Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 16. Si Jambret yang Malang

"Dunia tak akan penuh dengan orang-orang yang jahat dan baik, melainkan banyaknya orang-orang yang tak mau peduli."
____________________________________

Dengan terpaksa Kilana harus pasrah pulang dengan Luan, lagi-lagi dengan ancaman satu lembar akan terbaca jika ia membatah perintah Luan.

Sampai di Warung Nomor Siji mereka berhenti. Kilana melihat motor Luan terparkir di dekat pohon mangga.

"Lo parkir di sini An?" tanya Kilana memastikan.

"Kalo telat gue parkir di sini. Nitip ke PaEng lumayan gratis," jawabnya sembari mendekat ke arah motornya. Namun saat ia sampai justru Luan berhenti sejenak lalu masuk ke dalam warung yang teramat sederhana. Sedangkan Kilana hanya menunggu di luar karena bingung mau berbuat apa.

"PaEng helm Luan mana?" Luan masuk dan mengambil satu pisang goreng yang masih hangat.

"Mboh ora eroh. Lha wong aku mau metu³." Lagi-lagi selalu begitu jika Luan bertanya, Pak Eeng atau Luan sering memanggilnya dengan sebutan PaEng kerap kali berbicara menggunakan logat Jawanya.
[³: Gak tahu. Tadi aku keluar.]

"Yaah masa' ilang lagi," keluh Luan.

"Salahmu dewe, ngerti helm bolak-balik ilang sek ae dibaleni maneh,⁴" ejek Pak Eeng tak peduli.
[⁴: Salahmu sendiri, tahu helm bolak-balik hilang masih aja diulang lagi.]

Luan menjadi kesal karena Pak Eeng mengejeknya, tanpa pamit apalagi membayar pisang goreng yang dimakan ia keluar dan mengajak Kilana segera naik.

"Na, beli helm dulu, ya, punya gue dicolong lagi."

"Lagi?" tanya Kilana makin bingung. Ia memakai helm biru milik Luan.

"Iya, gue sering kehilangan helm."

"Yaudah jalan deh nanti keburu kesorean!" titahnya yang dibarengi melajulah motor biru tua membelah jalanan kota Surabaya.

Setelah sampai di toko khusus helm yang tak terlalu besar, Luan turun dari motornya. Ia segera masuk karena tak mau membuat Kilana menunggu lebih lama. Setelah mendapatkan helm yang sama dengan model yang biasa ia beli dengan segera dibayarnya.

Luan keluar dari toko dengan membawa helm berwarna hitam, yang mirip dengan helm miliknya tapi dipakai Kilana meski beda warna.

"Gimana-gimana udah kayak couple 'kan?" Luan menaik turunkan alis hitamnya.

"Najis!" gumam Kilana pelan. Ia menoleh ke daerah sekitar kemudian matanya tertarik pada beberapa penjual makanan dan minuman yang sangat menggugah perutnya.

"An ke sana yuk, makan!" ajaknya girang. Bahkan ia sampai menarik pelan tangan Luan yang hangat.

"Nanti kesorean Na, pulang aja deh."

"Gapapa, sekali-kali." Kilana tetap merajuk seperti tadi. Luan tersadar dari perubahan sikap Kilana yang berubah drastis karena mendengar atau melihat makanan dan minuman. Ini bisa dibuat cara jitu untuk meluluhkan hati Kilana yang keras.

"Oke," jawabnya singkat namun senyum cerah tak luput dari wajahnya.

Setelah memasuki area penjualan yang resmi mata mereka berkeliar untuk memuaskan hasrat perut yang membuncah. Kaki mereka terus berjalan tak tentu arah. Hingga Luan harus berhenti ketika melihat pergerakan Kilana berhenti di sebuah kedai es cream dan batagor.

"Mau es cream Na?"

"No. Es cream cuma enak di mulut tapi gak bikin kenyang. Jadi batagor ajaaa." Dengan girangnya Kilana menarik tangan Luan paksa untuk mendekat ke arah penjual batagor yang lumayan ramai. Lagi-lagi tak ada yang sadar bahwa senyum cerah menghiasi wajah Luan.

Setelah mengantre lama akhirnya mereka mendapatkan batagor yang sangat mereka inginkan. Makan dalam diam namun bukan dalam suasana canggung itu nikmat. Apalagi melihat Kilana yang sepertinya bahagia walau hanya dengan memakan batagor.

"Lo suka banget makan Na?"

Kilana bergumam karena di mulutnya masih ada batagor. "Meski makan itu kebutuhan tapi ada orang yang kelewat suka makan, dan gue termasuk."

Senyum Luan merekah sempurna bak bunga di pagi hari. Ia berhasil memancing Kilana untuk mengungkap apa hal yang disukainya. Ini rekor yang berhasil dicapainya dan paling sempurnya. "Sekarang gue tahu apa yang lo suka."

Kilana membelalak kemudian ia terbatuk kecil karena baru tersadar dari ucapannya tadi. "Gue nggak terlalu suka makan!" Dengan penuh penekanan Kilana berujar, berusaha meyakinkan bahwa apa ucapannya tadi adalah palsu.

"Udah mending lo makan aja," saran Luan yang membuat rasa kesal Kilana mulai surut. Benar katanya, bahwa makan lebih baik daripada mendengar celotehan Luan yang tak berkualitas. Apalagi batagor di depannya ini terlalu sayang untuk dilewatkan.

"Toloooong, tolongggg. Jambreeettt eh copeeeeettt aduh apalah ituuu," teriak ibu-ibu dengan kencang dan sangat melengking hingga mambuat telinga berdengung hebat.

"An, An. Maling, ada maliiing." Kilana memukul keras pundak Luan. "Kejar, tangkep. Gue tunggu di sini." Kilana berujar dengan nada panik. Apalagi di matanya baru saja si jambret baru saja lewat.

"Lo ikut gue, nanti gue yang kejar lalu tangkep terus lo pukulin dia sampe lengah. Pukulan lo dahsyat banget, bahu gue sakit. Dan dia jambret, bukan maling." Celotehan Luan didengar Kilana namun tak ditangkap arti jelasnya apa karena rasa panik menguasai Kilana.

"Iya, oke." Dan berlarilah dua sejoli yang selalu mengalami perang untuk menangkap seorang jambret.

"Na lo belok kiri gue lurus!" titah Luan yang langsung Kilana laksanakan tanpa banyak tanya.

Kilana terus berlari mengikuti jalan, jujur saja ia tak tahu daerah sini karena ia jarang sekali keluar. Dan untung saja jalanan yang dititahkan Luan tidak bercabang, jadi ia hanya perlu berlari mengikuti jalan.

"Arom manis, arom manis euyyyyy." Suara pedagang arom manis membuat fokus Kilana sedikit terkecoh. Apalagi aroma arom manis membuat ia hampir ngiler.

"Fokus! Fokus! Malingnya belum ditangkep, nanti aja belinya sama Luan dan dibayarin." Kilana menepuk pipinya sarkas, berusaha mengembalikan fokusnya yang kabur. Ia masih terus berlari mengikuti jalan dan menabrak beberapa orang yang melintas.

"Minggir, minggir wooy!"

Buughhh

"Auuuukhhh sakit tolol!" Kilana meraung sampai tak sadar mengumpat. Masa bodoh, yang sakit tubuhnya.

"Naaah kena lo," ujar seseorang yang dikenal Kilana. Siapa lagi kalau bukan Luan.

Dengan gerakan cepat Luan memegang kedua tangan si jambret dan ia buat melingkar di belakang tubuh si jambret.

"Pukul Na biar dia gak berontak!" titah Luan kuwalahan. Pasalnya si jambret terus meronta-ronta. Tenaga Luan hampir habis dibuatnya.

"Gak mau, badan gue sakit semua," tolaknya tak peduli. Kilana berdiri dan memandang Luan kesal.

"Nanti gue beliin batagor lagi," tawar Luan terengah-engah.

"Gue maunya arom manis, bukan batagor."

Si jambret yang mulanya duduk dengan kondisi naas segara memanfaatkan keadaan. Ia berusaha berdiri dan mengeluarkan semua tenaganya.

"Iya, pukul dulu baru gue beliin arom manis."

"Siyap!" Kilana mengangguk kuat, ia sampai mengangkat tangannya karena semangat dan menurunkannya dengan penuh tenaga. Niatnya hanya tanda kesenangan namun mungkin ini nasib buruk si jambret hingga siku Kilana mengenai kepala Si jambret yang berusaha berdiri.

"Aaaahhhh." Si jambret hanya bisa pasrah ketika ia harus kembali duduk karena terkena sikutan maut dari Kilana.

Kilana dan Luan menatap jambret kasihan. Kilana menatap tak percaya. Sedangkan Luan berdecak penuh kagum.

"Gue beliin dua Na." Luan masih terkagum-kagum.

"Yessss." Kilana terlewat senang. Bahkan kakinya bertingkah. Mungkin efek terlalu bahagia hingga lututnya bereaksi, dan tepat di dagu si jambret kini memerah.

"Uwwooo." Luan menggelang takjub.

"Bawa gue ke polisi, cepetan! Gue gak mau mati di sini, apalagi sama bocah ingusan ini." Si jambret mungkin mulai geram dengan ulah Kilana. Sampai-sampai ia pasrah dan ingin digeret ke polisi daripada mati di tangan Kilana.

"Tunggu! Mana anunya ibu-ibu tadi?" Kilana menahan tatkala Luan bersiap mambawa si jambret ke hadapan satpam sekitar.

"Anu apa?!" desis Si jambret kebingungan.

"Itu dompet atau tas ibu tadi."

"Noh." Dagu merah si jambret menunjuk ke arah tas yang ada di dekat kaki Kilana sendiri.

"Oke, bawa dia."

Setelah memberikan Si jambret ke satpam dan mendapatkan dua arom manis yang diinginkan senyum cerah tak berhenti bersinar dari wajah Kilana. Apalagi ibu-ibu yang kemalingan -kata Kilana- memberinya uang lima puluh ribu sebagai tanda jasa. Sebenernya mau nolak, tapi Luan mengambilnya dengan hati riang. Lalu diberikannya uang tersebut ke Kilana yang katanya untuk berobat karena tadi badannya sakit, yaudah hati siapa yang tak senang?

"Na," panggil Luan.

"Hmm?" gumam Kilana pendek. Ia masih sibuk memakan dua arom manis tanpa menawari Luan.

"Menurut lo banyakan orang baik atau jahat?" tanya Luan tanpa maksud.

"Eummm. Banyak orang nggak peduli sih," jawab Kilana tanpa berpikir, "atau orang jahat yang ngakunya baik, dan orang baik yang pawakannya jahat."

Luan mendangar penuturan Kilana hanya bisa melongo. Lama, ia bertepuk tangan girang.

"Alay," cetus Kilana.

Di sebuah bangku yang tak jauh dari lokasi Luan dan Kilana duduk ada seorang gadis kecil dengan pria besar. Kilana melihatnya dalam diam. Apalagi saat pria besar mengepang rambut panjang gadis kecil.

"Ayah, Lana kaya' Anna tahu," papar Kilana pada ayahnya -Ramandi-.

"Anna siapa? Tetangga kita?"

"Ih bukan! Anna yang fozen Ayah," jelas Kilana dengan memegang rambut panjangnya.

"Frozen sayang. Kok bisa? Bagian mana yang mirip?" tanya Ramandi dengan berpikir keras. Justru baginya Kilana hanyalah mirip Grina seorang.

"Rambut Lana dong. Sekarang Ayah kepangin deh rambutnya, nanti pasti mirip Anna," titahnya. Bahkan Kilana sampai berdiri di depan Ramandi dengan posisi membelakangi.

Ramandi menurut. Ia memegang rambut putri bungsunya. "Mau kepang satu atau dua Lana?"

"Satu aja deh."

"Jangan Yah dua aja." Juan datang mengejek. Ia bahkan sekarang mengacak rambut Kilana. "Biar kayak orang cupu," lanjutnya dengan tawa menggelegar.

Ramandi tertawa kecil, sedangkan Kilana mencebik, ia menatap Juan geram.

"Ayaaah, jangan ketawa! Kilana mau satu, bukan dua!" Ramandi dan Juan menghentikan tawanya karena sadar Kilana sedang marah, dengan tanda bahwa Kilana menyebut dirinya dengan sebutan 'Kilana' itu tandanya ia sedang serius, tidak mau dibantah.

"Tapi Anna 'kan kepangnya dua. Yang satu itu Elsa," tutur Juan membenarkan.

Kilana berhenti karena merenung. Apa yang dibilang abangnya benar. Tapi ia ingin kepang satu, dan ia ingin mirip Anna, bukan Elsa.

"Pokoknya Lana mau satu!" bentaknya keras. Ramandi menurut karena tidak mau membuat anaknya semakin marah. Setelah lama ia mengepang, akhirnya kepang yang Kilana inginkan sudah jadi.

"Yeaay Lana udah mirip Anna." Kilana meloncat-loncat girang.

"Elsa," elak Juan yang tak dihiraukan Kilana.

Grina datang dari timur dengan membawa beberapa makanan. Kilana mendekat dan memamerkan betapa indahnya kepang buatan Ramandi, dan membanggakan bahwa ia mirip dengan salah satu tokoh di Disney Frozen, yaitu Anna yang padahal Elsa.

"Na, arom manis lo ilang tuh dimakan angin. Jangan ngelamun." Luan menepuk pelan pundak Kilana karena si empu arom manis tak kunjung menoleh.

"Na!"

"Eeeh?" Kilana tersadar dari tamparan masa lalunya yang perlahan melebur. Tentang si pemainnya juga kisahnya.

"Arom manis lo tuh dimakan," ingatnya pada Kilana.

Kilana menurut. Ia kembali memakan arom manisnya yang mengecil. Melirik ke bangku yang tadi terdapat gadis kecil berkepang dan pria, mereka sudah tidak ada. Apa mereka adalah seseorang yang mirip dengan kisahnya atau memang mereka adalah bayangan dari kisahnya?

Setetes air mata keluar dari pelupuk mata kiri Kilana. Dengan cepat ia mengusapnya sebelum Luan sadar ia sedang menangis. Apalagi tangisan kesedihan ini berkaitan dengan masa lalunya, Luan tidak boleh tahu.

Tapi secepat apapun Kilana mengusap air matanya, Luan sudah tahu Kilana menangis. Apalagi saat Kilana sedang melamun, Luan tahu tatapannya seperti merindukan entah apa itu. Juga ketika ia tersadar akan lamunannya, pandangan Kilana kosong. Kilana aneh, dan Luan harus mencari tahu apa penyebabnya. Dan kuncinya, adalah buku kecil itu dan Irada.

*****

Cihuy akhirnya rasa malas bisa ditebas. Dan brojollah part ini. Minggu kemarin ga up ya hehe maaf aku lupa dan malas juga sih sebenernya.

Sudahlah saya mohon tetap aktif memberi vote, komen, dan bila berkenan bisa dibagikan ke orang kalian supaya Luan dan Kilana punya teman baru. Terutama saya sih 😁. Maaf bila ada typo karena saya manusia dan nulis pake tangan yaaa. Sampai nanti.

qolintiknov
09-03-19

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro