Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2.2 In Love [Rei×Doppo]

•••

Misaki Rei × Kannonzaka Doppo

『TAGS』
FLUFF, COMEDY, IDIOT DOPPO, IDIOT REI, IDIOTS IN LOVE, SLOW BURN, KISS, HAPPY ENDING

Dedicated to: KarokoLinq

•••

"Oke, bisakah kau hentikan ini?"

Mendengar pertanyaan sahabatnya yang terdengar muram itu, Doppo mengalihkan diri dari layar ponselnya. Mendongakkan kepalanya untuk memandang Hifumi yang berdiri menjulang di belakang sofa yang ia duduki.

"Apanya?" tanya Doppo polos.

"Permainan kucing-kucingan ini," jawab Hifumi sembari duduk di sofa yang lain.

Doppo mengangkat sebelah alisnya. Semakin tak mengerti pembicaraan sang host.

"Kau ini bicara apa?" tanyanya lagi.

"Aku membicarakanmu dan Misaki, aho!" balas Hifumi tanpa sadar berseru dan menggebrak meja di hadapannya.

"Aku kenapa? Dan dia juga kenapa?"

Mendengar balasan itu, Hifumi bisa merasakan kabel kesabarannya dicabut dari pusatnya. Membuat emosinya meledak begitu saja.

"Demi Tuhan! Sebodoh itukah dirimu!?" jerit Hifumi histeris juga geram. "Aku kesal melihat interaksi kalian berdua. Tidakkah kau sadar bahwa kau menyukainya?"

Doppo memiringkan kepalanya. Manik biru kehijauanya memandang Hifumi dengan polos.

"Aku menyukainya?" tanya Doppo memastikan.

Dan seketika, Hifumi merasa ingin berlari ke gudang untuk mencari tali tambang, lalu menjerat leher seorang Kannonzaka Doppo hingga ia tewas.

...

Saat dua pria--yang tinggal satu atap--tengah berdebat di salah satu tempat di Shinjuku, mari kita pindah ke lokasi yang berbeda. Masih berada di Shinjuku, namun tepatnya di kediaman Misaki Rei. Di kamar pribadinya bersama seorang Jane Morgaine yang dengan sukarela--oh bless you--membawa banyak camilan bersamanya

"Kau menyukainya, 'kan?" tanya Jane memerhatikan teman wanitanya dengan lekat.

Mendengar pertanyaan Jane, Rei mengalihkan diri dari kegiatan menggambarnya. Menatap wanita pirang itu dengan penuh tanda tanya.

"Menyukai siapa?" tanya Rei dengan polos, mirip seperti anak kecil. Tapi Rei bukan anak kecil, hanya tubuhnya saja yang pendek sehingga sering disangka anak kecil.

Kasihan ya dia.

"Doppo," jawab Jane sambil meraih pocky cokelatnya. Membawanya ke mulutnya, dan melahapnya.

Rei berpikir. Ujung pensilnya ia ketukan ke salah satu pipinya beberapa kali. Pandangannya mengarah ke langit-langit dan membayangkan sesuatu yang jauh.

"Tidak, biasa saja," jawab Rei lalu kembali melanjutkan gambarannya.

"Tidak, tidak, tidak," Jane mengibas-kibaskan tangannya. Menolak keras jawaban itu. "Kalian jelas menyukai satu sama lain,"

"Tidak," sanggah Rei masih mantap dengan jawabannya, "aku tidak menyukainya. Aku hanya menghormatinya,"

"Menghormati ... huh?" Jane jelas meragukan hal tersebut. Bagaimana tidak, ia tahu betul bagaimana sikap dan tatapan Rei jika itu ditujukan untuk seorang Kannonzaka Doppo. Itu jelas berbeda dari yang lain.

Ketika Jane tengah menikmati pocky-nya dan memikirkan ucapan yang bisa membuat Rei menyadari perasaannya, suara ponsel terdengar lirih. Tapi Jane yang tengah duduk di atas kasur milik Rei, bisa mendengar itu lebih jelas karena benda tersebut tergeletak di bawah bantal.

Diam-diam Jane meraihnya. Membaca apa yang ada, dan mendapati ada sebuah pesan dari Hifumi.

"Hei, ada pesan dari Hifumi," ujar Jane menunjukkan ponsel Rei ke wanita itu.

"Biarkan saja," jawab Rei tak mengalihkan diri dari gambarnya.

Mendengar jawaban itu, Jane menggembungkan pipinya. Dan akhirnya memilih membuka pesan tersebut. Yang jelas bukan sesuatu yang pantas dilakukan.

[To: Misaki Rei
Subject: Vacation

Ayo pergi ke taman bermain bersama.]

...

Suara teriakan histeris terdengar jauh di belakang punggung Rei, dan ia tak memedulikan itu.

Hari ini adalah akhir pekan, dan entah angin apa, Hifumi tiba-tiba mengajak Rei, pergi ke taman bermain. Oh, ralat. Bukan hanya Rei seorang, tapi Doppo dan Jane juga.

Yah apapun alasannya ia melakukan itu, Rei tak peduli. Toh orang kaya bebas ingin melakukan apa.

Wanita tersebut kemudian membenarkan posisi kacamatanya, memperhatikan sejenak penampilannya yang selalu setia dengan big sweater. Tak peduli dimana ia berada. Entah itu sedang bekerja maupun tidak.

Hidup sweater kebesaran!

Aho.

"Misaki?"

Mendengar namanya terpanggil, Rei mengangkat kepalanya. Memandang sosok Doppo yang setia mengenakan setelan hitam kerjanya.

Demi Tuhan. Apa dia tak punya baju lain?

"Baru kau yang tiba di sini?" tanya Doppo menatap sekitar, dan tak mendapati siapapun--yang ia kenal--selain Rei sendiri.

Rei mengangguk. "Kau tidak bersama Izanami?" tanyanya kemudian.

"Dia menyuruhku duluan," jelas Doppo, "dia bilang ingin menjemput Morgaine terlebih dulu,"

"Dasar bucin." Celetuk keduanya bersamaan.

Doppo kemudian menatap taman bermain yang berada di balik punggung Rei. Menatap ke arah kincir ria, lalu rollercoaster, dan lainnya yang masih tampak dari pandangannya.

"Bagaimana jika duluan saja?" tawar Doppo kembali memperhatikan Rei.

Rei agak terkejut. Dirinya yang semula sibuk dengan ponselnya, seketika ganti memperhatikan Doppo.

"Mereka berdua bagaimana?" tanya Rei kemudian.

"Mereka bisa menyusul," jawab Doppo enteng, "toh kita bukan pengasuh ataupun orangtua mereka. Jadi biarkan saja. Hifumi dan Morgaine bisa menjaga diri."

Yah ... itu memang benar. Baik Jane maupun Hifumi, mereka sudah dewasa. Tak perlu diawasi.

Dengan jawaban itu, Rei mengangguk menyetujui saran Doppo. Yang setelahnya, pria kantoran itu segera membeli dua tiket masuk untuk dirinya dan Rei.

...

Tak jarang, Rei merasa heran dengan orang-orang yang bisa bertahan lama di bawah panas matahari. Tubuhnya terbuat dari apa? Apa mereka memakai cheat tubuh kebal? Entahlah.

Ini baru berjalan sekitar setengah jam, dan mereka baru menaiki beberapa wahana permainan. Tapi Rei sudah tak kuat untuk melanjutkan sesi berlibur di taman bermain mereka. Padahal itu sudah masuk waktu diatas pukul 2, dimana matahari tidak bersinar terlalu panas.

Tapi bagi Rei, mau jam berapa pun itu, jika panas ya tetap panas.

"Kannonzaka," panggil Rei yang mengekori Doppo. Perisai tubuh pria itu tak cukup untuk melindunginya dari panas.

"Apa?" balas Doppo menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Rei. "Hei, kau baik-baik saja?"

Rei memberikan acungan jempol lemah. "Sangat," jawabnya jelas bohong.

Doppo menghela napas panjang. Tak habis pikir dengan jawaban yang jelas bohongnya. Buktinya terlihat jelas bodoh.

"Ayo cari tempat berteduh," ajak Doppo meraih tangan Rei, "lalu aku akan membelikanmu minuman."

Rei berniat menolak dan melawan tarikan Doppo, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan itu. Sehingga finalnya ia mengikuti kemana Doppo akan membawanya.

'Yah ... kemana saja aku tak peduli.' Batin Rei sambil lebih mempererat genggaman tangannya yang ada dalam genggaman Doppo. Dan itu refleks. Ia tak tahu kenapa melakukannya.

Akhirnya, Doppo memilih untuk berteduh di bawah pohon yang cukup rindang. Kursi yang ada di taman bermain itu telah ditempati lebih dulu oleh pengunjung lain. Terutama kursi yang tempatnya terasa teduh ketimbang lainnya.

Persetan.

"Tunggu di sini," pinta Doppo melepaskan tangannya dari Rei, "kau ingin minum apa?"

"Apa saja tidak masalah," jawab Rei terlalu malas untuk memikirkannya.

Doppo mengangguk. Memberikan usapan singkat di puncak kepala Rei, sebelum akhirnya pergi meninggalkan wanita itu.

Ketika Doppo telah pergi meninggalkannya, Rei masih terpaku di tempat. Wanita itu mematung bak patung. Dan yang membuatnya seperti itu adalah tindakan Doppo barusan yang jelas diluar dugaannya.

Salah satu tangannya perlahan bergerak naik. Merasakan bayangan tangan Doppo yang masih tertinggal di puncak kepalanya. Dan tanpa sadar, wajahnya perlahan memerah.

"Nani ko-?!"

Ucapan Rei terputus seketika ketika dirinya merasakan menubruk sesuatu. Rasa panik juga malunya membuat tubuhnya bergerak tanpa sadar.

"Hoi bocah," panggil seseorang, yang langsung membuat Rei mendongak untuk menatap lurus ke lawan bicaranya. "Lihat apa yang kau lakukan dengan makananku."

Oh gawat.

...

Doppo terus memandangi tangan kanannya, yang sebelumnya ia gunakan untuk mengusap kepala Rei. Itu tindakan diluar nalarnya--refleks--dalam pikirannya, Doppo sama sekali tak memiliki niatan melakukan hal itu. Tapi kenapa tangannya bergerak dengan sendirinya? Apakah ia kerasukan? Oke, itu pemikiran bodoh.

Apapun alasannya, itu sudah berlalu. Dan sekarang ia harus bisa menghadapinya, karena Doppo telah kembali dari misi membeli minumannya.

Tapi ketika ia akan segera tiba di tempat Rei menunggu, langkahnya terhenti seketika. Tepatnya ketika matanya menangkap seorang laki-laki tak dikenal, tengah mengganggu Rei hingga wanita itu kewalahan. Masalahnya adalah perbedaan tinggi badan.

Oh, sial sekali dia.

Seolah digerakkan oleh instingnya, Doppo kembali melangkah sambil membuka kaleng minuman jatahnya. Lalu berhenti diam-diam di belakang pria itu.

"Ayo minta maaf dan gantikan uangku!" pinta pria itu kepada Rei. Yang tengah berusaha melepas cekikan di kerah sweater-nya.

Oh tidak, itu akan membuat bagian itu longgar.

"Aku ... sudah minta maaf," balas Rei susah payah, "dan aku ... tidak bisa menggantikan makananmu ... jika kau-!!"

Cucuran air tiba-tiba membasahi wajah pria di hadapan Rei. Wanita itu membelalak, begitu pula lawan mainnya.

"Oh maaf," ujar Doppo usai menuang habis minumannya di atas kepala pria tersebut, dan menjatuhkannya. "Tanganku tidak sengaja menumpahkannya."

Dengan amarah yang melonjak naik dalam hitungan detik, pria itu melepas cekikannya dari Rei. Dan ganti menyergap Doppo dengan penuh tenaga. Tapi Doppo dapat menghindari sergapan itu dengan berjongkok cepat.

'O-oh ...! Beruntung!' batin Doppo tak mengira ia bisa menghindari serangan dadakan itu.

Tanpa pikir panjang, Doppo segera berdiri. Berlari menghampiri Rei dan menyambar salah satu tangan wanita berkacamata itu.

"Ayo kabur!" ajaknya tanpa pikir panjang. Dan Rei sendiri juga langsung mengikuti ajakan tersebut.

Tak mempedulikan umpatan pria yang makanannya tanpa sengaja ia jatuhkan tadi.

...

Keduanya tampak terengah-rengah di sebuah kursi cokelat. Aksi melarikan diri ataupun sejenisnya, sama sekali tidak cocok untuk mereka.

Hm, serasi bukan?

"Ini," tawar Doppo menyodorkan kaleng minuman yang masih ia bawa. Dan itu memang jatah milik Rei. "Minumlah. Kau pasti lelah, 'kan,"

"Bukankah kau juga sama lelahnya," balas Rei memperhatikan Doppo yang juga terengah-engah seperti dirinya.

"Tidak apa. Ini bukan masalah untukku," jawab Doppo bohong.

Rei menyipitkan matanya. Menyambar kaleng tersebut, lalu membukanya dan meneguknya cepat. Tapi tidak sampai menghabiskannya.

"Ini, cepat minum," pinta Rei menyodorkan kaleng di tangannya ke arah Doppo.

Mendengar pintaan itu, Doppo melirik ke arah Rei.

"Kau yakin?" tanya pria itu memastikan.

"Sudah minum saja!" balas Rei memaksa.

"Tapi-"

"Minum!" potong Rei dengan nada tinggi.

Dengan berat hati, Doppo menerima kaleng tersebut. Meneguknya sedikit, lalu mengembalikan kepada pemiliknya.

"Ini, habiskan," ujarnya.

Rei mendengus. "Kau sungguh meminumnya?" tanyanya curiga.

Doppo mengangguk.

Rei masih menatap Doppo dengan curiga. Tapi tetap menerima kembali kaleng minumannya, dan berniat untuk meneguknya lagi. Kali ini hingga habis.

Tapi, baru setengah jalan ia mengangkat tangannya, gerakannya terhenti.

'C-chotto mate kudasai,' batin Rei membelalakkan mata. 'Barusan ... aku meminumnya. Lalu ...!'

Rei mencengkeram kuat kaleng minumnya tanpa sadar, hingga membuat kaleng itu remuk. Dan dalam hitungan detik, kaleng itu terbang cepat ke wajah Doppo. Menghantam telak wajah pria kantoran itu.

"Sakit!" protesnya mengusap wajahnya yang menjadi target Rei melempar kalengnya. "Kenapa kau lakukan itu?"

"Kau ...," Rei kehabisan kata-kata. Napasnya yang semula telah tenang, kembali memburu. "AHO!"

Hanya dengan ucapan itu, Rei beranjak cepat dari duduknya. Menutupi wajahnya--yang terasa panas--dengan tangannya dan buru-buru pergi melarikan diri. Ia tak ingin berhadapan dengan siapapun hingga penghujung hari ini.

Terutama dengan Kannonzaka Doppo.

"Hei, tunggu!"

Dan sungguh sial sekali, keinginan itu tidak dikabulkan oleh Dewa atau Dewi manapun.

Karena saat Rei baru bergerak dua-tiga langkah, Doppo menahannya dengan meraih salah satu pergelangan tangannya. Tapi wanita berkacamata itu segera menepisnya.

"Lepaskan aku!" jerit Rei berhasil melepaskan diri, dan mundur dua langkah dari Doppo. "Aku ... aku ingin pulang. Jangan ... hentikan aku ...!"

Doppo menyipitkan mata. "Kau ... berubah," komentarnya kemudian.

"Dan kau pikir salah siapa ini!" balas Rei kesal juga malu.

"Tidak tahu," jawab Doppo menggeleng.

"Mati sana!" pekik Rei maju cepat dan menyundulkan kepalanya ke wajah Doppo.

Serangan itu jelas diluar dugaan, sehingga Doppo tak sempat menghindar. Alhasil, wajahnya--yang sejak awal sudah terlihat muram--terlihat semakin buruk.

"Jangan ganggu aku!" seru Rei sambil mengusap-usap kepalanya. Itu sakit.

"M-Misaki kumohon tunggu!" henti Doppo dengan penuh harap.

Dan terima kasih, tubuh Rei bergerak mengikuti perkataan itu.

"Aku minta maaf jika membuatmu kesal," sambung Doppo lagi sembari mengusap hidungnya. "Aku sungguh minta maaf. Tapi ... maukah kau menghabiskan sore ini bersamaku sedikit lebih lama?"

Rei tak menjawab. Hanya membiarkan punggungnya menghadap ke arah Doppo.

"Kumohon."

...

Diberkatilah wahai Misaki Rei yang kalah dengan mudahnya, ketika mendengar Doppo memohon dengan sangat kepadanya.

Apakah karena ia menyukai pria itu?

Tapi ia sudah mengatakan pada Jane bahwa ia tak menyukai Doppo. Dan Rei yakin akan hal itu.

Namun, benarkah?

Kini keduanya terlihat berdiri berdampingan di pinggir jembatan. Doppo menghadap lurus ke arah sungai, sedangkan Rei menghadap ke arah yang sebaliknya.

"Liburan ini jadi kacau ya," ujar Doppo mencairkan suasana. "Padahal hanya berniat pergi ke taman hiburan,"

"Dan kau pikir salah siapa ini semua jadi berantakan?" balas Rei sarkastik.

"Oh jadi ini kembali jadi salahku lagi?"

"Tentu saja!" Rei menatap Doppo lurus. "Andai kau tidak mengusap kepalaku, aku takkan menubruk pria asing itu!"

Doppo membelalak seketika. "Oh, jadi itu biang masalahnya?" tanyanya, "kalau begitu maaf jika tindakan itu membuat akal sehatmu terputus seketika,"

"Aku tidak kehilangan a-!!"

Ucapan wanita berkacamata itu terputus seketika. Dan Rei terlihat membelalakkan mata, ketika kepalanya dipaksa menghadap ke samping. Menghadap lurus ke arah Doppo.

Namun yang membuatnya lebih terkejut adalah, sentuhan kenyal di bibirnya. Jarak dirinya dan Doppo yang lebih dekat dari sebelumnya, wajah yang berjarak beberapa inci darinya.

Pria itu menciumnya.

Dengan kesadaran yang masih tersisa, Rei mengangkat kedua tangannya. Berniat mendorong Doppo. Tapi tangan lawan mainnya, bergerak cepat menahannya. Membuat Rei tak bisa berbuat apapun selain menerima ciuman di bibir itu.

Namun ciuman itu tidak kasar. Itu terasa lembut, dan penuh akan kasih sayang. Membuat Rei meleleh perlahan dalam ciuman itu.

Ketika Doppo melepaskan bibirnya dari Rei, pria itu langsung berucap dengan jernih. "Aku menyukaimu, Misaki Rei," ujarnya serius. Dan hal itu sukses membuat Rei kehilangan akal sehatnya. "Sungguh, sangat menyukaimu. Apa kau mau menjadi kekasihku?"

Rei tak merespon. Ia terlalu fokus dengan apa yang terjadi. Dengan suara jantungnya yang berdegup lebih kencang dan keras. Dengan ciuman lembut barusan.

"Misaki?" panggil Doppo memiringkan kepalanya.

Rei masih tak merespon.

"Hei, Misa-!!" Kali ini, pihak wanita yang menerjang. Yang ganti menciumnya dengan lembut, dan ganti membuat Doppo diam terpaku.

Tapi berbeda dengan ciuman sebelumnya, itu berlangsung lebih singkat.

"Apakah itu artinya ya?" tanya Doppo tak habis pikir. Membuat wajah Rei semakin memerah padam.

"Aho." Balas Rei dengan simpel. Karena terlalu malu dengan segala hal yang ia terima, plus tindakannya barusan.

Yah, Kannonzaka Doppo memang bodoh. Tapi bukankah ia juga demikian?

Artinya mereka memang serasi.

•••

Here you go!!!

Fuck you! Wae yu dapat scene kissing??!! Wae? Wae!???
Well ... bekos ai wan it. LOL :v

Btw, ane sangat menikmati waktu ane ketika menulis cerita duo bodoh ini yang memilih mengabaikan rasa sukanya satu sama lain. Tapi akhirnya, syukur salah satunya mau mengalah dan mengakui rasa sukanya.

Ane jadi terhura :")

And!!!! Hope you like it, Eri~

Sincerely,
S

hizu Reiku

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro