Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Liburan? Bukan!

Anak-anak kelas satu berbahagia di lapangan. Mereka mendapat kabar tentang liburan- ah bukan liburan, tetapi mereka akan mendapatkan tes di alam. Kepala sekolah sendiri yang menginginkan mereka untuk belajar. Kepala sekolah membuat pembelajaran berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang mungkin saja terasa begitu-begitu saja dan tidak ada perubahan.

Para guru memakai baju santai, tidak memakai baju formal mereka yang biasa dipakai di saat mengajar. Jubah Pak Hagaromo tidak dipakai, dia memakai kaos putih dan celana pendek berwarna hitam. Warnanya memang cukup mencolok.

"Fururun, kamu bawa apa?" tanya Vara.

Fururun tersenyum lebar. "Guling, bantal, pakaian, seragam, kipas, beserta peralatan sulap lainnya."

Dahi Vara mengernyit. "Su-sulap untuk apa?!"

Nana terkikik geli. "Hohoho! Lebih baik aku yang membawa kartu judi."

Hanaru mengangguk. "Sabar Vara, otak mereka hampir sama kok."

"Tidak sama!" teriak Fururun dan Nana bersamaan.

Bintang menengok kanan-kirinya. Sepertinya ada yang membuat perasaannya bingung sama sekali. Teman-temannya bersikap seperti tidak ada yang terjadi saat kemarin. Saat semuanya menjadi buruk dan seketika ada tengkar di kelasnya.

Rizal menyikut lengan Bintang. "Kenapa raut wajahmu bingung begitu? Kita akan belajar diluar ruangan tahu. Keadaan di alam sangat berbeda dari akademi yang begitu-begitu saja loh Bin."

Yuma ikut menyikut lengan Bintang. "Sedang galau yah? Atau.. kau sedang tidak enak badan?"

Bintang mengusap tengkuknya. "Kalian tidak merasakan ada yang aneh kah? Sikap kalian seperti tidak terjadi apa-apa."

Yuma memiringkan kepalanya. "Huh, memangnya apa yang terjadi? Ada yang ulang tahun, eh kau ulang tahun? Selamat kalau begitu."

Rizal dan Yuma menyalami Bintang sambil cengengesan. Bintang yang ingin berteriak seketika dirinya tahan. Ternyata semua orang benar-benar tidak mengingat kemarin. Bintang menghembuskan nafas pelan, dia berusaha untuk melupakan juga. Bisa saja teman-temannya tidak ingin membahas sesuatu yang telah membuat hubungan mereka semua rusak.

Pak Hashirama bersorak agar semua kelas berbaris. Namun, bukannya berbaris dengan baik, beberapa negara yang berdekatan dengan Indonesia langsung menjauh begitu saja. Mereka rela berdempet-dempetan bersama sesama saingan yang lebih berat daripada yang rendah sama sekali.

Indonesia seketika berkecil hati. Karena merasa sangat direndahkan dan dijauhi padahal tidak berbuat salah. Pak Hagaromo menyalakan kekuatan apinya. Dia menatap tajam negara Malaysia serta Brunei Darussalam yang bersebelahan dengan Indonesia.

"Baris yang benar! Atau Master akan hukum kalian semua!"

Barisan menjadi normal kembali. Namun itu semua malah menjadi buruk bukan sebaliknya. Fururun yang sedang diam tiba-tiba saja bahunya dipukul kencang. Fururun hanya tersenyum kecil dan kembali ke posisi barisannya. Widya dan Pika yang merasa tidak terima langsung memberi tatapan mematikan.

"Apa maksudmu melakukan itu pada temanku?" tegur Widya.

Perempuan berambut ponytail hanya tersenyum licik. "Malaysia akan mendapatkan Cloverestia. Dan, kalian hanya akan dapat sampah!"

Teman-teman perempuan itu menertawakan Fururun. Pika yang tersulut emosinya langsung ditahan Fururun agar tidak menambah masalah lagi.

"Ada apa? Bukannya kita direndahkan? Aku tidak dapat diam." Ucap Pika.

Fururun menggeleng kencang. "Jika di mata mereka kita dianggap rendah, maka kita tidak harus berbuat seperti orang rendahan."

Pika mengangguk paham. Orang-orang itu masih mencemooh mereka dan Pika tetap menahan emosinya. Widya berusaha mengendalikan marahnya agar siswi yang tak memiliki sifat manusia itu tidak diserang kekuatan pasir miliknya.

Anak-anak kini masuk ke pesawat. Pesawatnya sangat luas dan memiliki beberapa fasilitas juga walau tidak lengkap seperti hotel bintang lima. Saat melihat setiap bangku pesawat, anak-anak Indonesia hanya menahan marah. Bangku mereka dicoret-coret entah oleh siapa.

"Apa.. kita tidak salah masuk pesawat?" tanya Mezu pada lainnya.

Mereka semua menggeleng. Pak Hagaromo menatap kasihan anak-anak Indonesia yang terus terkena bully walau di pesawat juga. Pak Hagaromo tidak dapat melakukan apa-apa, guru di akademi banyak bukan dirinya saja. Pasti beberapa guru tidak terlalu mempermasalahkan pembully-an karena tidak mau nama muridnya jelek.

"Anak-anak! Duduklah dengan tenang, kita akan terbang ke pulau buatan akademi. Hinland, kita akan ke sana untuk belajar dan berlatih." Ucap Pak Hagaromo membuka pembicaraan.

Beberapa murid bersorak riang mendengar hal itu. Pak Hagaromo tersenyum kecil, ternyata hati muridnya sangat kuat walau mendapat bully-an sekali pun.

Tidak sia-sia aku menjadi wali kelas mereka. Aku percaya suatu saat nanti, murid-muridku akan menjadi orang hebat. Batin Pak Hagaromo.

🍀

"Gila!! Luas sekali!"

"Bisa berenang nih!"

"Ini pulau buatan yang benar-benar hebat!"

Semua murid bergembira saat pesawat  mereka sudah mendarat di bandara Hinland. Yuma menggoyang-goyangkan tubuh Rizal yang sudah mabuk berat. Kripik dan Carl menatap Rizal.

"Yuma kau yang bawa Rizal." Ucap Kripik.

Carl dan Bintang mengangguk. Yuma tersenyum kecut, seharusnya dia ikut berbahagia saat pesawat sampai, tetapi kini dia harus membawa Rizal yang mabuk di sebelahnya. Rizal memang memiliki sifat mabuk udara yang sudah akut sama seperti saat dirinya pertama kali naik pesawat menuju akademi.

"Aktifkan kekuatan paus dan cheetah."

Shh!

Yuma keluar cepat dari pesawat. Rizal yang mabuk semakin dibuat mabuk karena kecepatan Yuma dalam membawa tubuhnya. Anak-anak yang melihat Yuma hanya tertawa karena wajah mabuk Rizal di belakangnya.

Eris dan Fururun memimpin anak-anak turun dibantu Pak Hagaromo.

"Ada yang mau jadi imouto Eris?" tanya Eris saat melihat Hanaru.

Hanaru menatap datar. "Nggak."

Mezu yang seperti mendengar perkataan Eris hanya memberi uang lima ratus perak. "Jadikan uang ini adikmu, aku rela kok."

Eris terkikik miris. "Hiks."

Anak-anak sudah berkumpul dan membentuk lingkaran sambil menghadap Pak Hagaromo yang ingin berbicara. Pak Hagaromo menjelaskan kalau semua tempat ini mempunyai aturan dan ada hal yang sangat berbahaya jika salah satu murid melanggarnya.

Pak Hagaromo tidak memberi tahu apa saja aturannya karena salah satu ujian adalah menebak peraturan yang ada.

"Kenapa begitu Master?" tanya Fuyu.

Pak Hagaromo hanya memberi acungan jempol. "Tempat ini layaknya permainan. Ingat! Hanya permainan. Jika kalian tersesat ingat perkataan Master. Semuanya akan kembali ke perkataan Master juga. Permainan."

Anak-anak mengangguk paham walau mereka masih bingung sama sekali.

Seluruh anak mendirikan tenda di sebuah lahan luas. Banyak rerumputan dan hutan yang memenuhi pulau. Pulau ini sangat luas dan sangat hijau akan hutannya. Ada sungai, air terjun, laut, serta pantai yang cukup lengkap sebagai pulau wisata hunian. Lalu guru-guru menginap di hotel mewah yang berada di pusat Hinland.

Suasana Hinland sangat memuaskan mata. Banyak pohon rindang yang mengelilingi. Udara begitu segar jika dihirup karena keasrian alam.

Yuma tersenyum lebar saat dirinya berhasil mendirikan tenda. "Lelahnya!"

Carl tersenyum ke arah Yuma. "Aku membawa minuman isotonik. Aku membelinya dari kantin akademi untuk persediaan di sini. Rasanya juga enak."

Teman sekamar Carl langsung mengambil beberapa minuman kaleng itu dan meminumnya. Rizal yang sudah siuman beberapa saat yang lalu, ikut minum juga. Bintang mengernyit heran, pasalnya di koper tidak diperbolehkan bawa makanan atau minuman tetapi Carl dapat membawanya- eh menyelundupkannya.

"Bukannya--"

Carl langsung memotong ucapan Bintang dan menunjukkan tas di punggungnya. "Aku memakai tas ini. Pamanku yang membuatnya agar aku bisa menyimpan banyak barang."

"Wah, hebat sekali." Kata Kripik.

Bintang melihat sekitarnya. Lahan ini tidak dimiliki siapa-siapa dan hanya bendera Indonesia yang ditancapkan oleh Pak Hagaromo sebelum dirinya pergi. Yang Bintang yakini kalau wilayah yang ditempatinya sudah dimiliki Indonesia bukan negara lain.

Di sisi lain, anak-anak perempuan sedang mengeluarkan beberapa barang bawaan mereka walau pun hanya sedikit.

Sura menatap keempat teman sekamarnya. "Apa kalian tidak merasa ada yang aneh? Apa.. hanya aku saja?"

Fuyu menggeleng kecil. "Jika aku merasa ada yang aneh, aku bisa saja keluar dari tenda."

Sura melihat ke luar tenda. Teman-teman mereka ada yang sedang menyiapkan api unggun dan ada yang sedang bermain kartu judi. Walau kini mereka hanya bermain-main, tetapi dibalik itu semua ada yang sedang serius memikirkan ucapan Pak Hagaromo yaitu Sura.

Heny mengeluarkan mafuteru dari tasnya. "Aku merasa aneh kok Sur, bukan kau saja. Jika kau melihat pulau dari atas pasti kau akan percaya, kalau aku melihat sebuah patung berada di pedalaman hutan yang jauh dari tempat kita mendirikan tenda. Kira-kira apa yah?"

Mata Widya berbinar-binar. "Eh? Benarkah itu? Ayo kita cari harta karun pasti seru."

Fururun juga setuju akan ucapan Widya. "Pulau ini akan menjadi misteri baru huehehe."

Fuyu menghela nafas berat. "Aku ikut saja deh."

Pak Hagaromo menepuk-nepuk tangannya. Anak-anak yang mendengar langsung segera berkumpul. Pak Hagaromo membagikan sebuah kartu kepada tiap orang. Kartu itu berwarna putih terang dan tidak memiliki isi.

"Ini kartu ATM Master?" tanya Fururun.

Pak Hagaromo tertawa kecil. "Bukan kok. Ini adalah pembagian tim. Anggota tim akan dapat kalian lihat di kartu itu saat malam tiba. Umm, iya saat malam tiba. Master bertanya ke seorang guru dan mendapat informasi kalau kartu itu canggih."

"Canggih seperti apa?" tanya Milki.

Pak Hagaromo tersenyum jahil. "Kalian akan tahu sendiri. Oh iya, selama beberapa minggu kalian akan berada di sini. Semoga kalian betah dengan suasana alam. Selamat berjuang!"

Shh!

"TELEPORTASI LAGI?!"

Anak-anak berteriak bersamaan. Mereka lumayan kesal jika Pak Hagaromo menggunakan kekuatan teleportasi seenaknya. Mau di kelas, akademi, hingga di Hinland dia juga melakukannya.

"Kenapa Pak Hagaromo bisa melakukan teleportasi? Ini pulau yang luas 'kan?" tanya Rehan.

Murid-murid juga baru menyadari hal itu. Seharusnya jarak teleportasi paling jauh adalah lima kilometer saja dan tidak lebih.

🍀

"Kamu akan pergi ke mana?!"

"Aku tidak peduli!"

"Yuma!"

"Argk!" teriak Bintang.

Kripik menepuk-nepuk pipi Bintang yang bermimpi buruk. Bintang membuka matanya perlahan. Yuma, Carl, dan Rizal menatap Bintang yang wajahnya semakin kusut.

Bintang menutup mata dengan lengannya. "Aku tidak tahu, aku tidak tahu kenapa aku selalu bermimpi buruk. Aku juga bingung, kenapa.. kenapa kalian tidak merasa seperti sudah terjadi apa-apa? Kenapa hanya aku?"

Rizal menepuk bahu Bintang pelan. "Kami semua akan ada di sisimu Bin."

Semuanya menyemangati Bintang agar tidak terlalu terpikirkan dengan mimpinya. Tapi, Bintang tetap merasa takut jika setiap hal di mimpinya akan menjadi nyata.

Kekuatan ini. Batin Bintang.

To be continued..

Libur telah tiba, libur telah tiba, hore! Hore! Hore!! Hatiku gembira! perasaan udah liburan hampir dua bulan dong ( TДT)

Gimana liburannya senang? Banyak tugas? Atau.. bosen rebahan? Ahahaha sabar gaes. Karena saat ini tidak akan terulang untuk kedua kalinya ('ω')

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro