3/3
"Diana hamil. Dia sedang mengandung anakku."
Bak tersambar petir di siang bolong, [Name] seketika menghentikan kegiatan menyeruput Ice Vanilla Latte favoritnya. Mata wanita itu tampak membelalak karena kaget dengan lontaran kata-kata yang baru saja memasuki gendang telinganya.
Apa katanya tadi?
Tanpa menunggu respon wanita di depannya, Claude kembali berkata. "Dia akan tinggal disini mulai sekarang. Hanya itu yang ingin aku katakan padamu."
Setelah itu, Claude bangun dari kursinya di meja makan dan berjalan keluar setelah meraih tas kerjanya. Pria itu pergi bahkan tanpa menoleh sedikitpun pada [Name] yang masih terpaku di tempatnya.
[Name] tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Hatinya terlampau sakit. Apalagi Claude mengatakan itu tanpa beban dan rasa bersalah sedikitpun. Bagiamana pun juga, [Name] itu istrinya kan? Meski itu hanya di atas kertas, tidak bisakah Claude menghargai perasaannya sedikit saja?
Jadi itu alasan kenapa Claude masih ada di rumah disaat biasanya pria itu sudah berada di kantor? Untuk memberitahunya hal ini? Hal menyakitkan ini?
Tanpa bisa dicegah, tetes demi tetes air mata perlahan jatuh membasahi wajah [Name]. Ia menangis tanpa suara di meja makan yang luas dan sepi itu.
"Kenapa mencintaimu terasa sangat menyakitkan, Claude?" [Name] bergumam disela tangisannya. Gadis itu tahu bahwa ia lah yang menjadi orang ketiga, tapi tidak bisakah ia bahagia sebentar saja? Tidak pantaskah [Name] bahagia? Bahkan di pernikahannya sendiri?
Rasa cinta [Name] pada Claude begitu besar, tak mudah baginya untuk membuang begitu saja perasaan yang sudah lama mengendap di dasar hatinya. Tapi jika terus seperti ini bagaimana? [Name] hanya akan menyakiti dirinya sendiri. Bukan secara fisik, namun secara batiniah wanita itu akan hancur karena rasa cintanya sendiri.
Apakah memang pernikahan ini harusnya tidak terjadi sejak awal?
Hati manusia itu rapuh, tapi masih bisa dibebat. Juga, hati manusia itu bisa remuk, tapi masih bisa dipungut. Dan hati manusia itu lunak, mudah berubah kapan saja. Jadi siapa yang mampu mengendalikan hati manusia? Bukankah itu harusnya diri kita sendiri?
[Name] mulai kembali memikirkan pilihan hidupnya. Sejak awal, [Name] sendiri lah yang membuat dirinya terjebak dalam pernikahan tanpa cinta yang kini ia jalani.
Untuk apa bersama orang yang kau cintai jika dia masih terjebak di masa lalu?
Petualangan mungkin akan menyakitimu. Tapi, terjebak dalam rutinitas-yang tidak kau sukai- akan membunuhmu perlahan.
Setelah melewati pertimbangan yang berat, akhirnya [Name] membuat keputusan terbesar dalam hidupnya.
"Ayo kita bercerai."
Tidak ada yang ingin pernikahannya berujung pada perceraian, tidak ada juga yang bercita-cita untuk bercerai. Namun jika pilihan terbaik adalah berpisah maka mau tidak mau [Name] harus mengambil langkah tersebut.
[Name] memilih untuk menyerah pada cinta dan juga pernikahannya. Wanita itu sadar, sejauh apapun yang sudah mereka lakukan, Claude tetap milik orang lain.
Berbulan-bulan [Name] menjalani pernikahan ini. Terjebak dalam takdir gila yang ia ciptakan sendiri. Menjalani cinta yang wanita itu sebut sebagai kebodohan luar biasa yang pernah ia lakukan.
.
.
.
FIN
Words : 461
Jum'at, 8 April 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro