Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 17. Memberontak

Bohong kalau Amara tidak ingin bibir Keenan menjangkau dirinya. Dusta besar kalau Amara enggan merasakan ciuman lelaki itu. Tetapi ia masih memegang teguh kesetiaan.

"Saya akan lanjutkan buat tehnya." Amara melengos. Ia menarik diri dari Keenan dan menjauh.

Impulsif. Sebuah pengambilan keputusan atau tindakan cepat tanpa memikirkan akibat dan konsekuesinya. Sulit dikendalikan. Dorongan itu begitu kuat dan membutakan.

Keenan bukan lelaki yang suka bertindak impulsif. Ia adalah seseorang yang pandai mengatur emosi karena lebih banyak menggunakan logika.

Tetapi, tidak kali ini.

Amara Senja --- wanita yang membuat Keenan penasaran setengah mati. Entah apa istimewanya dia. Ia tidak lebih cantik dari Nadira atau wanita-wanita konglomerat yang sempat dijodohkan oleh Adiharjo Ibrahim. Tapi, gila! Amara mampu menggerakkan hati Keenan yang ia kira telah membeku.

Keenan kembali duduk pada stool. Ia sebenarnya bersyukur Amara menolak ciumannya. Jika tidak, mungkin mereka akan menyesal. Atau jangan-jangan tidak?

"Silakan." Amara menyodorkan secangkir teh beraroma lemon ke arah Keenan. Ia lebih banyak tertunduk.

"Terima kasih."

Keenan mengaduk ke dalam dasar cangkir. Membolak-balikkan irisan lemon menggunakan sendok kecilnya. Ia sadar telah membuat Amara tidak nyaman. Risi.

Keenan berdeham. "Saya rasa saya terlalu mabuk untuk berpikir jernih. Maaf."

"Maaf? Maaf untuk apa?" kata Amara.

Karena berusaha menciummu! "Ehmm, tidak ada." Keenan buru-buru meniup cairan tehnya.

Amara mencuri pandang ketika Keenan berkutat pada minuman panas yang ia suguhkan. Permintaan maaf dari Keenan adalah bukti bahwa ia sama sekali tidak salah paham. Lelaki itu memang berniat menciumnya. Tapi kenapa? Karena ia cukup mabuk untuk berpikir lurus? Benarkah?

"Kurasa sudah saatnya saya pulang," ucap Keenan.

"Pulang?" tanya Amara. "Tadi Bapak bilang ada urusan di sekitar sini?"

"Ya, maksud saya begitu," dalih Keenan.

"Kalau begitu hati-hati. Apa peningnya sudah hilang?" cecar Amara. "Berbahaya sekali menyetir dalam kondisi mabuk, Pak."

Kedua sudut bibir Keenan tertarik ke atas hingga menciptakan garis melengkung. "Terima kasih atas perhatianmu. Tapi saya akan baik-baik saja."

Amara pun mengantar kepergian Keenan sampai ambang pintu. Di lain sisi, langkah Keenan tampak berat. Ia sebenarnya masih ingin berlama-lama di sana. Tapi ia sadar itu tak pantas.

"Ngomong-ngomong ..." gumam Keenan.

Amara mengangkat kepala. Paras cantik wanita itu seketika tampak jelas dalam pandangan Keenan.

"Libur besok, saya berniat mengajak Julie ke Godzilla's Park. Miss Amara bisa ikut kalau mau," tawar Keenan.

"Wah pasti menyenangkan," sahut Amara. "Tapi saya akan tanya ke Mas Bastian dulu."

Oh. Ya. Bastian! Sejenak Keenan lupa kalau Amara adalah istri orang.

"Pak Bastian juga bisa ikut," kata Keenan.

"Baiklah, terima kasih." Amara tersenyum.

Keenan membuka pintu mobil. "Saya permisi. Sampaikan salam saya pada Pak Bastian."

Amara mengangguk.

Ia tidak yakin akan mengatakan bahwa Keenanlah yang mengantarnya pulang pada Bastian. Itu terlalu beresiko.

***

Amara meneguk kopi hitamnya tanpa banyak bicara. Di hadapannya, Bastian sedang sibuk menatap layar ponsel seraya menyantap sarapan. Sang suami baru sampai ke rumah dini hari. Dan Amara belum menyampaikan fakta bahwa Keenanlah yang mengantarnya pulang.

"Hari ini pulang jam berapa, Mas?" tanya Amara memecah hening.

"Ngga tau," sahut Bastian tak acuh.

Amara menelan saliva. Teringat ajakan Keenan kemarin.

"Liburan besok kamu ada acara?"

Bastian meletakkan ponsel dan mengalihkan atensi. "Nah, untung kamu ngingetin!" serunya. "Aku mau keluar sama Marcel. Temen aku yang kemarin. Dia di Surabaya sampai akhir minggu depan."

"Jadi kamu mau pergi lagi?" selidik Amara.

"Kenapa? Jangan bilang kamu pengen ikut? Clingy banget."

"Aku clingy? Kapan?" Amara mendadak gusar.

Bastian tak kalah sewot. "Terus kenapa tanya-tanya aku liburan mau ngapain? Liburan itu adalah waktu di mana aku refresh dari kelelahan pekerjaan. Kasihlah aku ruang buat bernapas, Mar. Jangan dikit-dikit minta ke sana ke sini. Ini itu!" sungutnya.

Minta apa? Kapan ia minta sesuatu dari Bastian?

"Aku tanya karena aku juga mau keluar hari libur besok," ujar Amara.

Bastian terkekeh. "Mau ke mana kamu? Emang punya temen?"

"Punya. Teman kuliah." Amara berbohong. Ia tak benar-benar ingin menemui teman kuliahnya. Betul kata Bastian, dia memang tidak memiliki kawan satu pun.

"Ya pergi aja. Asal jangan abaikan tugasmu. Rumah udah mulai kotor. Aku mau kamu bersih-bersih dulu. Khususnya lemariku, udah berantakan banget," kata Bastian mirip ibu tiri Upik Abu.

"Iya." Amara melengos begitu saja meninggalkan meja makan.

Entah apa yang menguasai wanita itu --- untuk kali ini, ia sudah bosan mematuhi semua titah Bastian. Amara bahkan merahasiakan soal ajakan Keenan pergi ke Godzilla's Park. Ia juga tak mengungkit tentang kebaikan hati Keenan yang mengantarkannya pulang.

Dalam lima tahun pernikahan mereka, ini pertama kalinya Amara menyimpan rahasia.

***

Julie hilang kesabaran karena ingin segera berangkat ke Malang bersama governess dan Daddy-nya. Semua persiapan mereka sudah siap. Bahkan Keenan meminta tukang masak menyiapkan kudapan sehat untuk putrinya itu. Keenan memang ketat dan disiplin soal asupan Julie. Ia tidak suka anaknya lebih banyak makan junk food.

"Daddy," panggil Julie. "Kita berangkat sekarang?"

"Ya, Sayang. Kita sebentar lagi berangkat." Keenan mengecek ponsel.

"Yaudah. Tunggu apa lagi!" desak Julie terburu-buru.

Ada seseorang yang Keenan nanti untuk datang. Well, bukan seseorang, tapi pasangan - Amara dan Bastian. Jauh di lubuk hati Keenan yang terdalam, ia berharap mereka bisa ikut. Paling tidak ... ia bisa bertemu lagi dengan guru les anaknya itu.

Tapi mana mungkin.

Ia dan Amara tak sedekat itu. Impossible jika Amara tiba-tiba setuju bepergian bersama Keenan dan Julie. Mereka pasti punya agenda lain.

"Daddy!" Panggilan Julie untuk yang kedua kali ini membuyarkan lamunan Keenan. "Ayo, berangkat. Tunggu apa?"

"Baiklah, ayo."

Seorang sopir sudah menunggu di depan mobil Alphard milik Keenan. Tampak Febi sedang memasukkan barang bawaan Julie ke dalam mobil. Sementara, Keenan menghabiskan sisa puntung rokok yang sudah memendek.

"Ayooo, Daddy ...!" seru Julie yang sudah duduk manis di dalam kendaraan.

"Tunggu sebentar lagi," sahut Keenan. Ia ingin menikmati sigaretnya sampai habis.

Netra Keenan mendadak terpatri ke arah gerbang masuk. Seorang wanita berjalan mendekat sambil mengulang senyum tersungging.

Itu Amara.

Wanita itu berjalan pelan hingga rok plisket panjang dengan motif floral terkibas membingkai kaki jenjangnya. Sementara atasan cardigan berwarna lembut semakin mempertegas penampilan manis Amara Senja.

"Miss?" Julie yang sudah di dalam, bergegas meluar dan menghambur ke arah Amara.

Keenan masih tertegun.

Sejurus kemudian ia memanjangkan leher untuk mencari keberadaan Bastian.

"Miss Amara memutuskan ikut?" sapa Keenan.

Amara tersipu. "Tidak menganggu, kan?" tanyanya.

"Sama sekali tidak." Keenan menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

Mata Julie membulat. "Jadi, Miss Amara ikut sama kita, Dad?"

Keenan dan Amara kompak menganggukkan kepala.

"Asiiiik!!!" Julie memekik.

Keenan buru-buru mengerjapkan mata untuk menetralisir perasaan. Ia tidak boleh sesenang ini karena bertemu dengan istri orang.

"Di mana Pak Bastian? Apa masih memarkir kendaraan?" selidik Keenan. "Parkir saja di dalam garasi. Biar nanti security yang memasukkan mobilnya."

Amara menggeleng pelan. "Suami saya tidak ikut."

FORBIDDEN DESIRE sudah tamat di BESTORY dan KARYAKARSA. Bagi kalian yang mau baca lebih cepat, silakan ke sana, ya. Cari akun AyanaAnn dan baca puas sampai selesai (tanpa cut).

Salam sayang! Ayana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro