Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 5. Target Masa Depan

"Berlagak tulilah ketika seorang sedang merendahkanmu, karena sesungguhnya mereka dahulu yang merendahkan dirinya sebelum merendahkan orang lain"
____________________________________

Kilana menatap jadwal Ulangan Bulanan yang telah dipegangnya. Melirik Irada yang lagi-lagi mengeluh tentang betapa cepatnya waktu berlalu hingga UB kini di depan mata. Tak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Kilana, meski Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) pun ia tak pernah khawatir.

SMA Langit Biru mempunyai sistem tersendiri bagi para muridnya. Selalu mengadakan ulangan tiap akhir bulan dengan nama lain UB. Diadakan UB ini bertujuan umtuk mengetes dimana tiap kemampuan peserta didiknya dalam menyerap perbab yang mereka pelajari, juga mengetes keaktifan para guru pengajar dalam mendidik muridnya. Semua menguntungkan bagi kedua pihak, maka dari itu para murid harus menerima adanya sistem ini.

Jangan lupakan satu sistem yang saat ini dianggap memicu kedengkian juga memicu semangat. Peringkat, siapa lagi yang tidak tahu dengan kata tersebut. Sebagian kecil menyetujui dari adanya sistem peringkat untuk mendorong semangat pelajar supaya lebih giat membangun prestasi, namun tak urung juga beberapa orang kurang menyetujui karena adanya sistem peringkat membuat batas antara mereka yang bodoh dan yang pintar. Meskipun begitu pihak sekolah tetap menerapkan sistem ini dengan tujuan menjunjung dan menampakkan dimana kemampuan tiap masing-masing pelajar.

Bagi para peringkat 1 sampai 10 adalah sebuah kebanganggan. Jika juara bertahan selain mendapat gratis spp sampai lulus, mendapat perlakuan khusus oleh para guru pengajar, dan mendapat les gratis sampai lulus. Bagi peringkat 11 sampai 20 mendapat gratis spp setahun dan les setahun. Bagi peringkat 21 sampai 30 mendapat gratis spp setahun. Namun bagi peringkat bawah hanya mendapat perlakuan ketat dari para guru berang. Sedangkan bagi para peringkar tengah-tengah diajar oleh para peringkat 1 sampai 30 dengan bergilir tiap minggunya. Jadi tak heran banyak para calon anak SMA ingin bersekolah di sana karena sistemnya sangat terdidik.

"Na kapan lo bisa masuk lima besar?" Irada membuka buku Bahasa Indonesia sembari bertanya.

"Masuk sepuluh besar aja syukur gue," ujar Kilana ringan.

"Coba aja Livana nggak ngekang, pasti deh lo bisa naik peringkatnya. Itu juga kenapa Digan si peringkat satu plus ketos diem aja." Irada mulai mengomel panjang lebar mengenai kelakuan Livana yang berlagak ratu, padahal kan ini yang kena imbsnya Kilana sendiri.

"Livana itu udah biarin lah kelakuannya gimana, senggaknya gue nggak berurusan sama dia. Digan sih nggak tahu masalah itu dari awal sampai sekarang."

Mendengar penjelasan Kilana membuat Irada kurang puas. Ingin sekali ia melawan Livana apabila posisinya di sekolah tidak terlalu penting. Sudah menjadi ketua modelling, peringkat dua, dan punya kemampuan fotografis. Semua hanya andai saja apabila Livana hanya makhluk biasa tanpa kemampuan.

Livana siapa yang tak tahu dia? Punya posisi penting dalam sekolah. Pembawa harum nama sekolah, punya paras cantik, walau para cewek lain nggak kalah, kemampuan fotografisnya yang tak bisa diragukan, juga sebagai benteng Luan. Luan dianggap pacarnya padahal tidak, hanya mengaku-ngaku saja.

Sedangkan Kilana sangat jauh apabila dibandingkan dengan Livana yang serba sempurna. Peringkat sepuluh yang tak ada apa-apanya, perempuan biasa tanpa kelebihan paras cantik namun orang-orang menganghapnya cantik, kalem padahal sadis, dan siswi tak poluler. Sama sekali tak pantas dibandingkan dengan Livana bukan?

Panggilan-panggilan, panggilan ditujukan kepada peringkat satu sampai sepuluh supaya berkumpul di perpustakaan mini saat ini juga. Sekali lagi panggilan....

Kilana berdiri dari kursinya dan menepuk bahu Irada ringan menandakan ia keluar sebentar karena ada panggilan. Irada mengangguk sekilas dan melanjutkan tugas Bahasa Indonesianya yang sempat tertunda.

Perpustakaan mini dibangun khusus untuk para peserta berprestasi untuk mengadakan rapat ataupun pengarahan dan pelajaran tambahan. Kilana menduga ini hanya rapat biasa, karena jam istirahat tentu tak mungkin membahas pelajaran. Di dalam sana sudah ada Digan, Livana, Novita, dan beberapa anak lain yang sudah duduk di kursinya masing-masing. Kilana memutuskan duduk di samping kanan Novita karena ia cukup akrab dengannya.

"Rapat kan Nov?" tanya Kilana membuka pembicaraan.

Novita menggeleng tanda tak tahu kemudian disusul oleh suara Digan meminta pusat perhatian.

"Oke kali ini gue cuma mau nyampein pesan dari Bu Retna, katanya kalian disuruh buat tiga pertanyaan pelajaran apapun itu yang susah bagi kalian dan nanti pulang sekolah kita kumpul lagi di sini buat bahas pertanyaan kalian. Ada pertanyaan?" tanya Digan menatap teman-temannya bergantian.

"Nggak udah jelas," ucap Novita memberi respons.

"Kalo nggak ada pertanyaan?" tanya Livana dengan santainya sembari memutar pulpenya cepat.

"Usahain ada karena ini untuk bahasan kita semua. Oke kalian boleh keluar buat istirahat." Tutup Digan kemudian berdiri.

Kilana beserta semua keluar secara bergantain lalu ia berjalan seiringan dengan Novita membahas sikap Livana barusan.

"Na lo jengkel nggak sih sama Livana tuh. Dia mentang-mentang banget deh padahal kalo dia nggak punya kemampuan fotografisnya pasti dia nggak bisa apa-apa." Novita mengambil alih sifat cerewet Irada tentang Livana yang tak ada habisnya.

"Jengkel pasti Nov, tapi kita bisa apa, gue juga males berurusan sama Livana," sungut Kilana ikut menggerutu.

"Gue juga." Kilana dan Novita menoleh ke sumber suara dan mereka melebarkan matanya ketika mendapati siapa gerangan yang ada di belakang mereka. Livana guys, sekali lagi Livana!

Livana bersedekap dan menatap Novita kemudian Kilana secara bergantian. Sedangkan mereka berdua mulai memutar otak supaya tak berhubungan dengan Livana, hal apapun itu! Tapi kegentingan membuat otak mereka lemot dan tak bisa diajak berkomprimi hingga membuat mereka hanya diam mematung.

"Jangan kebanyakan berandai buat ganti posisi gue, mimpi tahu nggak! Gue itu di sini...." Livana menunjuk pelipisnya dengan tatapan remeh dan menunjuk sikunya,"dan lo di sini. Apalagi lo peringkat sepuluh." Livana berdecak kemudian menatap lantai kemudain menghentakkan telapak kakinya keras.

Novita yang pertama kali menyadari sinyal maksud Livana memelotot tak terima. Dia terima apabila disandingkan pada siku namun tidak apabila temannya disandingkan dengan telapak kaki.

"Lo kalo ngomong jangan asal nyambar aja! Kayak mulut mujair tahu nggak! Menurut lo gimana kalo posisi lo ada di telapak kaki hah? Jadi yang terbawah atau dianggap sampah!" Nada Novita meninggi menunjukkan ia benar-benar emosi menanggapi perkataan Livana yang apabila dipikir bukan ucapan manusia yang sepantasnya.

Livana mendorong bahu Novita keras. "Heh lo kalo ngomong woles aja dong! Temen lo aja yang gue sandingin diem aja ngapain lo sewot?"

"Dia diem karena meles ngadepi mulut sampah lo itu." Sangat sarkas. Kilana baru kali ini melihat Novita semarah itu untuk membelanya. Ia sama sekali tak masalah dengan itu, semua hanya dianggap angin lalu.

"Pergi Na males gue ngadepin orang nggak punya hati!" Novita menarik tangan Kilana paksa hingga mau tak mau Kilana mengikuti kemana saja Novita menariknya.

"Nov lo seharusnya diem aja kalo ngadepin Livana. Kayak gini lo kan yang kena dan berurusan sama Livana." Kilana mengutarakan pendapatnya tentang kejadian tadi yang pasti berdampak buruk pada Novita sendiri. Novita tak hanya menjadi angin lagi bagi Livana tapi incaran sebagai musuh Livana hanya kerena membela Kilana seorang.

"Lo itu Na yang jangan diem aja. Hati lo nggak sakit apa diinjek-injek sama dia? Disandingin sama telapak kaki yang posisinya di bawah, padahal masih ada anak-anak lain yang jauh di bawah lo."

Kilana hanya mengangguk menanggapi perkataan Novita. Siapa pun pasti sakit apabila disandingkan dengan sesuatu yang sensitif, tapi Kilana juga sadar posisi akan dimana dia pantas ditempatkan.

"Eh, tapi Nov kan surga ada di telapak kaki," jawab Kilana mulai dibumbui humor.

"Ya, tapi surga nggak ditempatkan di telapak kaki dia, tapi neraka yang ada!" tawa Novita tak dapat ditahan, begitupun juga Kilana. Mereka tertawa lepas hingga lupa akan kejadian tadi yang dilaluinya.

⏱⏱⏱

"Tawaran bonyok gue nggak menguntungkan gue sama sekali kan?" tanya Luan membara. Ia baru saja selesai menceritakan kejadian dimana dia mendapat dua pilihan dari Gerald dan Maria kemarin malam. Tujuan dari ia bercerita hanya meminta pendapat kedua sahabatnya atau jalan pintas dari otak mereka yang kurang normal.

Gama dan Nazel menangguk paham jalan ceritanya. Benar kan mereka baru saja paham padahal Luan selesai bercerita sedari tadi. Kemudain mereka mendongak ke atas tandanya berpikir keras. Sedangkan Luan menatap Mahta dengan pandangan penuh harap bahwa dia mempunyai solusi lumayan wajar. Hanya berapa persen Luan berharap pada Nazel yang solusinya di luar akal sehat manusia sewajarnya.

"Gue punya ide..." Gama duduk tegak, "tapi kok lupa, ya?" Luan menempleng kepala Gama keras hingga membuat badannya sedikit terhuyung, namun ia memutuskan tak membalas karena ini memang salahnya.

Kondisi kelas kembali hening karena si tiga biang kerok sedang rapat.

"Lo nggak punya pacar sih An jadi susah kan. Ngenes juga, ya, hidup lo." Ucapan penghinaan Nazel hanya dibalas tatapan datar Luan. Ia sedang tak bermood memberikan umpatan pada Nazel.

"Ah lo cari pacar aja An," usul Gama yang dijawab putaran keras pada otaknya. Baginya pendapat itu cukup ekstrem karena cewek yang dekat dengannya rata-rata juga tidak waras.

"Jangan!" cegah Nazel. "Mending lo cari pacar pura-pura aja. Jadi nggak ada tuntutan lebih buat lo, lo untung kan?" saran Nazel. Luan seperti mendapat hidayah saat mendengar pendapat Nazel yang masuk akal walau terdengar aneh. Itu bukan suatu hal yang buruk bukan?

Gama mengangguk juga. "Jadi lo tinggal tunjuk cewek mana yang bakal lulus uji jadi pacar pura-pura lo. Nanti gampang untuk buat semua jadi keuntungan buat lo." Gama menaik turunkan alisnya tanda bahwa semua ini mudah.

"Tapi cari yang menantang dikit lah, biar bagi siswa di sini yakin kalo gue punya pacar beneran. Gue suka dia bagi mereka dan gue juga udah berjuang buat dapetin dia. Pencitraan gitu ceritanya." Gama dan Nazel ber-oh ria.

"Enaknya siapa?" tanya Luan.

"Bu Jilam." satu templengan lagi-lagi menghantap kepala Gama untuk kedua kalinya seperti lagu Sherly.

"Novita." Luan menggeleng.

"Pak Nayo." Luan kali ini melotot.

"Ibu Hani kantin." Luan menatap malas.

"Kilana," jawab Nazel asal. Luan terdiam. Ia menerawang apakah ini suatu ide baik lagi dari otak Nazel.

"Oke Kilana target gue." Luan menggebrak mejanya keras hingga kelas tak lagi sunyi karena biang kerok kembali bangun.

"Tapi jangan sakitin dia, ya, kasian kalo sepedanya rusak lagi." Luan menendang mejanya keras karena mendengar ucapan Nazel yang tak masuk akal. Ingin membungkus Nazel dalam karung lalu memasukkanya ke dalam bagasi mobil Pak Nayo pun tak tega, jadi Luan membiarkan Nazel hidup dengan segala kebodohannya.

*****
Halo semuaaa para pejuang malming. Datang kembali FTS menghibur kalian. Btw covernya udah gantiii, lebih cantik kan hyaaa?

Sebenernya aku males banget up tapi karena aku inget rasanya nunggu itu ga enak yaudalaah. Faktor lain aku lagi sakit yang bikin ga mood suerrr. Ada lagi kemarin aku bahagia sekaleeee.

Kemarin itu aku mau up guys dan hari ini mau up lagi jadi up dua kali seminggu. Tapiii karena tadi aku ada try out dan aku kemarin harus belajar jadi ga jadi up, maafkeunnn. Jadi kemarin itu aku nambah umur mangkanya mau up, halah buat peringatan. Btw ada yang mau doain aku? Atau saran buat aku dan cerita FTS? Semua diterima asal jangan nyinyir aku lagi sakit masa kalian hujat.

Khusus hari ini dong spam komen biar aku ngerasa hari ultah ini nggak sepi-sepi amat.
Oke sekian dari perayaan ultah aku, ada yang nanya nggak ini ultah ke berapa? Coba tebak deh, komen silakan 👉 dan kalo kalian mau tahu komen harus min 10 dalam khusus komen bagian kepo umur aku 😂. Tenang bakal dijawab pada part berikutnya. Next mingdep dadah nggak lama kok ditunggu vote dan spam komen 🙌

qolintiknov
03-11-18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro