[2] Cinta?
Minor Joseph x Aesop & Hastur x Eli
Don't like it? Don't read!
_________
Hubungan Naib Subedar dan Jack ternyata cepat menyebar di daerah penyintas maupun pemburu. Tidak ada yang tahu tepatnya siapa yang menyebarkan berita itu, tentu tidak ada yang berani mengakui. Bahkan pemburu baru bernama Marie sampai tahu dan ikutan terlibat.
Naib tidak tahu mau bagaimana lagi ketika rekan-rekan penyintasnya bertanya macam-macam mengenai hubungannya dengan Jack. Entah mengapa ketika mereka menghujani Naib dengan ratusan pertanyaan terkait itu, Naib ingin pergi dari sana dan tidak ingin menjawab apapun.
Tidak biasanya Naib meringkuk di dalam selimutnya di atas kasur. Teman-teman sekamarnya, Aesop dan Eli, tidak tahu mau apakan teman mereka. Mereka juga sempat khawatir kalau Naib melewatkan sarapan dan makan siang padahal makanan sudah disiapkan oleh Michiko.
Aesop dan Eli berpandangan sejenak sebelum kembali fokus kepada Naib. Sang pemilik burung hantu mencoba mengguncang tubuh orang upahan itu.
"Naib, kamu tidak lapar? Nona Michiko sudah membuatkan makanan untukmu. Hari ini makan siangnya enak lho," bujuk Eli, sembari tersenyum hambar.
Tidak ada respon dari Naib.
"Subedar, meskipun tubuhmu sakit, kau harus makan," tambah Aesop.
Sebelumnya, Naib memutuskan untuk tidak menginap di kamar Jack pada hari itu juga. Belum saatnya, dan dia butuh waktu untuk membicarakannya dengan Aesop dan Eli. Mereka berdua adalah sahabatnya di dalam Oletus Manor, selain Norton dan William. Namun ini masalah yang mungkin hanya dipahami oleh perias mayat dan peramal itu.
Naib tahu jelas Aesop maupun Eli memiliki hubungan relasi erat dengan pasangan mereka: Aesop dengan Joseph, dan Eli dengan Hastur.
"Hey, Naib, kalau ada yang bertanya tentang relasimu dengan Jack, kami akan bantu jelaskan pada mereka," lalu Eli melihat ke arah Aesop, seakan meminta persetujuannya.
Bukankah seharusnya Naib mempercayai Eli dan Aesop? Naib tahu jelas kalau mereka berdua pasti lebih paham situasi yang dihadapinya. Ia sendiri menjadi saksi hidup kisah romansa mereka bagaimana dua sahabatnya itu akhirnya memiliki kekasih masing-masing.
Sang orang upahan akhirnya keluar dari persembunyiannya, mengintip ke arah dua sahabatnya. Eli masih duduk di sampingnya, sementara Aesop duduk di seberang, tepatnya di atas kasur Eli. Daritadi keduanya menunggu Naib keluar dan mau tidak mau ikut berkorban melewatkan makan siang demi satu orang yang sangat berarti bagi mereka.
"Naib! Akhirnya! Ayo kita makan sekarang! Nona Michiko pasti akan marah karena kita tidak memakan masakannya hari ini!" Naib nyaris berteriak ketika merasakan kedua lengannya ditarik paksa keluar dari tempat persembunyian.
_________
Wajah Naib memucat ketika melihat Jack berada di ruang makan, bersama dengan beberapa penyintas dan pemburu di sana. Mereka menyantap makan siang yang dibuat oleh Michiko, dan beberapa sorot mata kini tertuju pada mereka bertiga.
"Kukira kalian tidak mau makan siang, untungnya masih ada sisa makanan untuk kalian," ucap Michiko, melipat kedua tangannya di depan dada. Sang geisha menyunggingkan senyuman tipis.
"Tadi ada masalah dengan Subedar. Kami sudah menanganinya, Nona Michiko," jawab Aesop.
Eli dan Aesop sudah duduk di bangku masing-masing, menyusul rekan-rekan mereka menghabisi makan siang yang tersisa. Sementara itu, Naib masih berdiri beberapa meter dari meja makan, mencoba untuk mencerna apa yang terjadi.
Naib mendapati kursi di samping kanan Jack kosong, sengaja dikosongi untuk suatu alasan. Sepertinya tidak perlu ditanyakan untuk apa kursi itu dilewatkan. Belum lagi ketika sang orang upahan melihat Jack yang menyunggingkan seringai tipis ke arah kekasih barunya, seakan rencananya benar-benar terjadi.
"Subedar-kun, kau akan tetap kelaparan jika kau terus berdiri di sana," komentar Michiko, menyadari tingkah tidak biasa Naib.
"Ma-Maaf, Nona Michiko."
Naib segera duduk di samping Jack— tepatnya di satu-satunya kursi kosong di sana. Wajah Naib makin muram dan tidak nyaman, tetapi berusaha menyembunyikan perasaannya di depan rekan-rekan pemburu dan penyintas. Takutnya mereka akan bertanya yang aneh-aneh kembali, membuat Naib tidak nyaman.
Sementara Michiko menyiapkan seporsi bubur untuk Naib, Jack berusaha untuk mengajak Naib berbicara. Hawa-hawa canggung keluar dari sang orang upahan, dan ternyata memengaruhi suasana di sekitarnya. Jack juga menyadari bahwa sudah ada tanda-tanda ada yang mau menginterogasi Naib.
"Kau sedang demam kah? Wajahmu memerah. Tidak pesan teh hangat kepada Nona Michiko?" tanya Jack, sebelum menyeruput tehnya di cangkir.
"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatirkan aku. Khawatirkan saja teman-temanmu yang menyebarkan berita hubungan kita," Naib membenarkan posisi tudung jaketnya, berusaha menyembunyikan wajahnya dari Jack.
"Kami sudah membicarakannya. Joseph dan Hastur tidak terlalu mempermasalahkan jika mau membantu mendukung hubungan kita—"
"Kau menganggap masalah ini sepele, hah? Jack, kau tidak merasa aneh jika kita melakukan ini?" Naib mengenyitkan dahinya.
Jack tidak menjawab Naib untuk sementara. Ia sedikit aneh mendengar pertanyaan Naib ketika dua sahabatnya sendiri sudah punya pasangan. Naib tidak mungkin tidak tahu Eli dan Aesop sudah punya pasangan. Bahkan Naib ada ketika ketiganya berada di kamar, sibuk bergosip ria dan mengangkat pembicaraan klasik: berpacaran.
Naib yang dulu suka mengejek atau menggoda Eli dan Aesop, kini dia merasakannya sendiri.
"Ugh..."
"Naib, makan dulu buburmu, nanti dingin," Jack segera mengalihkan pembicaraannya ketika melihat tingkah Naib.
________
Jack memperhatikan Naib yang berdiri di papan pengumuman, melihat ke arah selembar kertas yang berisikan jadwal match. Dari raut wajah sang mantan Gurkha sudah terlihat jelas kalau dia tidak diizinkan ikut karena kondisi fisiknya. Mungkin Eli atau Aesop yang melaporkan kondisi tubuh Naib tidak baik dan ternyata Orpheus mengiyakan mereka.
"Seharusnya aku, Fiona, Norton, dan Mike yang bertanding hari ini melawan Ratu Mary, tetapi posisiku digantikan oleh si bartender baru itu."
"Sudahlah Naib, berikan kesempatan pada teman barumu. Biarkan dia terbiasa dengan permainan, kau bisa dilain kesempatan kalau sudah sembuh."
Naib membalikkan badannya, menghadap Jack. Wajahnya tetap muram, seperti biasa. Ia tidak protes jelas-jelas kalau dia tetap memaksa dirinya ikut bertanding. Tubuhnya sulit bergerak, dan ia bisa saja menyusahkan teman-temannya dalam keadaan luka. Bisa saja dia malah menjadi beban dalam kelompok.
Ia tidak membenci keputusan pemilik manor. Ia tidak membenci bartender baru bernama Demi Bourbon. Tidak ada dendam apapun dalam hati Naib. Lagipula, Emily tidak bisa menggantikan Naib karena ada urusan check up kesehatan rutin di kamarnya, dan Demi salah satu penyintas yang bisa menyembuhkan kondisi luka timnya- dengan meminum minuman beralkohol.
Naib yakin bahwa Jack hanya mempermainkan cintanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro