Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4


Lebih Baik Bersama Denganmu

Neil Pov

Setelah makan shabu bersama Chao Chom, aku mengajaknya bermain di kamarku. Sebenarnya, ini adalah keinginannya sendiri. 😅

Chao Chom ingin bertemu dengan Him dan melihatnya. Jadi aku menyarankan agar dia bersama-sama denganku. Aku membiarkan dia bermain di dalam kamar tidurku.

“Kamu cantik sekali Neil..”

Chao mengatakan itu saat dia berbaring di tempat tidurku. Aku sedang melihat ke arah cermin dan sedang mengenakan aksesorisku. ☺️

Aku sedang menggunakan kedua anting perak berbentuk bulat berwarna perak kecil dan yang terakhir mengenakan cincin yang membuat aku tersenyum.
Aku tidak terlalu peduli dan bersikap cuek saat mendengar suara ejekkannya. Tetapi aku menjawabnya.

“Aku tidak cantik..”

“Yeah.. Hanya karena Him makanya kamu ingin merasa cantik bukan?”

Chao mengatakan itu dengan nada sinis dan kembali melanjutkannya.

"Yeah.. Kamu sudah berdandan dengan waktu yang sangat lama.."

Yeah.. Aku memang menghabiskan waktu hampir satu jam dan aku hanya bisa tersenyum.

"☺️"

Him tadi mengirimkan aku pesan dan mengatakan bahwa pekerjaannya hampir selesai, jadi aku segera mandi dan bersiap-siap.

Seharunya sekarang Him hampir sampai disini.

Hal ini karena 10 menit yang lalu dia mengirimkan aku Line yang mengatakan bahwa dia sedang dalam perjalanaan dan aku melihat pesan itu, tetapi aku belum membalasnya atau membacanya.

Jika Him sudah sampai disini, maka dia akan mengirimkan aku pesan lagi.
Aku bahkan belum bisa membalas apapun dan Him sudah mengirimkan aku pesan lagi. ☺️

Him

Aku sudah berada di depan asramamu.

Aku membaca pesan yang dia kirimkan dan berbalik untuk memberitahukan hal itu kepada Chao yang sedang berbaring di tempat tidurku.

“Him sudah sampai disini..”

Chao segera melompat dari tempat tidur dan berjalan untuk merapihkan rambutnya sambil berdiri di depan cermin. 😅

“Biarkan aku melihat kecantikan dirimu dulu, karena kita akan bertemu.. um.. Teman dari teman.. “

Aku hanya bisa tertawa saat sahabatku terlihat risih membicarakan statusku dengan Him.

"Hahaha...😂"

Chao tahu persis hubungan apa yang Him dan aku jalani saat ini, aku tidak pernah menyembunyikan apa pun darinya.

Sementara aku menunggu sahabatku memeriksa apakah aku sudah terlihat cantik apa belum, aku membuka kunci layar ponselku dan mengetik balasannya.

Neil

Tunggu sebentar ya..

Him

Baiklah..

Aku ingin melihat seberapa cantiknya dirimu saat ini.

"😊"

Aku segera tersenyum saat membaca pesan balasan dari Him.

Tadi ketika Him mengirimkan aku pesan bahwa pekerjaannya sudah hampir selesai, aku sudah mengatakan kepadanya bahwa aku sedang bersama-sama dengan Chao Chom sabahatku. Aku meminta dia untuk mengantarkan sahabatku dulu ketika kami akan pergi makan dan Him menyetujuinya. Dia mengatakan bahwa bertemu dengan sahabatku juga. ☺️

Yeah.. Aku sudah bertemu dengan sahabatnya dan aku juga ingin Him bertemu dengan sahabatku juga.

Setelah merasa semua sudah ok, aku dan Chao segera turun untuk menemui Him yang sudah menunggu di tempat parkir asramaku.

---

Depan Asrama Neil

Neil Pov

Him yang memiliki tubuh yang tinggi terlihat sedang bersandar di depan mobil mewahnya sambil bermain ponsel sambil menunggu kami.

Entah kenapa saat aku melihat Him bersandar di mobilnya dan bermain dengan ponselnya, Him terlihat begitu mempesona.

Sebelum kami berdua berjalan mendekat, Chao segera menyentuh lenganku dan menatapku.

"Apakah pria yang sedang berdiri di depan mobil Audi itu bernama Him?"

"Ugh... Yeah.. Dia adalah Him.."

"Sialan!"

Chao segera mengguncang lenganku sehingga mengguncang seluruh tubuhku.

"Kenapa kamu begitu buta sehingga tidak ingin menjalin hubungan serius dengan Him..”

“…”

"Katakan padanya sekarang bahwa kamu akan menikah dengannya!"

“Apa kamu gila?!"

Aku mengatakan itu kepada sahabatku dengan suara yang dalam. 😒

“Coba kamu lihat dia..”

Chao menunjuk ke arah Him yang berdiri tidak terlalu jauh dari kami dan melanjutkan lagi.

“Buka matamu.. Him terlihat delapan juta kali lebih baik dari pada Jay, Neil!!”

“Aku belum mengenalnya dengan baik, jadi aku belum bisa mengatakan apapun tentangnya..”

“Bukankah dia sudah memberikan kamu kunci mobil Audinya saat kamu pulang ke asramamu saat pertama kali kalian berhubungan?! Mana ada pria yang seperti dia!!”

“Hm…”

Aku hanya bisa menghela nafas saat mendengar perkataan sahabatku yang sedikit gila ini. 😒

“Kamu tenang saja temanku yang gila.. Semua orang memang pantas mengatakan kamu gila!”

“Yah, kamu menjadikannya teman sekarang, tapi di masa depan.. Bisakah kalian meningkatkan status kalian berdua?”

“Entahlah.. Aku tidak terlalu yakin..”

Aku dengan tegas menolaknya karena aku sudah tidak ingin mengikat hatiku pada orang lain lagi.

Jika suatu saat aku merasa bosan dengan hubungan kami, maka aku akan mengakhirinya.

Dan jika suatu hari nanti aku berpikir bahwa aku akan jatuh cinta padanya. Aku akan mengakhiri hubungan itu.

Aku tidak cocok untuk memiliki kekasih..

Aku hanya cocok untuk patah hati berulang-ulang.

Aku tahu Him mungkin tidak seperti kebanyakan orang yang pernah aku temui, tapi aku tetap tidak ingin terikat pada-Nya.

Aku hanya ingin hubungan fisik. Aku ingin menyelamatkan hatiku.

“Yeah.. Kita lihat saja nanti..”

Chao mengatakan itu padaku dan aku segera menjawab lagi.

“Tidak akan..”

Aku menjawab tanpa ingin berpikir panjang lagi. Aku lalu segera mendorong tubuh bagian belakang Chao untuk terus berjalan.

“Ayo kita pergi menemuinya. Dia sedang menunggu kita..”

Chao lalu segera berjalan sampai kami berdua berhenti di depan Him dan Chao segera tersenyum. ☺️

"Halo.."

Chao menyapa Him dengan senyum lembut.

"😊"

Aku melihat senyuman Him yang selalu aku lihat dan aku selalu mengaguminya setiap kali di dalam hatiku karena dia terlihat baik. ☺️

“Him.. Ini adalah Chao Chom sahabatku..”

Aku segera memperkenalkan sahabatku secara resmi kepada Him karena dia sudah memperkenalkan aku kepada teman-temannya juga.

“Chao.. Dia adalah Him teman baruku..”

Aku bermaksud mengatakan “teman” karena status itu tidak akan berubah.
Tetapi..  pasti akan berubah.

“Ya, teman tetaplah teman..”

Perkatanku diulangi oleh Chao Chom sendiri dengan ekspresi sarkastik.
Him, yang melihat situasi antara Chao Chom dan aku segera tertawa pelan.

"...kata teman."

Him masih tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk mengusap kepalaku sebentar. Aku tidak tahu kapan, Him melepaskan tangannya dari kepalaku dan bertanya dengan acuh tak acuh.

“Benarkah apa yang dikatakan oleh Chao Chom bahwa aku hanya temanmu atau kita mempunyai hubungan yang lain?”

Mata tajam Him masih menatapku menunggu jawaban. Aku lalu menjawab..

"Keduanya, mungkin?"

Tentu saja, aku menekankan bahwa Him adalah teman baruku kepada Chao Chom, tetapi jauh di lubuk hati, aku mungkin akan mengulangi kata itu pada diriku sendiri juga.

"Benarkah begitu?"

Aku bertanya tanpa menginginkan jawaban, lalu aku segera mengalihkan ke percakapan lain.

“Anting-antingnya lucu sekali..”

Him tersenyum mengagumi anting-anting perak berbentuk tendon yang aku kenakan sambil pada saat yang sama mengulurkan tangannya dan dengan lembut menyentuh telingaku.

"Apakah kamu ingin sepasang yang lain?”

"Aku ingin melihatmu memakai bentuk S."

Brak!

Suara pintu mobil ditutup membuat aku dan Him menoleh untuk melihatnya.

Chao Chom sudah menunggu kami berdua dan duduk di kursi belakang mobil Him. Dia masuk tanpa izin dari pemilik mobil itu. 😅

Him bahkan tidak mengundang untuk masuk kedalam sana.

“Sialan Chao!!”

Aku mengeluh tentang sahabatku dan tentu saja dia tidak bisa mendengarnya, yang bisa mendengarnya hanyalah Him.

“Hahh..”

Him tertawa pelan sambil berkata lagi. 😄

“Sahabatmu mengetahui pekerjaannya dengan sangat baik dan memberikan kita berdua kesempatan untuk berbicara."

"Aku minta maaf dia begitu menyebalkan, jangan tersinggung."

Aku segera meminta maaf karena aku tidak ingin Him memandang sahabatku jahat karena segera masuk ke dalam mobilnya dengan sombongnya.

"Tidak, sungguh.."

Tangan Him menyentuh pipiku sebelum melanjutkan.

"Benar-benar sangat cantik sekali."

“Apakah Chao Chom?”

“Kamu..”

“Hahaha.. sudah cukup..”

"..."

Him tidak langsung menjawab apa pun. Dia terus membelai lembut pipiku dan melakukan kontak mata denganku untuk beberapa saat.

Saat kami berdua terdiam beberapa saat, Him lalu berkata lagi kepadaku.

“Aku ingin menciummu karena aku merindukanmu."

"Apa yang kamu rindukan? Kita hanya tidak bertemu beberapa jam saja.."

Aku bertanya dan tersenyum. ☺️

“…”

Him membelai pipiku, sementara tatapan kami terus bertemu seperti sebelumnya. Dari membelai pipiku, jari-jarinya bergerak membelai bibirku.

Him ingin ciuman diriku, tapi karena keberadaan kami saat ini, hal itu membuatnya menahan diri.

“Hmm…”

Him bergumam sambil tetap menatap bibirku tanpa berkata apa-apa.

"Tidak sekarang.."

"Aku tahu.."

“Kalau kamu tahu, lepaskan tanganmu dariku..”

Aku segera meraih tangan-Nya yang terlihat gemetar di bibirku.

Aku lalu melihat wajah Him terlihat khawatir dan segera menoleh ke kiri serta ke kanan. Ketika dia tidak melihat siapa pun yang memperhatikan kami, dia membungkuk dan menempelkan bibirnya ke bibirku dan segera menjauh.

Kiss 😘

Semuanya terjadi begitu cepat. Wajahku terasa sangat panas.

Akhirnya, aku harus melihat ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada orang yang benar-benar melihat.

Ya, tidak ada yang memperhatikan kita.
Kecuali Chao Chom yang ada di dalam mobil.

Dia terlihat menempel di cermin dan menatapku dengan mata terbelalak. 😳

"Hah.."

Him tersenyum saat menoleh melihat sabahatku menempel di cermin seperti cicak, Him benar-benar tidak malu. 😅

Sebaliknya, aku segera meletakkan jari telunjuk tipis di bibirku untuk memberi tahu Chao bahwa dia harus diam.

Aku melihat sahabat baikku segera mengangguk dalam-dalam dan meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sendiri. Seolah-olah dia berjanji untuk tetap diam. 🤫

“Aku sangat senang bisa bertemu dengan temanmu.”

“Ayo kita masuk ke dalam mobil..”

Aku segera mendesak Him pelan sambil tersenyum.☺️

Aku berharap Him sedikit takut, tapi tidak apa-apa. Him sama sekali tidak takut dan dia tetap tersenyum provokatif dan merespon dengan suara yang tajam.

Sangat menjengkelkan! 😑

Him terlihat sangat rukun dengan Chao Chom. Mereka berdua berbicara satu sama lain sampai kami tiba di asrama sahabatku.

Suasana di dalam mobil begitu meriah hingga aku merasa kebingungan sambil tersenyum ke arah Chao.

Untuk pertama kalinya, Him tidak bisa berhenti bicara.

Kami mengobrol sejak kami masuk ke dalam mobil hingga Chao Chom keluar dari mobil. Faktanya, kami berdua mengundang Chao Chom makan bersama dan teman jalangku berkata. 😑

"Ya..."

Kami tidak ingin berkencan dengan dia yang mengikuti kami berdua. Tentu saja senyuman Chao terlihat sangat memuaskan.

Setelah mengantar teman baikku ke asrama, Him dan aku langsung pergi ke restoran yang telah kupilih, dalam perjalanan kami mengobrol seperti biasa.

Ada kalanya kami diam, namun suasana di dalam mobil tidak terasa canggung sama sekali.

Aku menyenandungkan sebuah lagu dalam suasana hati yang baik.

Gesturnya seperti itu juga membuatku merasa senang.

Kami berdua menemukan tempat parkir dan berjalan ke restoran.

---

Restoran

Neil Pov

Seorang anggota karyawan restoran itu keluar untuk menyambutku seperti biasa, aku mengamati restoran itu dengan mataku untuk mencari meja kosong dengan pemandangan yang bagus, tapi sebelum aku dapat memilih tempat duduk..

Mataku melirik ke arah lain, aku melihat sosok tinggi yang familiar di mata dan aku melihatnya...

Jay datang dengan pacar barunya ke restoran ini.

Mereka berdua duduk tidak jauh dari tempat aku dan Him berada. Aku melihat wajah Jay terlihat cerah dan pacar barunya terlihat manis.

Mereka berdua berbicara dan tertawa seperti sepasang kekasih baru, dan itu cukup tidak menyenangkan bagiku.

Tidak peduli seberapa sulitnya, mau tak mau aku menyesal harus melihat gambar itu. 😑

Jay dan aku baru saja putus beberapa hari yang lalu.

Kini luka yang dibuat Jay di hatiku masih segar dan terbuka kembali.

Butuh banyak upaya untuk berhenti melupakan perasaan yang aku miliki terhadap Jay.

Hal-hal baik yang dulu pernah kita alami kembali dan membuatku merasa sedih dan menyesal sepanjang waktu.

Aku bahkan tidak tahu mengapa Jay memilih orang itu daripada diriku.

Aku juga tidak tahu di mana kesalahanku.

Tiba-tiba aku berbalik ke arah Him dan menghantam dadanya dengan sekuat tenaga, dua lengan kekar menahan pinggangku agar aku tidak terjatuh. Him segera tersenyum, dia memutar matanya dan melakukan kontak denganku sebelum bertanya dengan suara dalam.

"Ada apa?"

“Aku melihat seseorang yang tidak aku ingin lihat disini...”

"Hmm?"

Him segera menyapukan pandangannya ke sekeliling toko sampai dia berhenti di  meja tempat Jay dan pacarnya duduk.

"Apakah orang yang duduk meja itu?"

Aku mengalihkan pandanganku untuk mengikuti tatapan matanya sebelum menjawab.

"Yeah.."

"Siapa dia?"

"Mantan pacarku.."

Him sendiri tahu betul bahwa Jay dan aku tidak putus dengan baik. Him mendengar saat aku sedang curhat, dia mendengarnya saat kami bertemu.

“Apakah kamu ingin kita pergi ke tempat lain?”

Aku mengangkat kepalaku untuk menatap matanya lagi, merenung sejenak sebelum mengumpulkan keberanian dan merespons.

"Tidak perlu. Kita bisa tetap makan di restoran ini.."

“Tapi kamu merasa tidak enak saat melihatnya bukan?”

“…”

"Apakah dia bersama pacar barunya?"

Aku hanya bisa menganggukkan kepala tanda menerima.

"Oke, ayo pergi ke restoran yang lain.."

“Tidak perlu.. Kita makan disini saja..”

"Tapi..  Apakah kamu tidak baik-baik saja saat melihatnya?”

“Tidak apa-apa.. Yeah.. tapi tidak apa-apa, aku sudah tidak peduli.”

“…”

“Aku cukup mengabaikannya saja..”

Aku mengatakan itu sambil melepaskan diri dari cengkraman tangan Him.  Aku lalu berbalik dan memutar mataku sambil mencari meja kosong yang dekat dengan staf.

Apa salahnya makan di restoran ini?

Pindah restoran hanya akan membuang-buang waktu saja.

Hal ini tidak akan menyebabkan kematian! Melihatnya saja tidak akan membunuhku. 🤨

Sebelum aku bisa menuntun Him ke arah meja yang sudah diarahkan oleh staf restoran ini kepada kami, Him segera meraih pergelangan tanganku dan menarikku ke arah dadanya dengan keras.
Him menatapku sejenak sebelum dia berbalik lalu tersenyum dan berkata kepada staf restoran ini dengan nada suara yang terdengar sopan.

“Maaf.. Kami akan kembali lagi nanti..”

"Um!"

---

Luar Restoran

Nail Pov

Tubuhku segera didorong olehnya keluar dari dalam restoran ini dan dia berkata kepadaku.

“Diam saja!”

"Mengapa kamu memelukku?"

Karena tubuh Him jauh lebih besar dariku, dia dapat dengan mudah memelukku di bahunya.

“Kamu benar-benar sangat keras kepala!!”

Him mengatakan itu saat kami sudah berada di luar restoran itu dan sedang berjalan menunju ke arah tempat parkir.

“Apa yang keras kepala!”

“Ayo pergi dari sini!”

Him tidak mengatakan apa pun kepadaku sampai kami berjalan ke arah mobilnya dan menarik tubuhku menjauh darinya.

Lalu Him menatapku seolah-olah dia tidak senang tentang sesuatu.

Tetapi aku tidak tahu apa itu karena Him tidak mengatakan apapun padaku. 🤨

"Aku tidak suka melihat kamu tersenyum terpaksa karena kamu terlihat begitu menyedihkan..”

Aku merasa marah ketika Him mengucapkan kalimat itu.

"Aku tidak suka melihat kamu merasa sesedih ini."

Tapi Him tidak bisa dihentikan.

“Yeah.. Aku tidak bisa berhenti bersikap seperti ini saat melihatnya!!”

"Lalu kenapa kamu harus tetap keras kepala saat kamu tahu kamu terluka?"

“Kita akan buang-buang waktu saja kalau harus berpindah restoran..”

Aku menjelaskan kepadanya. Aku berhenti sejenak untuk bernapas dan menghindari tatapan Him sebelum melanjutkan lagi.

“Lagipula kalau aku pergi saat melihatnya sama saja aku sudah kalah.”

Ekspresi wajahku seolah-olah ingin bertanya apakah pemikiranku ini benar atau tidak.

"..."

“Saat melihatnya secara langsung dan kemudian aku melarikan diri berarti aku masih memiliki perasaan padanya.”

“Aku benar-benar bersimpati padamu..”

Him menundukkan lehernya dan mengangkat alisnya. 🤨

Ekspresi wajahnya seperti menanyakan apakah itu benar?

Yang tidak aku bisa perdebatkan lagi karena aku masih menyimpan perasaan kepada Jay.

Aku masih punya banyak perasaan kepadanya. 😣

Kalau ditanya apakah aku masih mencintainya?

Aku bisa menjawabnya iya. Hal ini karena aku belum memutuskannya, karena Jay sendiri yang pergi begitu saja, aku tidak sempat mempersiapkan hatiku.

Namun dalam perasaan ini ada campuran antara kebencian, penyesalan dan kekecewaan.

Aku tahu bahwa jika aku ingin move on, aku harus berhenti memiliki perasaan terhadap Jay. Aku harus menghilangkan semua perasaanku, tapi itu tidak mudah. 😔

Aku masih marah karena dia pergi, aku menyesal dia punya cinta yang lain.

"Tidak buruk.."

Aku merasakan sebuah tangan kasar terulur dan dengan lembut menyentuh pipiku.

Him menatap lurus ke mataku dan berbicara dengan suara lembut yang menenangkan.

"Tidak buruk kalau kamu masih merasakannya."

“…”

“Kamu dan dia baru saja putus. Kalau aku berada diposisimu, aku juga pasti akan merasakan hal yang sama denganmu. Hal ini sama sekali tidak terasa aneh..”

"..."

Him sangat memahamiku.

"Kamu tidak perlu merasa kalah saat pergi melihatnya. Yang penting tidak membuat dirimu menderita..."

"Tetapi begitulah adanya.."

“…”

“Hatiku memang seperti ini..”

"Apakah hanya itu isi hatimu?"

“…”

Aku menutup mulutku karena tidak tahu harus berkata apa-apa lagi.

Kedengarannya biasa saja, tapi aku merasa seperti disalahkan olehnya.

"Apakah kamu mengerti apa yang aku katakan?"

Him bertanya kepadaku dan mengangkat alisnya. 🤨

Aku merasa bahwa aku mengerti apa yang dia kataka dan menjawabnya.

"Ya, aku mengerti."

“…”

"Terima kasih."

“Untuk apa kamu berterima kasih padaku?”

"Terima kasih karena telah memahami perasaanku.."

Mungkin Him lebih memahamiku lebih dari aku memahami diriku sendiri.

Ketika kami bertemu, Him tersenyum dan berkata dia telah ditinggalkan.

Aku tidak tahu apakah karena itu sebabnya Him lebih dulu mengerti tentang keadaanku saat ini.

"Oke.."

Him menggunakan ibu jarinya yang besar untuk mengusap kulit pipiku.

Ketika Him mengulurkan tangannya, suara geraman terdengar dari perutnya, dia memprotes bahwa sudah waktunya makan, itu membuat kami saling berpandangan dan reflek seperti neraka.

“Kamu terlihat sangat lapar..”

Aku mengatakan itu dengan sikap acuh tak acuh.

"Sedikit. Aku hanya makan sedikit tadi saat siang."

"Lalu kenapa kamu tidak makan banyak?"

"Aku menyimpan perutku untuk makan bersama denganmu.."

Kami saling bertatapan mata, kini jarak wajah kami pun tak lagi dekat. Tapi itu tidak membuatku takut dan aku suka. ☺️

"Kamu tidak diperbolehkan makan hari ini."

Aku mengatakan itu sambil meletakkan tanganku di dadanya yang kuat.

"Kenapa?"

Suara Him terdengar rendah di telingaku, dan tindakan-Nya saat ini tampak angkuh hingga aku tidak bisa menahan senyuman. 😏

Gesturnya kini tampak begitu memohon hingga aku tak bisa menahan senyumku, itu jelas gaya genit.

"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan besok."

“Bisakah kamu bolos?”

"Aku harus melakukan pekerjaan ini..”

Aku menjawabnya sambil tersenyum. 😏

"Oh ya, benar-benar sangat buruk."

“Lalu kenapa kamu tersenyum dan makan?”

“Aku ingin memakanmu..”

Him mengatakan itu dengan jujur sambil menggunakan ujung hidungnya untuk mengendus pipiku.

Nafas hangat yang dihembuskannya membuat pipiku memerah dan terasa aneh. Aku mencoba menahannya dengan mengecilkan leherku, tetapi semakin aku melarikan diri, semakin Him mengubur dirinya sendiri.

Semakin banyak aku bergerak, semakin banyak Him membuatku tertawa. 😅

Sekarang ini lebih seperti kami sedang saling menggoda satu sama lain daripada melakukan sesuatu yang erotis.

Aku menarik diri dan menatap langsung ke matanya. Kami terdiam beberapa saat dan Him memecah keheningan itu.

Him membawa hidungnya untuk dibenamkan di pipiku.

"Kesedihanmu sudah hilang, kan?"

"Yah... aku sudah tidak apa-apa."

"Itu bagus.."

Aku merasakan tangan besar Him di letakkan di atas kepalaku dan mengusap kepalaku dengan lembut.

"Sudah cukup, oke?"

“Bolehkah, Phi Neil?"

"Oh."

Aku segera memalingkan muka dari pria yang lebih muda dariku ketika aku menjawab.

Aku ingin menegaskan kembali kata-kataku sebelumnya bahwa aku suka ketika Him memanggilku dengan kata 'Phi'.

Aku sangat menyukainya.. 🥰

“Kalau begitu, ayo masuk ke mobil..”

Him segera melepaskan tangannya dan berkata dengan singkat.

“Aku akan mengajakmu ke restoran dengan suasana yang nyaman.”

"Suasananya nyaman dan hanya kita berdua.."

“Hanya kita?”

Hanya ada dua hal yang ada di pikiranku saat ini.

Salah satunya adalah kami berdua makan bersama di dalam apartmentnya lagi. Kedua, dia sengaja mengosongkan restoran itu agar bisa bersama-sama denganku karena itu adalah kebiasaannya.

Aku sangat takut Him akan melakukan yang nomor dua. 🙄

TBC

Vote and comment 🙏🙏😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro