail yang baik? Bukan Angel si penjahat perang?" balasan Angel yang terdengar tanpa penyesalan sama sekali membuat kening Rafael berdenyut. Angel!!

"Apa yang kau katakan?! Huh, Sepertinya kau memang tidak mendengarkan apa yang aku ucapkan!" sentak Rafael tanpa menanggapi ucapan yang keluar dari ponselnya.

"Aku memang penjahat, El. Dan aku tidak sempurna. Tetapi yang harus kau tahu, penjahat ini mencintaimu dan akan selalu berusaha untuk mendapatkanmu. Dan jika seandainya kau lupa, aku ingin mengingatkan... Kau yang telah menyuruhku berjuang. Kerena itu aku tidak akan berhenti. Dan kau tidak bisa mengaturku untuk memilih cara apa dalam perjuanganku sendiri."—tuutttt. Telpon itu diputuskan secara sepihak.

Rafael terhenyak. Angel tidak berusaha menyangkal sama sekali! Bahkan gadis itu terkesan membenarkan ucapannya, Rafael tidak percaya ini!


"Ternyata memang hanya dia yang kau pedulikan, El. Seharusnya aku merasa beruntung karena kau memutuskan untuk melepaskanku. Bukannya malah bersedih karena kehilangan orang sepertimu.." ucapan wanita di sebelahnya membuat Rafael menoleh untuk menatap Abigail yang ternyata juga sedang mentapnya dengan senyuman miring.

"Orang sepertiku?"

"Ya. Orang sepertimu. Orang yang tidak mengerti kemana sebenarnya hatinya melaju. Orang yang selalu plin-plan dengan keputusan yang diambilnya. Dan terlebih lagi, orang yang tidak bisa membedakan mana baik dan jahat jika itu berkaitan dengan orang yang disayanginya..." ucap Abigail dengan nada suara bergetar.

Hati Abigail sangat sakit oleh harapan yang sebenarnya semu. Pada awalnya, Abigail sempat terpikir jika Rafael masih mencintainya. Yah, Abigail memiliki pemikiran itu karena Rafael tidak peduli dirinya terluka ketika menyelamatkannya.

Tetapi ternyata ia salah, itu hanyalah gerakan reflek dari Rafael. Karena yang selanjutnya terjadi adalah, Rafael bersikap seperti orang yang kesetanan ketika mendapati kenyataan dari kasus yang dilaporkannya sendiri bahkan sampai memaki-maki Polisi. Dan dengan segera, Rafael langsung menutup kasus itu tanpa kecuali. Tentu saja, ha itu dikarenakan Rafael mengetahui jika nama Stevano-lah yang berada di balik kasus itu. Atau lebih tepatnya, Angeline. Karena tidak ada keluarga Stevano yang memiliki motif besar untuk mencelakakan Abigail sebesar Angeline.

Abigail mendesah.

Lagi-lagi, Angel yang kembali menjadi pemenangnya. Anak manja itu nampaknya selalu diberkati dalam setiap langkah yang dipilihnya. Sedangkan Abigail? Abigail merasa jika dirinya hanyalah tokoh figuran yang diperankan dalam pengambilan film percintaan antara Rafael dan Angeline. Miris.

"Apa kau masih tidak terima dengan aku yang menutup kasus ini? Apa kau sangat ingin melihat Angel dihukum? Begitu? Dengan begitu kau akan senang?" balas Rafael tanpa ia pikirkan sebelumnya.

Lelaki itu masih kalut. Dan jangan pernah berusaha memprovokasi orang yang sedang kalut. Atau kau yang akan menerima dampaknya. Seperti saat ini, Rafael terlihat lupa jika Abigail juga merupakan korban dari kecelakaan ini.

"Jelas-jelas dia melakukan kesalahan? Kenapa kau tidak mengajarinya untuk mempertanggung jawabkan kesalahan yang ia perbuat?" terlebih kau juga terluka. Tambah Abigail di dalam hati sembari menatap kaki Rafael nanar.

"Kenapa itu mengganggumu? Toh setelah ini aku yakin jika Angel tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kali?!" Rafael tidak yakin akan ucapannya satu ini, "Dan lagi, bukankah kau juga tidak terluka sedikitpun?" decih Rafael, "Yang terluka itu aku, jadi itu tidak memberimu hak untuk berkomentar apapun dengan apa yang akau lakukan sekarang. Jika aku tidak menginginkan Angeline bertanggung jawab, maka itu yang akan terjadi. Dan tidak ada yang bisa mengubahnya." Ucap Rafael kesal.

Rasa marah dan kecewa dalam dirinya masih belum hilang, dan itu yang membuat lelaki itu melampiaskan semuanya pada Abigail.

"Tapi kau terluka.." lirih Abigail yang membuat Rafael semakin muak dengan sikapnya.

Hei?! Rafael sudah tahu jika dia terluka! Apa perlu Abigail mengingatkan hal itu padanya?

"Apa urusannya denganmu?!" sentak Rafael kesal,

"Tentu saja ada urusannya denganku.... Karena aku merasakan rasa sakitnya dua kali lipat dibandingkan dirimu..." Abigail terisak, dan itu membuat Rafael membeku sesaat,

"Aku mencintaimu. Dan itu membuatku merasakan semua rasa sakit yang kau terima dengan rasa yang lebih besar. Aku mencintaimu, karena itu dengan hanya melihat lukamu, aku merasakan jika yang sedang terluka itu aku." Tambah Abigail yang membuat Rafael langsung memutar semua kejadian yang berlangsung hari ini.

Tentang Rafael yang memutuskan Abigail, tentang Abigail yang sempat akan ditabrak, dan tentang bagaimana paniknya Rafael ketika berusaha menutup kasus Angeline. Padahal korban yang sebenarnya ada di sebelahnya, Abigail.

Rasa bersalah Rafael keluar. Ia merasa sudah sangat keterlaluan. Ia benar-benar telah menjadi lelaki brengsek! Dan Abigail-lah yang telah menjadi korban dari kelakuan brengseknya.

"Maafkan aku, Abs. Maaf." Dan sekali lagi, hanya kata itu yang bisa Rafael ucapkan.

Karena tidak ada hal lain yang bisa Rafael berikan pada Abigail lagi... selain kata maafnya.

***

Javier memakirkan mobilnya di depan mansion Stevano dengan asal-asalan. Di detik selanjutnya, lelaki yang saat ini tengah mengenakan kemeja berwarna biru, celana khaki dan sepatu Phantopelnya itu segera berjalan menuju pintu masuk dimana beberapa maid telah menyambutnya.

Yeah, Justin Stevano memang sama berlebihannya dengan Jason Stevano. Termasuk dalam urusan jumlah pekerja yang ia kerjakan di mansion. Memangnya ini toserba?

"Dimana Mommyku?" tanya Javier pada salah satu maid perempuan di sebelahnya,

"Di kamar Nona Angel, Tuan..." jawab maid dengan baju hitam-putih itu langsung.

Javier segera berjalan cepat menuju tangga melingkar yang menuntunnya menuju sayap kiri mansion. Tempat kamar Angel berada.

Pada awalnya Javier sedang bertemu dengan beberapa orang yang ia pekerjakan untuk menjadi petinggi beberapa media lokal miliknya di Barcelona, ketika Olivia menelponnya. Ibunya mengatakan jika Angel sudah berada di Valencia dan kondisinya terlihat buruk setelah menerima telpon Rafael. Karena itu, Javier bergegas kemari dengan memangkas waktu dengan melajukan mobilnya lebih kencang.

"Ada apa, Mom?" tanya Javier dengan nada sedikit tinggi begitu melihat Olivia tengah berdiri di depan kamar Angel dengan pandangan khawatirnya.

Olivia menoleh dan segera menggenggam tangan putranya, "Mommy tidak tahu, Javier... yang Mommy ketahui tadi Rafael menelpon Angel. Dan Angel langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa mau keluar lagi. Dia bahkan tidak mau repot-repot menjawab ucapan Mommy..." ucap Olivia khawatir. Javier memejamkan mata. Sialan!

Rafael benar-benar sialan!

"Dimana Grandpa Justin?" tanya Javier lagi. Karena sangat tidak mungkin Justin tidak terlihat ketika Angel seperti ini.

"Uncle Justin sedang memancing dengan Grandpamu... Mommy tidak terpikirkan sama sekali untuk menghubunginya... Mommy sungguh panik. Untung kau segera datang." jawab Olivia dengan ekspressi sedikit lega.

Jika dipikir-pikir, sebenarnya jawaban Olivia tidak masuk akal sama sekali. Mana mungkin ia lebih memilih menghubungi putranya yang sedang berada di kota lain, daripada Justin yang sedang memancing di pinggiran kota? Tetapi sekali lagi, Javier kurang peka untuk menyadari hal seperti itu.

"Dan Javier... Daddymu akan pulang sebentar—" Olivia melirik jam tangannya, "Tiga puluh menit dari sekarang. Kau jaga Angel dulu, ya... lihat keadaannya. Mommy nanti akan menghubungi Uncle Justin dan kembali kemari bersama Daddymu.." ucap Olivia yang mendadak panik seolah tengah dikejar waktu.

"Okay, Mom... Just keep calm. I'll keep her, don't worry..." ucap Javier menenangkan. Ya, siapa yang tidak mengenal ayahnya. Lelaki itu sudah pasti akan marah-marah sendiri apabila tidak menemukan Olivia ketika ia pulang ke rumah, sudah tertebak.

Olivia tersenyum sebelum mengambil tasnya yang terletak di atas meja dan berjalan menuju tangga. Sebelum wanita itu turun kebawah, Olivia menyempatkan diri untuk kembali melihat Javier yang terlihat sibuk mengetuk pintu kamar Angel. Pemandangan yang menyenangkan.

Well... Jika Jason bisa melakukan apapun demi putrinya, kenapa Olivia tidak bisa melakukan apapun untuk putranya?

***

"Kamarmu gelap sekali, Angel..." ucap Javier sembari meraih remote yang masih tertempel rapi di dinding. Sepertinya Angel tidak meraihnya sama sekali begitu memasuki kamarnya tadi.

Yeah, Javier terpaksa menyuruh pelayan mencarikan kunci cadangan untuk membuka pintu Angel karena Angel tidak bergeming sama sekali. Menjawab sedikitpun tidak. Dasar anak kecil!

Javier memencet tombol remote itu dan ruangan dengan cat biru itupun akhirnya terang. Memperlihatkan kamar dengan perabotan yang didominasi warna biru dan putih yang sangat feminim. Khas Angel.

"Kenapa kau ada disini?" sebuah suara yang terdengar tidak senang menarik perhatian Javier. Dan ketika Javier menoleh, sebuah senyuman terbit di wajah Javier begitu melihat Angel tengah duduk di atas sofa di dekat jendela dengan pandangan mata yang menatap Javier tajam.

"Loh? Sejak kapan kau pulang ke Spanyol, Angel? Aku pikir kamarmu kosong..." bohong Javier yang tentu saja diketahui Angel.

"Pembohong. Kau sudah tahu aku ada disini." Ucap Angel dingin.

"Aku tidak berbohong, sungguh..." Javier tersenyum.

"Kenapa tadi kamarmu gelap...?? Kau sedang menyepi? Wah... Sejak kapan agamamu berubah menjadi Hindu? Eh, tunggu... yang memiliki hari raya nyepi itu agama Hindu atau Budha ya? Aku lupa..." kekeh Javier konyol.

Angel mendengus tidak suka mendengar omongan Javier yang menurutnya melantur, "Jika kau tidak tahu aku ada disini, tidak mungkin kau terus menggedor-gedor pintu kamarku sedari tadi.." kau pikir aku bodoh! Tambah Angel dalam hati.

"Hah? Jadi kau mendengar gedoranku? Lalu kenapa pintunya tetap tidak kau buka? Dan lagi... Kenapa itu dengan matamu? Merah sekali... Kau kemasukan debu, ya?" tanya Javier dengan lagak sok serius.

"Aahh.... Sekarang aku mengerti kenapa Mansion Grandpa Justin memiliki banyak pelayan..." Javier bersungut-sungut ketika mengatakannya,

"Ck, Kebanyakan mereka pasti sangat malas... Aku yakin itu...Aku jadi kasihan padamu,Angel... Karena pelayanmu malas, kamarmu jadi penuh debu...Matamu pasti sakit ya, terkena debu sebanyak itu." Javier mengatakannya sembari mendekat ke arah Angel dan duduk tepat di sampingnya.

Angel hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan ngawur Javier. Sementara tangannya ia gerakkan untuk mengusap air matanya.

"Siapa yang menyuruhmu duduk disini?" ucap Angel dengan nada datar.

Javier terkekeh, "Disebelah sana banyak debu. Karena itu aku duduk di sini... Aku takut mataku memerah seperti punyamu. Tidak bolehkah?" jawab Javier.

"Tidak boleh. Sekarang kau keluar.."

"Nanti kau menangis lagi..." ucap Javier sembari tersenyum lembut dengan mata biru yang menatap Angel sayang, "Jangan menangis... Atau jika kau memang ingin menangis, biarkan aku ada disini..." Javier memegang jemari Angel yang mendadak beku akibat perubahan sikap Javier,

Kenapa Javier mendadak bersikap selembut ini?

"Karena aku akan merekam tangisanmu dan menayangkan di Channel Nat Geo Wild milikku.. Aku yakin, setelah itu ratingnya pasti naik...." Javier tergelak kencang ketika selesai mengatakan kalimat terahirnya.

What the—Angel sama sekali tidak bisa berkata-kata melihat tingkah Javier.

"Kau pikir aku simpanse?! Sehingga ingin kau tayangkan di channel hewanmu itu?!" pekik Angel sembari mencubit pinggang Javier kecil, membuat lelaki itu memekik dan tertawa di saat yang bersamaan.

"Bukan—awww... Kau tidak pantas disebut Simpanse, kau itu Marmut.." kekeh Javier sembari meraih tangan Angel agar tidak bisa mencubitnya lagi.

"Apa?! Marmut?! Dasar Tupai!" Pekik Angel kesal.

"Keledai!" Balas Javier,

"Jerapah!" Javier tergelak mendengar hewan yang diucapkan Angel untuk mengatainya. Heh, memangnya leher Javier panjang??

"Koala..." ucap Javier sembari mengedip-ngedipkan matanya menjijikkan.

"Mikroba!!"

"Hei! Jangan Mikiroba... Mikroba itu panggilan sayang Evan untukku..." ucap Javier percaya diri yang membuat Angel ingin muntah.

Panggilan sayang? Bahkan Evan dan Javier lebih cocok disebut Tom dan Jerry ketika bersama.

"Baru kali ini aku mendengar jika Mikroba dijadikan sebagai panggilan sayang." Angel menatap Javier melecehkan. Sementara itu Javier menatap Angel dengan cengiran jahilnya. Like always.

"Paling tidak itu lebih baik daripad dipanggil Beruang.." bela Javier. Angel berdecih, Javier memang pintar mencari alasan.

"Lepaskan tanganku, Jav!" perintah Angel yang menyadari jika tangan besar Javier masih setia memegang tangannya erat. Bahkan saat ini telah berpindah posisi, bukan lagi di pergelangan tangan, tetapi telapak tangan Angel saat ini Javier genggam.

"Tidak, nanti kau mencubitku lagi..." ucap Javier beralasan, tetapi Angel dapat melihat cengiran Javier yang mencurigakan. Pria ini sengaja!

Akhirnya, daripada harus berdebat lebih panjang dengan Javier, Angel lebih memilih untuk membiarkan Javier menggenggam tangannya erat. Toh, ketika ia lelah pasti Javier akan melepaskannya sendiri.

"Angel, aku punya berita hebat untukmu..." ucap Javier dengan nada dan pandangan seriusnya.

"Apa?" tanya Angel, sedikit tertarik.

"Kau tahu..." Javier mendekatkan bibirnya pada telinga Angel. Membuatnya bisa mencium wangi rambut Angel yang sudah sangat ia hafal, "Aku tidak takut beruang lagi..." bisik Javier pelan, tapi penuh kebanggaan di setiap kata yang ia ucapakan.

Ha Ha. Angel Speechless. Ternyata berita pentingnya hanya itu? Hebat.

"Dasar konyol." Rutuk Angel yang membuat Javier tertawa geli hingga matanya menutup.

Angel sampai sangsi... Javier masih waras kah? Karena sejak tadi yang pria itu lakukan tidak lepas dari terkekeh dan tertawa. Atau mungkin saja Javier sedang bahagia.

"Javier..." Angel memanggil Javier setelah mereka terdiam cukup lama.

"Ya?"

"Kau tidak ingin mendengar alasan kenapa aku menangis?" tanya Angel penasaran.

Lagi-lagi Javier hanya terkekeh pelan,

"Tidak. Kau kan memang cengeng." Jawab Javier sekenanya.

Angel tersenyum sebelum menyandarkan kepalanya di bahu Javier dan memejamkan mata. "Kau benar, aku memang cengeng..." ucap Angel menyetujui ucapan Javier,

"Dan entah kenapa aku sangat menyukai kau yang seperti ini. Javier yang tidak banyak bertanya. Sehingga membuatku tidak perlu susah payah untuk memikirkan jawabannya." Ucap Angel dengan suara yang semakin pelan. Sepertinya gadis ini mengantuk.

Dan benar, beberapa saat setelah itu Angel telah terlelap.

"Good Night, My Angel..." ucap Javier sembari mencium puncak kepala Angel ketika mendengar deru napas Angel yang mulai teratur.

Javier menyunggingkan senyum miringnya, sementara itu tangannya mengelus jemari Angel perlahan.

Hah! Bertanya? Pikir Javier geli,

Untuk apa Javier bertanya jika ia telah merasa mengetahui jawabannya?

Rafael Marquez Lucero, or we can call him The Bastard.

Apa ada yang akan menyalahkan jawaban dari Javier? Sepertinya tidak.

Dan Rafael telah berbuat kesalahan. Karena dia membuat Javier manyadari jika tidak ada yang bisa memperlakukan Angel lebih baik dari Javier sendiri. Tidak ada, termasuk Rafael.

Hanya Javier.

Dan mulai sekarang Javier telah memutuskan, dia akan memisahkan Rafael dan Angel dengan apapun caranya. Karena bukan kebahagiaan Angel yang Javier lihat begitu Rafael memutuskan pilihannya, tetapi tangisannya.

Javier sudah tidak percaya dengan kata pengorbanan lagi, persetan dengan itu. Yang Javier percaya sekarang hanyalah perjuangan keras untuk membuat wanita yang ia cintai tertawa bahagia. Dan itu akan ia lakukan dengan tangannya sendiri.

Bukan tangan Rafael maupun orang lain.

Jadi Rafael... Pertandingan baru dimulai dari.... sekarang.

------------------------------------------------------

Daasa97

(04 September 2016)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro