ೃ⁀➷@Pupulchra_Italiya
Appy valentine Ita-san~
Imana life-nya? Okei moga semuanya lacar jaya tanpa hambatan kayak jalan tol:v
Or: Ita
Orm: Rui
14 - 02- 22
Ittle: Cokelat?
Enre: Fantasy
Ord: 980+ kata
Ote: maaf, sengaja :b
Appy reading!
🍫
Menemukan sebuah portal ketika jatuh masuk ke dalam liang kubur yang baru di gali adalah satu hal yang paling membagongkan.
Tapi, itulah yang terjadi pada Rui dan Ita hari ini, detik ini, saat ini.
Mereka tadi melewati area kuburan karena itu satu-satunya jalan paling cepat untuk menuju seberang area pemakaman namun Rui tak sengaja terpeleset dan masuk ke dalam liang kubur, bermaksud ingin mencari pegangan Rui malah menarik Ita membuat keduanya jatuh ke sana.
'Bruk!'
Bukannya jatuh di tanah basah khas tanah kuburan keduanya malah terjatuh di tanah berumput. Bukannya liang lahat yang ukurannya sempit mereka malah jatuh ke tempat yang luas.
Keduanya meringis dengan Ita yang lekas-lekas menyingkir dari atas tubuh Rui.
"L-loh ini dimana?" lirih Ita. Ia menatap sekeliling, pemandangan asing membuat Ita bingung dan cemas. Masa ia jatuh ke liang kubur membuat mereka langsung pindah alam?
"Surga ya?" tanya Rui lirih.
"Jangan ngadi-ngadi Rui, ya kali kita udah ...," Ita melirih tiap ucapnya, gadis itu berusaha untuk mengenyahkan pikiran tak masuk diakal yang tak ingin ia percayai selarang.
"Bisa aja, kita jatuh tadi leher kita patah jadinya matinya gak sakit," jawab Rui enteng.
Sontak Ita memandang Rui horor, gadis rubi itu nampak tenang tak ada keterkejutan di wajahnya, ia masih merebahkan diri---tanpa ada niat bangun---hanya tenang seolah sudah biasa.
Hanya Ita yang kini sungguh sangat cemas, kalau Rui tak ada berfikir untuk keluar maka hanya ia harapannya kini. Demi apapun Ita tidak mau membusuk diantah berantah begini. Ia juga belum menonton film yang baru ia download serta belum menuliskan wasiat. Ah! Jangan lupa kalau season baru dari seri yang ia tonton belum rilis. Apalagi, cerita buatannya masih pada on going!
"Rumput ini baunya wangi," ucap Rui.
Ita menyergit. Menatap Rui heran. Rui agak aneh hari ini, matanya tidak sejelalatan hari-hari lalu. Hari ini lebih kalem dan tak banyak gerak, utamanya gadis rubi itu tidak ada menggoda kaum laki-laki sembarangan. Utamanya pada kakak kelas mereka yang namanya Noran dan Fuego Azul a.k.a si Tom and Jerry.
"Aku merasa enggak asing dengan bau ini," ucap Rui lagi. Kali ini ia merobek daun hijau rumput pun menajamkan indra penciumannya.
"Coba Ita cium." Rui menyodorkan rumput. Dengan terpaksa Ita menerima, membauinya dan mulai merasa tak asing.
"Manis, baunya manis," ucapnya.
"Iya kan, kayak cokelat!"
"Eh--Rui, kamu makan!?"
"Enak Ta, coba deh!" seru Rui. Ia mulanya hanya iseng, namun siapa sangka ternyata rasa rumput bisa seenak itu buat Rui ketagihan.
Ita hanya bisa memandang dengan aneh. Memakan rumput, Ita tidak mau walaupun ia penasaran rasanya seperti apa hingga membuat Rui begitu.
Rui kini bangkit, ia melangkahkan kakinya, membawa raga menuju area luas tempat tak jelas itu. Ita refleks mengikuti, begitu pun ia tak mau mereka terpisah, ini tempat asing dan tak jelas keamanannya.
"Wah--"
Kagum tertahan dengan paksa mencelos mengisi sanubari. Mereka yang tadinya berada di tempat agak minim cayaha kini berpindah ke tempat terang namun tak terasa menusuk mata.
Cahayanya pas dan pemandangannya benar-benar menakjubkan. Entah kenapa semuanya nampak berkilau, air sungainya, dedaunannya dan bunganya. Mereka berada dihamparan indah dunia fantasi.
"Rui!" Ita berseru lantang sebab Rui kini dengan santainya malah memakan buah sembarangan. Ita tidak yakin buah apa itu, asing. Bentuknya mirip ubi jalar ungu tapi warnanya biru dan menggantung di pohon. "Astaga jangan makan sembarangan!" seru Ita pula dengan khawatir.
"Kamu coba deh!" Dan Rui memberi titah pada Ita. Ia meminta si Pupulchra untuk memakan sesuatu yang ia makan.
Ita menggeleng kecil menolak. Buah itu asing dan terkesan beracun, bagaimana kalau sampai mereka keracunan? Kalau Rui sih masa bodoh, yang penting Ita sendiri tidak ikut mati keracunan.
"Enak lo, Ta." Rui mencoba meyakinkan, ia mematahkan buah menjadi dua, dalamnya tidak biru tapi kuning dan rasanya ...
... hah, terpaksa Ita memakannya. Melihat kesungguhan Rui yang membujuknya untuk memakan buah itu. Rasanya tidak buruk, tidak mirip ubi, tapi justru mirip jambu air. "Boleh juga," komentarnya.
"Ita, lihat! Kayaknya ada yang kemari," ucap Rui. Ia menarik Ita bersembunyi ke balik salah satu bunga semak. Ita hanya mengikuti, memperhatikan dan mendengarkan derap langkah yang mendekat.
Ada sesuatu yang bulat, berbulu hitam.
Apa itu?
"Gūrarw!"
"Aaa--!!"
Hewan itu menyerang mereka, Ita lah yang paling teriak kencang karena hewan itu menerjangnya. Dan berdiri di atas kepala gadis itu.
"Ocho!" Rui teriak. Ia menangkap hewan berbulu hitam itu, kemudian memeluknya sembari mencubit pipi hewan itu.
"Jangan nakal kamu sama tamunya kakak!" lanjut Rui berseru.
Tamu? Ocho? Tunggu--!
"Rui, maksudmu apa?" tanya Ita.
Rui tersadar, kalau masih ada Ita di sana dan mendengar semuanya. Rui meringis, seketika pula kaku.
"M-maaf Ita, tapi sebenarnya aku berasal dari sini," lirihnya.
"M-maksudmu ... kamu sengaja bawa aku kesini?" tanya Ita.
"I-iyaaa ... a-aku cuma pengen kamu tau aku yang sebenarnya dan kasih lihat duniaku yang ya ... kamu bisa lihat sendiri, ini semua," jawab Rui. Tangan Rui tak henti-hentinya mengusap kepala hewan yang Rui panggil Ocho, tanda ia benar-benar gugup.
Rui pun nyengir, ia menatap Ita yang masih sibuk mencerna, memasukkan apapun yang tumpah ruah segala kebenaran yang sulit untuk dipercayai.
"Mau bertemu dengan penduduk sini, Ita?" tanya Rui.
Ita mengangguk ragu, masih tidak bisa percaya. Pantas Rui tadi tenang saja waktu mereka malah terdampar di sini.
"Tenang saja, Ta. Mereka yang di sini ramah kok," ujar Rui. Ia tersenyum, kembali meyakinkan seperti saat meminta Ita memakan buah yang tadi ia makan.
Ita mengangguk.
Ternyata penduduk di sana memang ramah seperti yang Rui katakan. Ita kini dijamu, banyak makanan asli dari sana dan makanan yang biasa ia makan di dunia terhidang di atas meja. Rui tersenyum, ia menepuk pelan bahu Ita. "Bagaimana menurutmu?" tanya Rui.
"Luar biasa, aku baru tahu yang seperti ini nyata," jawab Ita dan direspon kekehan oleh Rui.
"Oke, kalau begitu kita masuk ke intinya!"
Eh? Maksudnya apa?
Karena selanjutnya Ita merasa mati rasa, pandangannya memburam dan kata terakhir yang ia dengar sebelum semuanya hitam adalah ...
"Makasih sudah mau menjadi tumbal sesembahan untuk rakyatku, Pupulchra Italiya-san."
-FIN-
Selamat berimajinasi ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro