Part 2
Sakura segera berdiri di samping beberapa orang lain yang juga tengah menjemput seseorang sambiil mengangkat kertas berisi tulisan yang dibawa nya. Ia sedikit menundukkan kepala, berharap bila Sasuke tak akan melihat wajah nya atau lebih baik lagi pria itu telah melupakan wajah nya.
Sepuluh tahun telah berlalu sejak pertemuan terakhir antara Sakura dan sang mantan kekasih. Saat itu Sakura baru saja lulus dari universitas dan tinggal menunggu wisuda. Ia dan Sasuke yang saat itu telah menjalin hubungan selama empat tahun bahkan telah membicarakan pertunangan yang akan diadakan.
Namun seminggu sebelum wisuda, Sasuke tiba-tiba saja menghubungi nya untuk bertemu. Pertemuan di malam itu mengubah seluruh hidupnya dan membuatnya menjadi sosok yang tak lagi tertarik pada suatu hubungan.
Malam itu Sakura baru saja berpergian dengan kedua sahabat nya, Tenten dan Hinata. Ia begitu lelah, namun memutuskan untuk menemui Sasuke ketika pria itu mengajak nya untuk bertemu. Dan ia sungguh terkejut ketika Sasuke menyatakan bila kedua orang tua nya ingin segera menikahkan Sasuke dengan Yamanaka Ino, gadis yang merupakan sahabat Ino, Persahabatan Ino dan Sakura sedikit merengang setelah Ino menutup diri dan gadis itu dikabarkan tengah hamil anak dari Sasuke meskipun Sasuke menyangkal nya.
Sasuke mengajak Sakura untuk pergi meninggalkan Tokyo bersama-sama dan Sakura hampir mengiyakan permintaan Sasuke. Sasuke bahkan memohon kepada orang tua nya untuk membatalkan pernikahan dan orang tua Sasuke bahkan menemui Sakura hanya untuk meminta gadis itu membujuk Sasuke agar tak membatalkan pernikahan.
Marah. Benci. Sakit hati. Itulah yang dirasakan Sakura. Ia bahkan merasa terhina ketika ibu Sasuke memandang nya dengan tatapan mengiba sambil mengatakan 'Kau tidak seharusnya bersama Sasuke' dengan cara yang sangat halus.
Sakura menangis semalaman tak lama setelah kedua orang tua Sasuke meninggalkan rumah nya. Kedua orang tua nya membujuk nya untuk mengikuti permintaan kedua orang tua Sasuke. Dan pada akhirnya ia memutuskan hubungan nya dengan Sasuke.
Seminggu setelah wisuda, Sasuke menikah dengan Ino dan Sakura menghadiri acara pernikahan itu sebagai upaya untuk menyelesaikan perasaan nya sendiri terhadap Sasuke. Sepanjang hampir dua minggu ia terus bersedih dan menangisi hubungan nya yang telah hancur, mengutuk kami-sama yang seolah tak adil padanya.
Satu bulan kemudian ia mendapat pekerjaan di perusahaan tempat Naruto bekerja dan ia diterima di kantor pusat di London. Sejak itu ia seolah meninggalkan kehidupan lama nya dan tak lagi kembali ke Tokyo, kota yang penuh akan kenangan nya bersama Sasuke dan menganggap pria itu telah mati.
"Mrs. Haruno..."
Sakura seketika tersadar dari lamunan nya. Terdengar suara baritone seorang pria yang dirindukan nya. Ia mendongak, tatapan nya tertuju pada seorang pria yang tampak berwibawa dengan jas semi formal berwarna hitam dengan kemeja hitam.
Dalam sepuluh tahun, Uchiha Sasuke telah berubah menjadi sosok pria dewasa yang matang. Ia tak lagi menata rambut nya dengan model mencuat seperti yang dilakukan nya saat terakhir kali Sakura bertemu dengan nya. Rambut hitam nya mencapai tengkuk dan terlihat sedikit tanda penuaan di wajah nya.
Sasuke menatap iris emerald Sakura dan membuat wanita itu gugup seketika. Jantung nya berdebar dan ia hampir memeluk pria itu bila ia tak dapat mengendalikan diri nya.
"I'm sorry to make you wait for a long time, Mr. Uchiha." Ujar Sakura dengan sopan. Dalam hati ia terus menerus berdoa agar Sasuke tak mengenali nya.
"Hn."
Tak ada jawaban. Pria itu hanya menjawab dengan gumaman khas nya yang bermakna ambigu bagi mayoritas orang, namun tidak bagi Sakura. Pria itu tak berubah bahkan setelah sepuluh tahun berlalu.
Sasuke mendorong sebuah koper hitam dan berjalan mengikuti Sakura yang berjalan di samping nya. Tak ada percakapan di antara mereka, Sakura bahkan tak tahu apa yang harus dikatakan nya kepada pria itu. Tugas nya saat ini hanyalah mengantar pria itu ke hotel dan bertemu dengan pria itu untuk membicarakan kerja sama antara perusahaan tempat nya bekerja dan perusahaan Sasuke. selanjutnya bukanlah urusan nya. Direktur perusahaan nya telah menyediakan sebuah limousine dan chauffer khusus untuk Sasuke.
"Mr. Uchiha, would you like to wait here or come with me to the parking lot?"
Dalam hati Sakura berharap agar Sasuke cukup menunggu di luar gerbang keberangkatan hingga mobil Sakura menghampiri nya dan pria itu dapat memindahkan bagasi. Namun dugaan Sakura meleset. Pria itu menggelengkan kepala dengan pelan.
"I'll follow you to the parking lot, Mrs. Haruno."
Sakura seketika mengarahkan pandangan nya pada iris onyx Sasuke. Ini merupakan kali kedua pria itu memanggil nya Mrs. Haruno, entah ia memang tidak tahu atau sedang menyindirnya.
Dengan memberanikan diri Sakura menatap pria di samping nya dan berkata,"I'm sorry. But I haven't married yet, so you should call me 'Ms. Haruno' or 'Haruno-san' in Japanese instead of Mrs. Haruno."
Sasuke kembali menatap Sakura, kali ini pria itu memandang nya lekat-lekat. Sakura meringis dan hampir menjerit dalam hati. Sasuke pasti tengah menertawai nya saat ini sambil berpikir bila adalah perawan tua yang tidak laku. Fakta nya, ia memang seorang perawan, namun bukan berarti ia melajang karena tidak laku.
"Hn."
Sakura merasa canggung bersama dengan Sasuke. Ia berjalan menghampiri sebuah mobil Ferrari 458 milik Naruto dan membuka bagasi.
"Bukankah ini mobil milik dobe?" Gumam Sasuke dengan suara yang cukup keras untuk dapat didengar Sakura.
"Are you okay, Mr. Uchiha?"
Sakura menatap Sasuke dengan khawatir. Sasuke segera mengangguk dan tiba-tiba saja ia mengangkat sudut bibir nya membentuk sebuah senyuman yang sangat tipis. Jantung Sakura berdebar seketika dan ia mengepalkan tangan, berusaha keras untuk menahan diri.
"Yes, I'm okay, Ms. Haruno." Sasuke menyeringai pada Sakura. "Or should I call you 'Sakura'?"
Seketika Sakura terbelalak dan hampir menjatuhkan kunci mobil Naruto yang sedang dipegang nya. Perasaan Sakura bergejolak tak karuan mendengar panggilan yang sudah lama tak didengar nya. Tak ada seorangpun yang memanggil Sakura dengan sebutan 'Sakura' selain Sasuke. Orang-orang biasanya akan memanggil nya dengan suffix atau julukan dan mayoritas teman nya ialah orang Asia.
Sasuke selalu memanggilnya Sakura tanpa suffix apapun meskipun mereka sedang berpacaran. Sasuke bukanlah pria romantis yang berlebihan seperti Naruto yang memanggil Hinata dengan sebutan 'Hinata-hime' dan gombalan-gombalan maut. Sasuke ialah pria yang tak pandai mengekspresikan perasaan dengan kata-kata.
"How..." Suara Sakura terdengar ragu. "How do you know my first name, Mr. Uchiha?"
"Mrs. Tsunade told me about it."
Sakura menarik nafas lega. Bila pria itu mengetahui nama nya dari Tsunade, atasan nya yang merupakan Chief Marketing Officer, maka belum tentu pria itu mengenali nya.
"But I have know it before Mrs.Tsunade told me." Ujar Sasuke sambil menyeringai. "Do you still remember me, my ex girlfriend?"
Sakura seketika menghentikan langkah nya dan berjengit. Ia telah membuka pintu mobil Naruto dan menatap Sasuke lekat-lekat. Ia tak ingat bila Sasuke memiliki karakter yang seperti ini.
"I'm sorry. I think you've mistaken me for someone else, Mr. Uchiha."
Seolah tak mendengarkan ucapan Sakura, pria itu berjalan mendekati Sakura hingga jarak diantara mereka hanya sekitar tiga puluh sentimeter. Jantung Sakura berdebar keras ketika iris onyx Sasuke menatap nya. Saat ini Sakura yakin bila wajah nya telah memerah.
"Hisashiburi(1), Sakura."
"A..ano.." Sakura tergagap. Saat ini ia merasa bagaikan seseorang paling bodoh di dunia. "H-hisashiburi, Sasuke."
"Hn? Sasuke?"
"Ya. Atau kau lebih nyaman bila kupanggil Mr. Uchiha saja?" Jawab Sakura dengan bahasa Jepang.
"Tidak memanggilku Sasuke-kun seperti yang selalu kau lakukan?" Balas Sasuke dengan nada menggoda.
Saat ini Sakura merasa ingin menghilang saja. Rasanya ia ingin bertukar posisi dengan Naruto sehingga tak perlu berurusan dengan pria ini. Seketika ia merasa menyesal telah memilih posisi sebagai Global Marketing Manager saat kenaikan jabatan tiga tahun lalu. Awalnya, ia memilih posisi sebagai Global Marketing Manager agar dapat bertemu dengan banyak orang dari luar negeri. Namun ia tak mengira bila ia akan bertemu Sasuke lagi dengan cara seperti ini.
Sepertinya Sasuke bahkan telah melupakan kecanggungan di antara mereka berdua saat menghadiri resepsi pernikahan Sasuke dan Ino sepuluh tahun yang lalu. Saat itu tangan mereka berdua terasa kaku saat bersalaman dan Sakura hampir menangis saat mengucapkan selamat atas pernikahan Sasuke dan Ino.
"Tidak. Kau telah menikah dan kurasa tidak etis bila aku masih tetap memanggilmu seperti itu." Jawab Sakura dengan tegas. Ia berjalan ke kursi di samping pengemudi dan berniat membuka pintu mobil bagi tamu nya. Namun pria itu menepis dan membuka pintu mobil itu sendiri setelah memasukkan koper nya ke bagasi.
Dengan terpaksa Sakura berjalan menuju kursi pengemudi dan mulai mengendarai mobil meninggalkan parking lot.
Suasana di mobil terasa canggung setelahnya. Tak ada seorangpun yang berbicara dan Sakura bahkan berusaha keras agar tak bertemu pandang dengan Sasuke.
Sepuluh tahun telah berlalu dan Sakura tak menyangkal bila ia tak sepenuhnya melupakan Sasuke. Mungkin tanpa sadar ia berusaha untuk menemukan pengganti Sasuke dalam diri pria-pria lain yang berusaha mendekati nya. Ia tak sepenuhnya lepas dari jerat pesona pria itu.
"Sasuke, apakah kau sudah makan?" Sakura membuka mulut untuk bertanya dengan terpaksa. "Mrs. Tsunade mengingatkanku untuk mengajakmu makan bersama setelah kau tiba di London."
"Sudah."
Sasuke bahkan tak menatap Sakura dan nada bicara pria itu terkesan dingin, seolah menganggap Sakura adalah orang asing. Hati Sakura terasa sakit, bagaikan seseorang yang menabur cuka ke sebuah luka yang belum kering dan membuatnya terasa perih.
"Oh, baiklah. Kalau begitu aku akan mengantarmu ke hotel saja."
Tak ada jawaban dan Sakura menambah kecepatan laju mobil nya. Sasuke hanya akan berada di London selama empat hari untuk urusan bisnis. Dua hari untuk membahas kerja sama antara perusahaan tempat Sakura bekerja dan perusahaan nya sendiri, sementara dua hari lain nya untuk urusan bisnis lain.
Hanya dua hari dan setelah ini Sakura tak akan bertemu lagi dengan Sasuke.
.
.
Sakura menghentikan mobil di depan lobby Four Season Hotel yang merupakan salah satu hotel terbaik di London. Seorang bellboy segera menghampiri bagasi ketika melihat Sasuke yang hendak menurunkan koper.
Sasuke segera meninggalkan lobby hotel sesudah Sasuke menurunkan koper. Sakura berusaha bersikap ramah dengan meminta Sasuke menghubungi nya bila ia memerlukan sesuatu dan memberikan kartu nama nya meskipun ia berharap Sasuke tak menghubungi nya.
Naruto terletak tak jauh dari hotel tempat Sasuke menginap. Sakura menaikkan kecepatan dan memutar lagu yang terdapat di pemutar musik mobil Naruto. Terdengar instrument drum yang dimainkan dan tak lama kemudian terdengar scream sebagai pembuka lagu.
"Ya ampun. Tak kusangka Naruto baka masih menyukai musik seperti ini."
Sakura sedikit mengangkat sudut bibir nya, membentuk seulas senyum. Lebih dari sepuluh tahun telah berlalu sejak ia lulus dari high school dan universitas. Mayoritas teman sekolah maupun teman kuliah nya telah menikah dan memiliki keluarga serta berubah menjadi lebih dewasa. Begitupun dengan Naruto meskipun sikap nya sama sekali tak berubah sekalipun dihadapan kedua anak nya.
Mengingat hal itu membuat Sakura merasa kesepian entah kenapa. Rasanya hanya ia saja yang tak berubah dan ia merasa aneh karena berbeda dengan orang-orang lain. Bagaimanapun ini adalah pilihan nya dan ia seharusnya tak merasa menyesal.
Tsunade, wanita keturunan Jepang dan Inggris yang merupakan atasan nya, tidak menikah di usia lima puluhan dan sangat menikmati hidup nya. Ia juga tak menikah dengan alasan yang sama dengan Sakura, ia tak ingin menjalin hubungan setelah kematian kekasih nya dan membesarkan keponakan dari kekasih nya, Shizune. Shizune juga tak menikah meskipun sudah berusia awal empat puluhan dan ia juga baik-baik saja.
Terkadang Sakura memikirkan, seandainya ia memutuskan meninggalkan Tokyo bersama Sasuke, kira-kira bagaimana hidup nya saat ini ?
"Apa yang kupikirkan? Kurasa aku sudah gila sejak bertemu dengan nya." Sakura merutuk dengan pelan.
Tersadar bila ia hampir melewati lampu merah, ia dengan cepat menginjak rem hingga menimbulkan suara decitan akibat pergesekan antara ban dengan aspal. Namun setidaknya mobil nya berhenti tepat di lampu merah.
Lampu merah kembali menjadi hijau dan Sakura segera mengemudi menuju sebuah toko kue yang kebetulan dilewati nya dan membeli beberapa kue sebelum tiba di rumah Naruto yang terletak di kawasan perumah kelas menengah atas. Seorang pelayan yang kebetulan sedang berada di ruangan depan segera membuka pintu ketika melihat mobil Naruto berada di depan gerbang.
Sakura memparkir mobil Naruto di garasi dan segera turun dari mobil setelah mengunci nya. Ia melangkah menuju pintu rumah Naruto dan segera menekan bel.
Terdengar suara pintu yang dibuka dan terlihat seorang anak laki-laki berambut pirang dengan mata biru yang terlihat mirip dengan Naruto.
"Konbawa, Sakura-obasan." Ucap Boruto dengan bahasa Jepang yang termasuk lancar meskipun ia tidak tinggal di Jepang.
"Konbawa, Boruto-kun. Apakah otou-san mu sudah pulang?"
"Belum. Mungkin ia pulang sebentar lagi." Jawab Boruto sambil merengut.
Seorang wanita berusia tiga puluhan berjalan menghampiri Boruto dengan seorang anak perempuan berusia sekitar lima atau enam tahun dengan warna rambut yang sama dengan nya. Wanita itu segera tersenyum pada Sakura.
"Ah, Sakura ! Lama tak bertemu dengan mu." Wanita itu menghampiri Sakura dan memeluk nya.
Sakura membalas pelukan wanita itu dan tersenyum, "Eh? Bukankah kita baru saja bertemu dua minggu yang lalu, Hinata?"
Mereka berdua melepaskan pelukan dan Sakura tersenyum pada Himawari yang menyapa nya. Sakura memberikan sebuah plastik berisi beberapa kue yang tadi di beli nya pada Himawari.
"Himawari-chan, aku membawakan kue untukmu dan Boruto-kun."
Gadis kecil itu tersenyum dan segera mengucapkan terima kasih pada Sakura dan membawa kue itu ke dalam rumah. Hinata merangkul nya dan mengajak nya duduk di sofa ruang keluarga.
"Kau sudah makan? Aku akan menyiapkan makanan untukmu."
"Oh, tidak usah repor-repot, Hinata. Aku hanya datang untuk mengembalikan kunci mobil Naruto yang kupinjam."
Hinata menggelengkan kepala. Wanita itu juga telah banyak berubah dibandingkan saat remaja. Ia bukan lagi gadis pemalu. Kini ia berubah menjadi wanita yang percaya diri, bahkan menjadi ibu rumah tangga sekaligus pebisnis yang memiliki dua restaurant.
"Naruto-kun akan pulang sebentar lagi, kok. Kau tidak ingin mengambil kunci mobil mu?"
Sakura menepuk kepala nya dengan pelan. Ia bahkan melupakan kunci mobil nya yang sedang dipinjam Naruto.
"Untunglah kau mengingatkanku. Arigato."
Hinata menyeringai dan menepuk bahu Sakura. Wanita itu duduk di samping Sakura sambil menyalakan televisi.
"Kau bahkan menjadi pikun setelah bertemu dengan Sasuke. Apakah kau kembali mengagumi ketampanan nya?" Goda Hinata.
"Tidak !" Pekik Sakura. "Pria itu sudah menikah, Hinata."
Tatapan Sakura sedikit menerawang. Hati nya kembali sakit. Untuk sejenak ia sempat menatap pria itu dengan penuh kekaguman seolah pria itu ialah pria lajang yang dapat dikencani nya.
"Baguslah. Kupikir cinta lama kembali bersemi di hatimu setelah kau lama tak bertemu dengan nya."
"Jangan katakan seperti itu, Hinata! Aku tidak ingin hal itu menjadi kenyataan dan menghancurkan hubungan seseorang."
"Hey, aku hanya bercanda, Sakura. Jangan menganggap nya serius." Hinata terkekeh pelan dan membuat Sakura sweatdrop seketika. Beberapa tahun tinggal bersama dengan Naruto telah membuat kepribadian Hinata menjadi sedikit mirip dengan Naruto.
Terdengar suara mesin mobil di luar pintu dan tak lama kemudian pintu rumah yang terbuka. Terlihat Naruto yang tersenyum lebar seolah pipi nya sobek dan terkekeh pelan. Ia segera menghampiri Hinata dan mengecup kening istri nya.
Sakura menjauh dari Hinata seketika, Namun Naruto segera menepuk bagian sofa yang tadi diduduki Sakura.
"Mengapa kau tiba-tiba bergeser, Sakura-chan? Kau cemburu pada kami? Cepatlah cari seorang suami sepertiku." Ucap Naruto sambil terkekeh.
Sakura mengerucutkan bibir dengan jengkel pada Naruto. Ia kembali ke tempat duduk nya di samping Hinata dan Naruto memilih duduk di sofa yang berhadapan dengan Hinata.
"Aku akan cepat mati bila memiliki suami sepertimu, Naruto baka."
"Oh? Tahun ini merupakan tahun kedelapan pernikahan kami dan Hinata-hime ku masih tetap hidup." Naruto menatap sang istri dengan lembut dan mengalihkan pandangan pada Sakura. "Jadi maksudmu kau akan berumur panjang bila menikahi pria seperti teme?"
Sebuah pukulan tonjokan keras mendarat di lengan Naruto dan dilanjutkan dengan pukulan keras di bahu nya. Naruto meringis keras dan mengangkat salah satu tangan nya.
"Aah... sakit... uh.. hentikan.." Naruto meringis. Sakura segera menghentikan pukulan nya dan menundukkan kepala. Ia merasa tidak enak dengan Hinata yang menatap nya.
"Gomen ne, Hinata."
"Uh... aku tahu kau sudah mencapai tingkat sandan(2) dalam judo. Kau tidak perlu membuktikan nya padaku, Sakura-chan." Naruto meringis dan menggumamkan gomen ne dengan ekspresi ketakutan.
"Sumimasen deshita, Naruto. Aku tanpa sadar memukulmu."
Naruto melemparkan kunci mobil Sakura dan Sakura segera menangkap nya. Naruto mengambil kunci mobil nya sendiri yang diletakkan Hinata di coffee table.
"Lusa nanti bagaimana bila kau, aku dan Hinata-hime makan malam bersama di restaurant? Sudah lama kita tidak makan bersama, lho."
Sakura mengernyitkan dahi. Tidak biasanya Naruto mengundang nya untuk makan malam bersama keluarga nya. Biasanya Hinata yang akan mengundang nya untuk sesekali menghabiskan akhir pekan bersama. Ia sangat yakin bila Naruto memiliki maksud tersembunyi.
Sakura berusaha untuk berpikir positif dan menerima tawaran Naruto untuk makan malam bersama.
"Ya. Aku akan makan malam bersamamu."
.
.
Rapat yang diadakan di VIP room sebuah restaurant mewah antara Sasuke, Sakura dan Tsunade telah selesai. Pria itu bersedia menjalin kerja sama dengan menjadi agen tunggal produk Carls & Smith di Jepang. Pembagian keuntungan bersih penjualan di Jepang ialah 65:35, termasuk dengan resiko usaha yang ditanggung 65:35.
Hampir satu jam berlalu dan Tsunade tampak berbicara serius dengan Sasuke dan Sakura yang lebih banyak diam. Entah kenapa ia merasa canggung untuk ikut dalam pembicaraan mereka.
Tsunade mengeluarkan ponsel nya sejenak dan menundukkan kepala. Wanita itu tampak terburu-buru.
"Mr. Uchiha, I'm really sorry that I should leave this meeting right now since I have another meeting that will start in 45 minutes. Thank you for your cooperation with us. I hope that you won't be disappointed with your decision to have cooperation with us since we will do our best to give the best result for both of us." Ujar Tsunade sambil menundukkan kepala.
Sasuke menganggukan kepala dan menatap Tsunade sekilas.
"I have already paid for our lunch."
"Thanks for your treat, Ms. Tsunade. Take care." Sasuke tersenyum tipis pada Tsunade.
Tsunade membalas senyum Sasuke dengan lambaian tangan dan menghilang setelah berjalan melalui pintu. Wanita itu tampak puas dengan hasil pembicaraan antara dirinya dan Sasuke.
Sakura menundukkan kepala dan menatap kosong ke arah makanan di piring nya. Sejak tadi ia merasa ingin berdiri dan meninggalkan ruangan itu untuk kembali ke rumah nya.
Namun akan terkesan sangat tidak sopan bila Sakura meninggalkan Sasuke. Maka ia terus menatap Sasuke, berharap pria itu akan segera pulang.
"Kau mengharapkan agar aku pulang, Sakura?"
Pertanyaan Sasuke membuat Sakura terkejut dan seketika mengalihkan pandangan untuk menatap iris onyx Sasuke.
"Aku tidak berpikir seperti itu, Sasuke."
"Kau terlihat tidak nyaman. Ekspresi dan bahasa tubuh mu tak dapat menipuku, Sakura."
Sakura tak pernah mengira bila seorang Uchiha Sasuke terus memerhatikan nya sepanjang rapat. Ia berpikir bila pria itu memperhatikan Tsunade yang secara fisik lebih menarik dari Sakura meskipun wanita itu bahkan hampir seusia ibu nya.
"Mengapa kau memperhatikan hal itu? Itu sama sekali tak berkaitan dengan hasil kesepakatan antara kau dan perusahaan tempat ku bekerja."
"Itu mengangguku, Sakura."
"Menganggu mu? Sejujurnya itu bahkan bukan urusanmu, Uchiha Sasuke."
"Mengapa kau menghindariku?"
Sakura terbelalak mendengar pertanyaan Sasuke. Seumur hidup ia tak pernah mengira bila sebuah pertanyaan seperti itu akan terlontar dari bibir seorang Uchiha Sasuke.
"Aku tidak menghindarimu." Ucap Sakura dengan suara sedikit bergetar. "Aku tidak bermaksud begitu."
"Lalu?"
Sakura terdiam. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan. Ia tak mengerti mengapa Sasuke tak mengajak sekretaris nya, entah sekretaris nya memiliki urusan lain atau memang tidak punya. Namun seandainya sekretaris Sasuke ikut, situasi saat ini akan terasa jauh lebih baik.
"Aku.. hanya tak ingin terikat masa lalu, Sasuke. Hanya itu saja."
Ekspresi wajah Sasuke terlihat datar, namun emosi mulai bergejolak di hati nya. Saat Sakura memilih untuk mengakhiri hubungan, ia sangat kecewa dan frustasi. Ia sempat berpikir untuk kabur dari acara pernikahan nya. Namun kemanapun ia pergi, ia tak memiliki tujuan. Sekalipun ia memutuskan kabur dari acara pernikahan nya, hubungan nya dengan Sakura tetap saja hancur.
Diam-diam Sakura mengeluarkan ponsel dan melirik jam. Jam telah menunjukkan pukul setengah tiga sore dan makanan serta minuman nya telah habis.
Sakura sangat yakin bila pertemuan ini merupakan pertemuan terakhir nya dengan Sasuke. Setelah ini, ia yakin bila ia takkan lagi berurusan dengan Sasuke. Dan itulah yang diharapkan nya.
"Maaf, namun kurasa aku harus segera kembali ke kantor untuk menyelesaikan beberapa urusan." Ujar Sakura sambil bangkit berdiri. "Sayonara, Sasuke."
Sakura tersenyum dan melambaikan tangan serta berjalan menuju pintu. Tangan nya telah memegang knop pintu dan membuka nya ketika sebuah tangan lain mendorong pintu dengan kuat hingga kembali tertutup.
Tatapan Sakura tertuju pada Sasuke yang menatap nya. Jantung Sakura sedikit berdebar, selama sepuluh tahun ia sangat merindukan tatapan itu.
"Sayonara? Kau berharap kita tak bertemu lagi, Sakura?"
"Ya. Lagipula tak ada alasan bagi kita untuk bertemu kembali. Kau tahu, kita telah memiliki kehidupan masing-masing dan seharusnya kita tak saling mengusik kehidupan masing-masing."
Tatapan dan ekspresi wajah Sasuke tak lagi datar. Sekilas terlihat ekspresi kesedihan di wajah pria itu dan dengan cepat kembali ditutupi nya dengan ekspresi dingin dan tatapan tajam.
"Aku mengerti." Ujar Sasuke dengan pelan. "Pergilah. Aku tak ingin melihatmu lagi."
Sakura menatap Sasuke dan entah kenapa hati nya terasa perih. Inikah karma atas apa yang dilakukan nya terhadap Sasuke sepuluh tahun yang lalu? Ucapan Sasuke menyakitkan hati nya meskipun ia sendiri yang terus menghindari pria itu. Sepuluh tahun yang lalu, saat mereka berpisah, Sasuke bahkan tak mengatakan hal seperti ini.
Tanpa sadar, setetes air mata mengalir di pipi Sakura membasahi wajah nya. Namun ia segera mengusap nya dan tersenyum sambil menatap Sasuke lekat-lekat. Bila mereka takkan bertemu lagi, maka Sakura ingin menatap pria itu sepuasnya dan mengabadikan sosok pria itu dalam memori nya.
"Sayonara."
Sakura segera membuka pintu, kali ini Sasuke tak lagi menahan pintu itu untuk Sakura. Sakura menutup pintu dengan pelan dan segera menekan hidung nya dengan keras.
Air mata terus mengalir dan Sakura berlari menuju mobil nya sambil menundukkan kepala. Ia memasuki mobil nya dan mengemudi sambil menangis menuju kantor nya. Ia merasa bodoh, sangat bodoh. Ia tak ingin pertemuan terakhirnya dengan Sasuke berakhir seperti ini. Bila ini memang kali terakhirnya bertemu pria itu, maka ia ingin pertemuan itu menjadi hal yang mengesankan dan patut dikenang, setidaknya bagi dirinya sendiri.
Sakura mengusap air mata dan membersihkan wajah nya sendiri dengan air tepat sebelum ia turun dari mobil ketika ia tiba di kantor. Sakura berusaha untuk tak memikirkan nya, inilah balasan karma untuk nya.
.
.
Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam dan Sakura berbaring di kasur queen size nya sambil menatap dinding kamar nya yang dilapisi kertas dinding. Air mata masih mengalir di air mata Sakura. Ucapan Sasuke masih terus terngiang di benak nya dan ia bahkan tak melupakan ekspresi wajah Sasuke.
Sepuluh tahun yang lalu, Sakura dengan mudah mengiyakan permintaan orang tua nya untuk mengakhiri hubungan nya dengan Sasuke. Saat itu, bahkan Sakura sendiri tak mempercayai ucapan Sasuke yang berkali-kali mengatakan bila ia tak bercinta dengan siapapun termasuk Ino, sehingga gadis itu tak mungkin hamil karena diri nya.
Bagaimana mungkin Sakura dapat mempercayai Sasuke ketika orang tua Sasule bahkan memohon langsung padanya agar membujuk Sasuke untuk menikahi Ino. Bila Ino bukan hamil karena Sasuke, tidak mungkin orang tua nya memaksa Sasuke menikahi Ino. Status ekonomi Ino memang jauh lebih tinggi dibandingkan Sakura, namun apakah mungkin orang tua Sasuke hanya melihat berdasarkan status ekonomi dan lebih memilih Ino dibandingkan Sakura? Rasanya mustahil.
Hingga kini pun Sakura masih tak mempercayai Sasuke meskipun jantung nya kembali berdebar dan gugup ketika bertemu dengan Sasuke. Ia mungkin kembali tertarik dengan Sasuke.
Ponsel Sakura berbunyi dan Sakura segera mengambil ponsel nya. Hinata menelpon nya, entah untuk apa.
"Oyasumi, Sakura." Terdengar suara lembut Hinata di seberang telepon. "Aku ingin memberitahu bila besok Naruto-kun mengajakmu makan malam di Alain Ducasse pukul tujuh malam."
"Alain Ducasse? Restaurant mewah itu? Aku jadi merasa sungkan."
"Tidak apa-apa. Katanya untuk menyambut tamu spesial." Terdengar suara kekehan pelan di ujung kalimat.
"Tamu spesial? Siapa?" Tanya Sakura. Perasaan nya tidak enak seketika. "Apakah maksudmu Sasuke?"
Hinata tampak terkejut di seberang telepon. Dengan cepat ia segera menjawab, "Tidak. M-maksudku Naruto-kun memang ingin mengajaknya. Namun ia menolaknya karena memiliki urusan lain."
Sakura tersenyum pelan. Sebagian dari diri nya bersyukur ketika sisi lain diri nya berharap bila Sasuke akan datang dan ia dapat bertemu lagi dengan pria itu.
"Benarkah? Kalau begitu aku pasti akan datang."
Terdengar suara Naruto di seberang telepon dan Hinata segera mematikan telepon setelah mengucapkan perpisahan pada Sakura.
Di lain tempat, Naruto dan Hinata tampak tersenyum sambil ber-high five. Mereka berdua telah sukses mengerjai Sasuke dan Sakura. Mereka tak dapat membayangkan wajah Sasuke dan Sakura saat bertemu besok.
-TBC-
Note :
- Hisashiburi : Lama tak berjumpa
- Sandan : Peringkat 'dan' tiga dalam Judo.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro