9
[Name] melangkah tergesa-gesa sambil sesekali melirik jam yang melingkar manis di tangannya. Gadis itu kemudian menengadahkan kepala, memperhatikan jalanan Tokyo yang tak pernah lengang bahkan meski di hari libur seperti ini. Hari Minggu, yang seharusnya ia gunakan untuk beristirahat kali ini tidak, sebab [Name] sudah semenjak beberapa hari lalu mengistirahatkan diri akibat tubuhnya yang sedang drop. Dan di sinilah ia sekarang, menelusuri jalanan Tokyo menuju salah satu pusat perbelanjaan dan kuliner, setelah bermenit-menit lalu menempuh perjalanan menggunakan bus kota dari rumahnya.
Langkahnya terhenti, ketika gadis itu baru menjejakkan kaki di tempat tujuannya, netra [Name] menangkap sosok yang sedang berdiri tak jauh darinya bergeming memandangi keramaian jalan di samping sebuah tiang lampu jalan. Tiba-tiba saja napas gadis itu tercekat entah mengapa, mungkin karena ia sudah beberapa hari ini tak bertemu sosok tersebut dan hanya saling memastikan kabar dengan bertukar pesan. Lagipula, [Name] yang biasanya melihat pemuda itu ketika bertemu dengannya menggunakan seragam sekolah biasa, kali ini [Name] melihatnya menggunakan pakaian kasual yang membuat gadis itu berpikir sosok tersebut jadi tampak sedikit um .... berbeda?
'Oh, ayolah [Name]. Kau hanya akan menraktirnya makan sebagai rasa terima kasih saja, 'kan?' gerutu [Name] dalam hati diikuti helaan napas. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali melangkah dengan mengembangkan senyum, menghampiri sosok Kuroo Tetsurou yang rupanya sudah tiba menunggunya dari beberapa saat lalu.
"Maaf terlambat." Pria berambut hitam menoleh, mendapati eksistensi [Name] yang sudah berdiri di sampingnya entah sejak kapan. Kuroo tersenyum tipis sambil menggumamkan kalimat, yang mengungkapkan bahwa ia sama sekali tidak masalah dengan keterlambatan gadis tersebut.
Pria itu melihat [Name] dari atas hingga ke bawah, karena ini juga pertama kalinya bertemu gadis tersebut mengenakan pakaian selain seragam sekolah. [Name] saat ini mengenakan setelan sweater warna krem kesukaannya, dengan jeans serta sneaker putih, tak lupa ransel mini yang bertengger di punggungnya. Terkesan simpel memang untuk kategori pakaian seorang gadis yang akan bertemu dan keluar bersama lelaki, sebab [Name] bukanlah tipikal seorang gadis yang ribet mengenai penampilan.
Merasa diperhatikan seperti itu, ia menyeletuk, "Em ... apakah aku terlihat aneh mengenakan ini, Kuroo?"
Terkesiap, Kuroo menggeleng kuat. "Oh, maaf. Tentu saja tidak [Name], kau sangat cocok mengenakan itu," jawabnya sambil melempar senyum. Gadis yang mendengarnya itupun bernapas lega, kemudian ikut tersenyum. Selama beberapa detik, mereka saling terdiam, membiarkan hanya suara riuh keramaian jalan yang terdengar.
Hingga saat Kuroo membuka suara untuk memecah keheningan, [Name] ikut tersadar dari kegiatan melamunnya melihati orang-orang yang berlalu lalang di trotoar depannya. "Jadi, [Name], kita akan kemana?"
Ah iya juga, [Name] hampir saja melupakan tujuannya berada di sini sekarang. "Itu ... bagaimana kalau kita pergi makan? Kau ada rekomendasi tempat makan, restoran atau kafe yang ada di sini?" tanyanya.
Kuroo menggeleng pelan, membuat [Name] kembali memasang wajah berpikir. "Tidak usah khawatir, kita cari sambil jalan saja, barangkali menemukan tempat yang pas. Bagaimana?"
Wajah [Name] menjadi cerah, ia mengangguk setuju dan keduanya pun mulai melangkahkan kaki bersama menelusuri jalan, sambil bercengkerama ringan, membiarkan langkah kaki mereka yang menggiring kemana mereka akan pergi.
-o-
"Kau sudah tampak sehat sekali sekarang," ujar Kuroo membuat [Name] menoleh, menghentikan kegiatan gadis itu menikmati eskrim cone-nya.
"Tentu saja, kakak dan ibu merawatku dengan baik. Sampai aku berpikir mereka itu terlampau khawatir dengan aku yang jarang jatuh sakit ini," jawabnya sambil terkekeh, mengingat selama beberapa hari lalu ia sampai dilarang melakukan ini-itu lantaran sakit.
Sudah puluhan menit mereka habiskan untuk mengitari pusat kuliner dan toko perbelanjaan outdoor tersebut, tetapi masih belum menemukan tempat makan yang sama-sama mereka inginkan. Namun, mereka juga beberapa kali mampir ke stand-stand makanan kecil, seperti crepe dan eskrim. Tampaknya, mereka lebih menikmati berbincang bersama mengitari tempat tersebut dan belum merasa lelah.
"Bagaimana dengan klub volimu?" Kini giliran [Name] yang bertanya.
"Begitulah. Turnamen semakin dekat, latihan makin ketat dengan jadwal yang juga tambah padat," keluh pemuda itu, membuat [Name] seakan turut merasakan kelelahan sosok di sampingnya tersebut.
Tanpa mereka sadari, langit yang tadinya cerah, berubah menjadi langit kelabu dengan awan yang bergulung-gulung. Bau hujan sudah tercium di indera penciuman mereka, dan ketika keduanya tersadar, rintikan air hujan telah turun menghujam bumi. [Name] dan Kuroo memutuskan berteduh dengan memasuki kafe terdekat. Kedua insan itu menghabiskan waktu bersama di kafe hingga hujan benar-benar reda, dan langit malam telah menyapa.
-o-
Halo, maaf atas keterlambatan update yang sangat lama ini.
Aku usahain kembali dan menyelesaikan ini dengan segera, biar tidak menggantungkan kalian lebih lama lagi :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro