[3] Pertandingan Pertama
"Pertandingan hari ini terdiri dari Naib Subedar, Martha Behamfil, Emily Dyer, dan Eli Clark. Tolong persiapkan diri kalian, waktu pertandingan dimulai dari jam 7 malam."
Suara pemilik manor sukses membuat Eli Clark terkejut. Belum lama ia tinggal di rumah barunya- Oletus Manor- dan sekarang sang penyintas baru itu harus ikut pertandingan. Untuk keterangan detailnya mengenai 'kegiatan wajib', ia sudah mendapatkannya dari teman barunya, Naib. Karena Eli juga baru masuk, maka mau tidak mau Naib, Martha, dan Emily juga harus menjaga Eli.
"Aku tipe penyelamat, begitu pula dengan Behamfil. Dokter Dyer mungkin tipenya support. Bagaimana denganmu, Clark?" tanya Naib, sedikit melirik ke arah Eli.
"Ngg, aku bisa melihat pemburu di awal permainan selama lima detik. Lalu, mungkin burung hantuku akan membantu melindungi kalian," Eli menjawab sembari menyunggingkan senyuman masam.
Eli dapat mendengar Naib menghela napas berat. Decoder unggulan di Oletus Manor baru dipegang oleh seorang gadis remaja buta, Helena Adams. Tentu ada penyintas decoder lainnya, tetapi tidak akan sebaik Helena. Naib mencoba mempercayai Eli untuk decoding selama pertandingan pertama, sekalian menguji apakah penyintas baru itu bisa memenangkan pertandingan ketika ketiga rekannya sedang mencoba bertahan hidup dari serangan pemburu.
Di sisi Eli, ia merasa posisinya akan memberatkan. Ini adalah kali pertama ia harus bekerjasama dengan teman-teman barunya. Ia belum mengenal karakter dan kemampuan mereka sama sekali, dan kini dihadapkan oleh permainan yang serius. Di tengah-tengah rasa takut dan khawatir, Eli berusaha untuk mengabaikan perasaan sebenarnya dan terus tersenyum kaku.
"Dengar, aku baik-baik saja kok, Clark. Jangan berpikir aku terbebani oleh posisimu. Aku hanya kelelahan saja setelah menaikkan tier-ku susah payah," Naib melihat ke arah wajah Eli, merasa kurang nyaman dengan reaksi rekan barunya.
"O-Oh, aku hanya... hnghhh, kurasa gugup? Mohon bantuannya!" jawab Eli terbata-bata.
"Sudah, sudah, jangan terlalu takut seperti itu. Mungkin kau harus bicara dulu kepada Behamfil dan Dokter Dyer mengenai kemampuanmu supaya mereka bisa ikut memikirkan strategi. Seharusnya mereka sudah siap di lobi."
Naib pergi meninggalkan Eli di belakang, berjalan menuju lobi yang dimaksudkan sang tentara bayaran.
__________
"Aku telah meminta Tuan Hastur untuk tidak terlalu keras kepada Tuan Clark pada pertandingan pertamanya. Semoga ia mempertimbangkannya baik-baik," ucap sang sosok dokter, Emily Dyer.
Eli menaikkan kedua alisnya mendengar kalimat Emily. Perasaannya mengatakan bahwa pemburu yang ia akan hadapi bernama Hastur. Ia tidak memiliki bayangan apapun tentang sosok sang pemburu, tetap dilihat dari reaksi Naib dan Martha, mereka agak menciut mendapati berita dari Emily.
"Oh, sial, luka-lukaku belum sembuh dari serangan pemburu laba-laba itu! Hmph, menyebalkan," omel Naib.
"Subedar, berhenti mengoceh!" Martha menanggapi Naib sembari memukul lengan kanan sosok tentara gurkha itu.
Untungnya pertengkaran Naib dan Martha tidak serius. Mereka sedang mencoba mencairkan suasana dengan cara mereka. Emily tertawa kecil melihat kelakuan keduanya, seakan sudah biasa mendengar keributan mereka di dalam manor.
"Tuan Clark, tolong maklumi Tuan Subedar dan Nona Behamfil. Manor akan benar-benar sepi tanpa keberadaan mereka berdua. Yah, mungkin saja Anda akan terbiasa juga, mungkin bisa ikut meramaikan~" komentar Emily, melihat Eli yang tampaknya kebingungan dan makin panik.
__________
Pertandingan pertama Eli Clark berada di Arms Factory. Wilayah pabrik bekas yang angker dan suram membuat Eli tidak begitu nyaman, terutama ketika mendengar dari Emma Woods sang tukang kebun kalau pabrik itu adalah pabrik ayahnya membuat Eli ikut kasihan.
Tentunya Emma tidak mau banyak bercerita tentang masa lalunya terlalu detail.
Ketika pertandingan dimulai, Eli dapat melihat samar-samar bayangan merah yang jauh berada di depan gerbang depan. Posisi Eli kini berada di dalam rumah kayu, dan lokasinya cukup jauh kalau dihitung-hitung jaraknya. Eli mencoba untuk memperhatikan bayangan itu baik-baik, dan menemukan sosok besar memiliki empat tentakel di bawah kakinya. Sang peramal memicingkan matanya, memastikan ia tidak salah lihat.
"Itu... apa...?"
Pertanyaan Eli tidak terjawab begitu mendapati sosok Martha yang lewat di belakangnya. Gadis pemilik julukan 'sang Koordinator' menyadari Eli di dekatnya, lalu menghampirinya.
"Clark, jangan bengong saja di sini! Nanti hunter-nya menemukan kita!" komentar Martha, mengejutkan Eli yang diam berdiri saja.
Eli terkejut, mengalihkan perhatiannya kepada Martha. Pengelihatannya hilang beberapa detik setelah Martha datang. Eli menyunggingkan senyuman khawatir, sebelum beranjak dari tempat yang dipijaknya. Ia berlari menuju mesin cipher terdekat dan mencoba untuk fokus.
Ia sudah mencoba untuk tidak terdistraksi oleh pikirannya, ditengah-tengah banyak pertanyaan di dalam kepalanya. Eli berusaha tidak berpikir macam-macam ketika ia memecahkan kode sandi cipher. Sayangnya, bayangan itu menghantuinya sampai-sampai Eli tidak sengaja meledakan ciphernya.
Detak jantung Eli mulai terdengar samar, perlahan menjadi sangat cepat, bahkan Eli dapat mendengar detak jantungnya sendiri. Eli dapat merasakan bulu kuduknya berdiri, membuat sang peramal mulai tidak nyaman dan panik.
Ketika Eli membalikkan badannya, tiba-tiba muncullah sebuah tentakel berwarna ungu gelap kebiruan dari tanah menghadang Eli. Eli membelalakkan matanya, tidak menyangka sang pemburu telah menemukan keberadaannya lebih cepat.
"Eli Clark!! Pergi!! Pemburunya mendekat!!" teriak Naib, berlari ke arah Eli dari wilayah timur.
Begitu tentakel itu berniat menghantam Eli, Naib telah menggunakan tubuhnya untuk mendorong sang peramal menjauh dan membiarkan tubuhnya menjadi tameng. Naib meringis kesakitan, terutama ketika punggungnya menghantam reruntuhan tembok terdekat.
"Tuan Subedar!!" Eli berusaha merangkak menuju Naib, tetapi lengannya ditarik oleh Emily terlebih dahulu yang entah kapan muncul dan membawanya menjauh dari Naib.
"Menjauhlah ketika pemburu mendekat, Tuan Clark! Nona Behamfil dan Tuan Subedar yang mengurusnya, bukan kita!" ucap Emily, sembari mengatur pernapasannya.
Eli baru sadar bahwa ia belum tahu peraturan permainan Oletus Manor dengan jelas. Pemilik manor tidak banyak menjelaskan, dan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Tiba-tiba saja dia diberi banyak peraturan dan harus tahu cara bermainnya. Bahkan Eli tidak tahu perannya di dalam kelompoknya.
Duar!
Dari jarak agak jauh, kedua netra Eli dapat melihat asap merah tipis mengepul di udara dan erangan seseorang. Tanda itu membuat Emily dan Eli segera menjauh dan mencari mesin cipher lainnya. Sementara itu, dua penyintas tipe container itu sibuk mengurusi sang pemburu. Belum waktunya untuk menyelamatkan mereka berdua sampai sang pemburu kehilangan jejak mereka.
Sementara itu, di sisi Hastur, dalam hati ia menggerutu kesal karena dia dipilih menjadi pemburu hari itu juga. Sebenarnya, Hastur tidak terlalu mempermasalahkan pertandingannya, tetapi karena sistem kelompok yang dipilihkan. Jelas-jelas sang dewa tidak ingin bertemu dengan penyintas baru itu, tetapi ia tetap terpilih.
Satu hal lagi, surat yang didapatkannya ketika masih di lobi pertandingan. Hastur tidak percaya ia mendapatkan surat spesial untuk hari itu saja.
"Aku sama sekali tidak mengerti kemauan mereka."
Hastur mengarahkan tangannya ke depan, memunculkan tentakel ungu kebiruannya di depan Naib dan Martha, lalu membuat tentakel itu memukul Martha, memberikan satu serangan keras kepada sang koordinator. Rencananya ia akan mengincar Naib terlebih dahulu karena mengurusinya lebih merepotkan daripada anggota lainnya, tetapi sama saja membuat ketiga anggota lainnya sibuk dengan cipher masing-masing.
Martha tidak sengaja memancing Hastur ke daerah Emily dan Eli sedang dekoding bersama, entah karena panik atau tidak tahu. Hastur tahu jelas para penyintas akan merasakan detak jantung, menandakan bahwa di sekitar mereka ada pemburu yang mendekat atau menjauh.
Tanpa aba-aba lagi, Emily dan Eli sekali lagi menjauh dari lokasi mereka. Emily pergi ke arah daerah tempat Naib sedang mencari-cari mereka, membutuhkan pengobatan. Eli memutuskan untuk menuju cipher lain, sebisa mungkin menjaga jarak dengan Hastur. Dari kejauhan, sang peramal melihat kondisi Martha yang sedang mencoba mengelabui pemburu itu dengan kemampuannya.
"Apa yang bisa kulakukan untuk kelompokku? Belum ada satupun cipher yang selesai, dan belum apa-apa sudah bertemu pemburu," gumam Eli pada dirinya, sebelum akhirnya mencoba dekoding sendirian.
Atensinya sempat teralihkan oleh suara burung hantu setianya yang daritadi bertengger di bahu kanannya. Eli melihat ke arah Poppo, burung hantu itu, lalu tersenyum tipis. Ia terpikirkan untuk memberikan bantuan lewat peliharaannya supaya teman-temannya bisa bertahan hidup terus.
"Aku bisa menginspeksi teman-temanku sebentar, lalu memberikan perlindungan sebentar. Sepertinya itu tugasku, benar kan, Poppo?" Eli mengelus puncak kepala Poppo, lalu mengirimkan burung hantunya terbang menuju lokasi Martha.
Pandangan Eli berubah begitu Poppo telah dekat di sekitar sang koordinator. Ia terus memperhatikan Martha yang berusaha bertahan memancing Hastur ditengah-tengah kondisinya yang nyaris sekarat dan kapanpun tumbang kalau tidak konsentrasi. Napasnya memburu, keringat membasahi dahi dan pelipisnya. Martha tidak punya pistol lagi untuk ditembakkan pada pemburu itu.
Membicarakan tentang Hastur, akhirnya Eli bisa melihat wujudnya sendiri meskipun dengan bantuan Poppo. Wujudnya mengerikan, membuat Eli kurang nyaman karena banyak mata merah disekujur tubuh. Di bawah terdapat sekitar empat tentakel berwarna gelap berukuran besar, membuat bunyi becek yang tidak nyaman di telinga sang penyintas. Bau amisnya bisa tercium lewat burung hantunya, padahal jarak mereka berdua cukup jauh.
"Sepertinya...aku pernah melihatnya... tapi dimana?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro