39 - Jangan Ada Kecurigaan
"Jadi, itu sebabnya kau tiba-tiba membatalkan penerbangan?"
Sebuah suara menggema keluar dari ponsel yang sengaja diletakkan di atas meja. Berada tidak terlalu jauh dari pemiliknya yang terlihat sibuk dengan kegiatan lain.
"Lalu apa kau benar-benar berpacaran dengan Kak Jihyuk? Astaga, aku tidak menyangka. Baru satu hari aku berpisah denganmu, tapi sudah melewatkan banyak berita."
Akibat pertanyaan yang disampaikan oleh Soyoung, Hyora sempat membulatkan mata. Menoleh ke arah ponsel sejemang sebelum kembali memfokuskan pandangan pada benda besar di hadapan.
"Bagaimana kau tahu?"
Tidak langsung menanggapi, Soyoung lebih dulu tertawa. "Kau tahu apa yang akan terjadi kalau mengatakan hal semacam ini pada Kak Jeongchan, 'kan?"
Benar juga, Jeongchan dan Soyoung adalah sebuah kombinasi yang cocok. Tidak ada yang bisa menandingi kecepatan keduanya dalam menyebarkan informasi, pun mendapat berita eksklusif.
Sederetan pakaian yang telah disusun rapi berdasarkan warnaㅡmulai dari gelap sampai terangㅡmenjadi pemandangan gadis bermata cokelat tua malam ini. Baju-bajunya digantung teratur di bagian atas kemudian rak bawahnya berisi beberapa pakaian lipat, didominasi oleh pakaian berwarna terang.
"Kalau begitu kau pasti sudah tahu jawabannya tanpa perlu bertanya denganku," balas Hyora sembari terkekeh.
"Aku hanya memastikan saja. Lagi pula kau harus menceritakan apa yang terjadi satu hari itu."
"Haruskah aku mengatakannya secara lengkap untukmu?" Hyora baru saja ingin melanjutkan perkataan guna menjawab rasa penasaran Soyoung, tapi niatnya diurungkan. "Ah, lupakan. Ada hal lain yang lebih penting."
Terdengar suara decakan dari ujung sana, tapi Soyoung juga bertanya hal lain apa yang dimaksud oleh sahabatnya. Hyora beralih dari lemari yang masih dibiarkan terbuka dan meraih ponsel. Mengubah mode panggilan suara menjadi panggilan video. Begitu layar sudah menampilkan wajah Soyoung, Hyora membawa benda tipis di tangannya kembali ke tempat sebelumnya ia berdiri.
"Pilihkan aku pakaian yang cocok untuk pergi dengan Kak Jihyuk besok."
Soyoung yang mendengar permintaan Hyora kontan menangkup pipi dengan salah satu tangannya. Memiringkan kepala kemudian tersenyum lebar. Sebelum menanggapi seseorang yang berbicara dengannya, ia lebih dulu menggerakkan jemariㅡterlihat sangat bahagia.
"Kencan pertama Hyora!" pekiknya dengan nada bak orang kasmaran, berbunga-bunga.
Akibat perbuatan Soyoung, Hyora mau tidak mau harus menyembunyikan rona merah yang memenuhi pipi. Namun, mengalihkan rasa malunya, ia segera mengembalikan tatapan pada sederetan pakaian.
Salah satu tangannya mendarat pada beberapa gantung pakaian. Memisahkan pakaian satu dengan yang lain supaya ia dapat menentukan mana yang cocok. Pilihannya jatuh pada setelah dress putih tanpa lengan dengan bordiran bunga di bagian lehernya. Diraihnya pula mantel berwarna kuning terang.
Hyora membawa tubuhnya bergeser sehingga berhadapan dengan cermin yang sama tinggi dengannya. Sesekali memutar badannya sembari menempelkan pakaian yang sudah dipilihnya itu di depan.
"Bagaimana?" tanya gadis itu, sedikit menoleh ke arah ponsel.
Soyoung menggeleng. "Terlalu formal. Kau ini ingin berkencan dan bukan bertemu klien."
Setuju dengan pendapat Soyoung, Hyora menggeleng kemudian melemparkan baju ke atas ranjang. Kakinya kembali melangkah dan menghadapkan diri dengan sejumlah pakaian. Kali ini rok selutut menjadi pilihan gadis itu, dipadukan dengan kemeja berwarna biru dongker.
"Terlalu biasa," komentar Soyoung, membuat Hyora melakukan hal yang sama lagi.
"Oh, aku punya satu pasang pakaian yang mungkin cocok."
Soyoung menanti kemunculan sahabatnya seraya menopang dagu setelah mengangguk. Hyora kembali dengan membawa pakaian lengan panjang berwarna hitam dan sebuah overall rok selutut berbahan jeansㅡdengan hiasan berbentuk pita di bagian tengahnya.
"Bagaimana menurutmu? Santai dan terlihat manis, benar?"
Gadis yang diajaknya berbicara di telepon itu mengangkat ibu jari tanda setuju. Lantas, Hyora menggantungkan pakaiannya kemudian membaringkan tubuh di atas ranjang bersama dengan ponsel yang sudah berada di tangan. Sebuah senyum terulas di wajahnya, memikirkan tentang hari esok.
***
Hari yang ditunggu Hyora akhirnya tiba. Gadis itu bahkan tidak bisa tertidur nyenyak, pikirannya hanya dipenuhi dengan dugaan akan hari ini. Bagaimana ia dan Jihyuk akan menghabiskan waktu bersama. Hyora tidak habis pikir. Baru saja beberapa waktu lalu merasa perilaku Soyoung dan Yunhwan berlebihan, nampaknya Hyora termakan omongannya sendiri.
Jihyuk dan Hyora sudah berada di dalam subway. Untuk sampai ke tempat tujuan, mereka harus menaiki subway dari Gangnam. Turun dari pintu keluar nomor 3 Seoul Forest Station dan kembali berjalan sekitar tiga menit.
Senyum Hyora merekah indah ketika keduanya sudah keluar dari subway, mengedarkan pandangan pada tempat ia berpijak siang ini. Cuaca hari ini sangat baik untuk menikmati waktu di luar. Matahari begitu kuat menunjukkan jingganya, tapi tidak membuat siapa pun enggan hanya berdiam diri. Gadis kuncir tengah itu tengah merentangkan tangannya dan melangkah lebih dulu. Menengadahkan kepala menghadap sang angkasa sembari memejamkan mata. Membiarkan angin hangat menerpa wajahnya, ia menikmati udara sejenak.
"Ah, aku sangat menyukai ini," ujar Hyora sembari terus melangkahkan kaki.
"Sudah kubilang hentikan kebiasaanmu ini," sela Jihyuk sembari menurunkan kedua tangan Hyora yang masih terbentang, membuat gadis itu refleks membuka matanya dan menoleh. "Kau bisa jatuh kalau berjalan begitu terus."
Gadis itu sempat mengerucutkan bibir, tapi kemudian melingkarkan tangan pada lengan Jihyuk dan menunjukkan raut bahagia begitu mendapati sebuah pajangan tulisan berwarna putih. Khas tempat tersebut sebagai petunjuk bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan.
Keduanya berjalan menghampiri pintu masuk dengan gerakan kaki yang sedikit lebih cepat lantaran Hyora sudah tidak sabar. Sebuah hamparan luas dengan patung-patung berbentuk kuda hitam yang khas menyambut kedatangan mereka. Berjalan sedikit lagi dan mereka akan menemukan area persegi hitam-putih dengan beberapa lubang yang biasanya akan memunculkan pancuran air. Sayangnya, salah satu spot menarik itu tidak bisa disaksikan karena hanya beroperasi pada bulan-bulan tertentu saja.
Terlepas dari pemandangan tersebut, siapa pun yang berkunjung pasti ingin menghabiskan waktu di sini lebih lama. Pohon-pohon rindang dengan kursi yang sengaja diletakkan melingkari pohon atau hamparan rumput yang bisa banyak ditemukan di tempat ini membuat pengunjung dapat menikmati udara musim gugur yang hangat dan sangat menenangkan.
"Tempat ini sangat luas, pasti akan lelah kalau berkeliaran dengan berjalan kaki. Bagaimana kalau sambil bersepeda?" tanya Jihyuk antusias sembari menengok ke arah samping. Anggukan Hyora dianggap sebagai tanggapan positif.
"Kalau begitu, kau tunggu di sini saja. Aku tidak akan lama," ujar Jihyuk sebelum akhirnya pergi.
Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri. Hyora bahkan bisa memperhatikan bagaimana kekasihnya berbincang dengan pemilik sepeda. Entah apa yang sebenarnya mereka bicarakan, tapi melihat ekspresi Jihyuk—sedikit memelas dengan kedua tangan yang disatukan di depan wajah—sepertinya lelaki itu sedang membuat kesepakatan. Apa pun itu, Hyora tidak bisa menyembunyikan perasaan yang sedang memenuhi hatinya.
Hyora bersedekap seraya memiringkan kepala. Seluruh atensinya masih dicuri oleh Jihyuk. Seulas senyum terpatri di wajah ovalnya. Kedatangan Lee Jihyuk di dalam hidupnya memang memiliki porsi tersendiri. Sebuah ketidaksengajaan yang menjadi nyata.
Memikirkan apa yang disampaikan oleh Soyoung malam kemarin, Hyora rasa kekhawatiran gadis itu terlalu berlebihan. Di ujung obrolan mereka, Soyoung memperingati Hyora supaya gadis itu masih harus berhati-hati dengan Jihyuk. Keduanya sangat dekat, Soyoung tahu jelas perihal tersebut. Namun, yang ia cemaskan adalah perilaku Jihyuk pada Yeonmi yang bisa saja terulang. Pasalnya, pasangan itu belum terlampau lama berpisah dan gadis bermarga Jeon itu tidak ingin sahabatnya merasakan kegagalan pada cinta pertamanya. Apa laki-laki menganggap cinta adalah hal yang mudah?
Sudah cukup berbincang cukup lama, Jihyuk akhirnya kembali dari pos peminjaman sepedaㅡlengkap dengan dua sepeda yang ia tuntun. Melihatnya, Hyora refleks menghampiri lelaki yang tengah tersenyum lebar ke arahnya. Gadis itu pun menghilangkan segala pikiran buruk akibat perkataan Soyoung. Melupakan kekhawatiran yang tidak berdasar karena ia hanya percaya dengan apa yang ada di depan mata.
"Kak Jihyuk tidak akan membuatku kecewa," tegas Hyora sebelum Jihyuk sampai di hadapannya.
Lelaki yang sempat melihat Hyora berbicara tanpa dapat ia dengar itu akhirnya bertanya, "Kau bilang sesuatu?"
Lawan bicaranya menggeleng kemudian beralih meraih salah satu sepeda. "Aku bilang, 'Hari ini akan menyenangkan!' dan kita akan memulainya sekarang."
Pekikan dan gelak Hyora terdengar beriringan. Gadis yang sudah lebih dulu menaiki sepedanya segera mengayuh, sesekali menoleh ke belakang sambil menunjukkan tawa penuh rona bahagia. Jihyuk yang tidak mau kalah langsung menyusul. Hari pertama yang akan mereka ukir dalam serangkaian kenangan indah telah dimulai.
🔸🔸
Jangan terlalu banyak khawatir! Hidup juga lihat ke depan aja, ya mesti kita juga nggak bisa mengatur ingatan supaya benar-benar lupa yang pernah terjadi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro