Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27 - Maaf Seolah Tidak Cukup

Ost. for this chapter:
Sin Ye Young - Why Break Up?

🔸🔸

Denting bel yang begitu nyaring terdengar memenuhi bangunan begitu pintu dibuka. Disambut dengan aroma harum dan berbagai warna yang memanjakan mata, lelaki dengan mantel panjang berwarna hitam terus melangkah. Menghampiri wanita dengan penutup kepala yang berdiri di balik meja panjang.

"Apa ada yang bisa kubantu?" tanyanya ramah, mengawali percakapan antara mereka.

Kedua netra Jihyuk menyapu area di sekitarnya sebelum menjawab. Mengamati bunga yang terpajang satu per satu. Semua terlihat berbeda, baik warna maupun bentuknya, tapi lelaki itu tidak bisa benar-benar membedakan. Ketika terasa sulit mengungkapkan dengan kalimat, katakanlah melalui sebuah bunga. Pemikiran itu yang membawa Jihyuk ke tempat ia berada sekarang. Yang ia tahu, setiap bunga memiliki maknanya tersendiri.

"Krisan kuning. Apa Bibi bisa menyiapkannya untukku?" pinta Jihyuk.

Wanita itu mengangguk. Setelah mengetahui jenis bunga yang dicari oleh lelaki itu, ia segera beralih. Mengumpulkan beberapa tangkai krisan dan membalutnya dengan kertas berwarna gelap. Tangannya bergerak dengan cepat dan begitu terampil. Diakhiri dengan sentuhan pita berwarna putih, satu buket sesuai dengan permintaan Jihyuk sudah berada di genggaman.

Jihyuk melangkah keluar bersama pesanannya. Begitu tiba di depan pintu, laki-laki bersurai hitam itu mengecek sesuatu di dalam saku. Lantas, setelah dirasa sudah membawa semua benda yang ia rencakan, Jihyuk kembali berjalan. Destinasinya tidak berada jauh dari toko bunga, sekitar tiga menit jika berjalan.

Sebuah apartemen tujuh lantai sudah ditangkap oleh manik hitam Jihyuk. Setiap langkah terasa berat, tapi seorang Lee Jihyuk tidak pernah ingin waktunya terbuang dengan rasa penyesalan. Tidak juga membiarkan hubungan antar manusia menjauh karena satu hal yang sudah semakin jelas.

Lelaki itu sudah berada di dalam lift, mengamati angka lantai yang terus berubah. Pintu terbuka begitu tulisan merah menunjukkan angka lima. Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh Jihyuk adalah perbuatan nekat. Tanpa mengetahui sang pemilik ruangan sedang berada di tempat atau tidak, ia memilih untuk memastikannya sendiri. Jika ruangannya kosong, Jihyuk hanya perlu pulang atau pilihan lainnya adalah menghubungi gadis ituㅡlagi, untuk pertama kali.

Setelah sampaiㅡdan benar-benar memastikan nomor ruanganㅡJihyuk menekan bel yang terletak di sebelah pintu. Satu kali, tidak ada tanggapan. Dua kali, tidak juga berdampak apa pun. Mungkin ruangannya sedang kosong, Jihyuk berpikir untuk pergi. Namun, ketika kakinya mulai melangkah, derit pintu terdengar dari arah belakang. Tubuhnya refleks membalik.

Seorang gadis dengan kaos lengan panjang berwarna hitam dipadukan celana training ungu muda berdiri di ambang pintu. Rambutnya yang dibiarkan terurai itu terlihat sedikit berantakan. Wajah tanpa polesan, sedikit pun tidak, memperjelas kelopak mata yang membengkak.

Jihyuk memperkecil jarak di antara mereka. Begitu sampai di hadapan, senyum laki-laki itu terlukis samar. Sementara itu, seseorang yang menjadi tujuannya hanya memandangi wajah Jihyuk. Tatapan laki-laki bermantel hitam itu teralih pada benda-benda yang memenuhi tangannya. Tanpa mengucapkan kata, ia mengulurkan sebuah buket bunga.

"Selamat ulang tahun, Yeonmi."

Baru setelah kalimat tersebut terucap, Yeonmi menerima pemberian Jihyuk. Mengalihkan pandangan dari wajah lelaki itu untuk menikmati keindahan bunga-bunga berwarna kuning. Sudut bibirnya kontan terangkat begitu tersadar bahwa Jihyuk masih peduli padanya.

"Keceriaan dan kegembiraan. Makna yang tergambar dari bunga krisan itu mewakili harapanku untukmu. Lupakan tentang kesedihan dan hari yang telah berlalu pahit, kau hanya perlu berbahagia dengan caramu sendiri," jelas Jihyuk panjang diselingi dengan kekehan dari seseorang di depan.

"Dari mana kau tahu tentang itu?" Seingat Yeonmi, Jihyuk tidak pernah mengerti apa pun tentang bunga. Bahkan ketika gadis itu pernah mengajaknya pergi ke taman bunga, sepanjang jalan Jihyuk hanya mengeluh karena semua yang dilihatnya tidak tampak jauh berbeda.

Lelaki yang ditanyanya itu ikut tertawa sembari menggaruk pelipis. "Tentu saja aku mencari tahu terlebih dulu untuk dapat mengantarkan pesannya dengan tepat."

"Terima kasih, Jihyuk," balas Yeonmi seraya mengangkat buket di tangan, membawanya mendekat dengan indra penciuman.

"Oh, ada satu lagi yang ingin kuberikan padamu," tambah Jihyuk yang kini sedang memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Mengeluarkan sebuah kotak kecil untuk Yeonmi.

Yeonmi membuka kotak tersebut ketika sudah berpindah ke tangannya. Kedua matanya membulat, sedikit berbinar melihat apa yang laki-laki itu berikan untuknya. Lantas, ia mengangkat benda yang tidak lebih besar dari telapaknya.

"Kau masih mengingatnya?" tanya Yeonmi setelah mengamati sebuah pin bertuliskan "Barista Terbaik". Benda yang juga pernah dilihat oleh gadis itu dua bulan lalu. Namun, saat itu Jihyuk terus menolak untuk memberikannya pada Yeonmi dengan alasan ia belum pantas menerima.

"Kupikir aku ini atasan yang jahat jika membiarkanmu pergi dari kafe dengan tangan hampa. Lagi pula kau memang pantas mendapatkannya. Tidak ada orang yang sehebat kau, bahkan aku sekali pun."

"Apa yang kau katakan? Aku dan kau memiliki keahlian di bidang masing-masing, tidak ada yang lebih hebat," tampik Yeonmi seraya menggelengkan kepala.

Jihyuk tampak menimbang-nimbang sebelum akhirnya menyampaikan tujuan kedatangan lelaki itu. "Kafe terasa sepi tanpa keberadaanmu. Kalau kau ingin kembali, datanglah kapan pun kau mau. Aku akan menyambutmu dengan senang hati."

Mendengar permintaan Jihyuk, gadis berambut sebahu itu menunduk. Belum menanggapi apa pun. Lantas, Jihyuk melanjutkan kalimatnya.

"Siapa lagi yang akan membantuku memikirkan ide baru ketika sedang buntu? Siapa lagi yang bisa menegur kalau tanpa sadar aku membuat keributan di kafe? Kurasa sudah saatnya kau memisahkan antara pekerjaan dan urusan pribadi. Jika masih merasa sulit, kau hanya tidak perlu menganggapku sebagai seseorang yang pernah mengisi hatimu. Anggap saja aku sebagai seorang atasan. Aku tahu kau tidak mungkin semudah itu melepaskan pekerjaan yang kau gemari."

Semua yang dikatakan oleh Jihyuk membuat Yeonmi merasa bahwa dirinya begitu berarti. Jujur saja, setelah peristiwa itu, ia hanya berdiam diri di dalam kamar. Lebih banyak merenung dan menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak penting. Sama sekali tidak mengurus tubuhnya dengan baik.

"Mengapa tebakanmu selalu benar? Aku memang sangat ingin kembali."

Sebuah senyuman merekah di wajah Jihyuk setelah mendengar pengakuan Yeonmi. Ia mengamati jarum jam yang terus bergerak di pergelangan tangannya. "Kalau begitu, kau juga boleh datang hari ini. Masih ada waktu untuk bersiap-siap karena aku baru akan membuka kafe tengah hari nanti."

Yeonmi membalas dengan anggukan. Setelahnya, Jihyuk berpamitan pada gadis itu. Berulang kali mengingatkan bahwa Yeonmi harus terus bahagia. Memulai lagi hari yang baru dan kali ini tanpa ada Jihyuk di sisinya.

Begitu tubuh Jihyuk sudah hilang dari pandangan, gadis itu kembali memandangi bunga yang ada di genggaman. Seraya mengusap kelopaknya, Yeonmi berbicara pada diri sendiri, "Krisan kuning juga memiliki arti cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kau memberikan ini padaku juga sebagai peringatan untuk tidak lagi mengharap padamu, 'kan?"

***

Goresan kuas warna-warni sudah hampir menutupi bagian putih kanvas. Sudah lama sejak Hyora disibukkan dengan pekerjaan kantor, ia nyaris tidak pernah menyentuh peralatan lukisnya lagi. Oleh karena itu, Hyora memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kesenangannya kembali. Sekadar melukis untuk dijadikan dekorasi ruangan atau justru bisa menghasilkan uang karena setiap hasil karyanya punya sisi menarik tersendiri.

Pintu kamar gadis itu tidak ditutup sepenuhnya, pun jendela juga dibiarkan terbuka. Desir angin sejuk yang berembus masuk membuat suasana di dalam kamar Hyora terasa lebih menenangkan. Goresan kuas berwarna biru menyempurnakan gambar Hyora.

"Selesai," ujar gadis berpakaian abu-abu muda tersebut. Ia meletakkan kuas kemudian beralih pada ponsel. Membuka sebuah kamera dan mengambil potret untuk karyanya. "Aku hanya tinggal mengunggahnya saja."

Beralih dari kegiatan yang menyita hampir setengah harinya, Hyora bergegas keluar kamar. Mencari sesuatu untuk dimakan dari dalam lemari pendingin. Namun, matanya tidak mendapati makanan lain kecuali beberapa potong buah. Hyora baru ingat kalau dirinya belum sempat berbelanja.

Dengan membawa sepiring buah di tangan, ia kembali masuk ke kamar hanya untuk mengambil ponsel. Ketika melihat layar yang menyala dengan pemberitahuan panggilan tidak terjawab, Hyora langsung meletakkan piring tersebut di atas meja. Seseorang baru saja menghubungi, tapi ia sama sekali tidak mendengar deringan ponselnya.

Baru Hyora ingin mengecek siapa yang sudah menelepon, seseorang sudah menghubunginya kembali. Begitu tombol hijau digeser, suara laki-laki di ujung sana menyambut panggilan tersebut.

"Kenapa kau baru menjawab?"

"Ah, maaf. Ada apa kau meneleponku?" tanya Hyora sembari mendudukkan diri di tepi ranjang.

"Apa kau masih berada di Seoul?"

Gadis itu menanggapinya dengan dehaman. "Masih dalam minggu ini. Ada sesuatu?"

"Bagus kalau begitu. Sisihkan waktumu besok untuk bertemu denganku, ya!"

"Apa?!"

Seharusnya Hyora tidak perlu terkejut dengan kebiasaan laki-laki itu yang selalu mengatur jadwal seenaknya. Tanpa bertanya lebih dulu dan buruknya lagi, tanpa penolakan.

"Ada yang harus kau tahu sebelum kau kembali ke Jeju. Kau datang saja besok ke kafe, ya?"

Sembari mengembuskan napasnya pasrah, Hyora akhirnya mengangguk. "Lagi pula aku juga tidak bisa menolak, 'kan?"

Tawa yang terdengar dari ujung sambungan cukup menunjukkan bahwa lelaki itu sepertinya merasa puas dengan apa yang dilakukan. Setelah Hyora menyetujui pertemuan mereka, panggilannya otomatis terhenti. Membiarkan Hyora bermain dengan asumsinya sendiri tentang alasan di balik perjumpaan yang laki-laki itu rencanakan. Ia pikir hubungan mereka sudah benar-benar berakhir seiring dengan kerja samanya.

🔸🔸

Yeonmi-ya! Kamu benar-benar harus bahagia dan nggak selamanya terpuruk dalam keadaan kayak gini. 😭😭

Seseorang udah menyerah terlalu lama menyembunyikan fakta dan berusaha mengungkapnya. Soon!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro